💝💝💝💝💝💝
...HAPPY READING......
.
.
Malam harinya, pukul tujuh malam. seluruh anggota keluarga Wijaya sudah bersiap-siap untuk berangkat ke rumah Adelia Putri. Gadis yang sudah di perkosa oleh Elvino. Setelah perdebatan dan rundingan tadi siang. Akhirnya meskipun dengan terpaksa, El menerima juga permintaan ayahnya untuk menikahi gadis yang mukanya saja Elvino sendiri tidak ingat.
Sebab pada saat kejadian naas malam itu, dia mabuk berat, begitu pula dengan kedua sahabatnya. Hendra dan Aiden malahan pingsan tidak sadarkan diri sampai pukul sembilan pagi.
Tok!
Tok!
"Masuk!" titah Elvino dari dalam kamarnya.
Ceklek!
Suara pintu yang dibuka dari luar, oleh seorang gadis remaja umur lima belas tahun bernama Raya Raditya Wijaya.
"Kak," panggil Raya hanya berdiri di depan pintu masuk.
"Heum, apa?
"Kakak, cepatlah! Papa dan Mama sudah menunggu sejak tadi," desak Raya adik kandung Elvino yang sudah menginjak remaja. Gadis cantik itu berbanding terbalik dengan kakaknya. Dia adalah anak yang sangat pintar dan menuruti perintah dari kedua orang tuanya.
"Iya, tunggu saja di bawah, sebentar lagi Kakak akan turun," jawab Elvino yang tengah bersiap-siap.
"Baiklah, tunggu di bawah bersama mama dan papa," ucap si cantik Raya. Menutup kembali pintu kamar sang kakak.
"Huh!" Elvino menghela nafas berat karena dia begitu terpaksa untuk menikahi gadis yang sudah menjadi korban atas perbuatannya.
"Semoga aja ceweknya nggak jelek- jelek banget," ucap El pada pantulan dirinya di depan cermin meja rias. "Aku yang tampan ini harus menikahi gadis yatim piatu yang asal-usulnya saja belum tahu. Benar-benar sial banget, 'kan," rutuknya seakan semua itu bukan karena kesalahannya yang mabuk-mabukan.
"Awas aja, aku akan membuat dia tersiksa selama menjadi istriku. Semua ini salah dirinya yang pakai acara hamil," Elvino terus saja mengerutuk seperti para ibu-ibu kompleks. Setelah mengambil kunci mobil dan dompetnya. El pun keluar dari kamar menyusul keluarganya yang sudah menunggu di ruang keluarga.
"Adikmu saja yang perempuan sudah siap sejak tadi. Tapi kenapa dirimu lama sekali?" hardik Tuan Arka langsung berdiri begitu melihat kedatangan putra sulungnya. Elvino tidak menjawab dan terkesan cuek dengan perkataan sang ayah. Sebab ayahnya itu selalu marah-marah. Tidak sama seperti mamanya yang selalu berkata lemah lembut, meskipun El sudah melakukan kesalahan.
"Pa, Raya ikut kakak, ya?" ucap Raya saat mereka tiba di garasi mobil yang di dalam mobil tersebut sudah ada beberapa bingkisan dan seperangkat barang-barang untuk lamaran Elvino terhadap Adelia.
Kedua orang tua El, memang sudah beberapa kali bertemu dengan Adelia. Pertemuan pertama mereka saat gadis itu dirawat intensif selama hampir satu Minggu. Sebab selain mengalami trauma, Adelia juga cindera akibat dia melawan saat hendak di perkosa. Makanya gadis tersebut pingsan tidak tahu apa yang terjadi lagi setelah El yang menodai dirinya lebih dulu.
"Iya, kamu memang harus berangkat bersamanya. Sebab jika tidak ditemani, Papa takut dia akan kabur dari lamaran ini," jawab Tuan Arka seraya membuka pintu mobil untuk istrinya. Setelah itu lelaki paruh baya yang sudah berumur empat puluh empat tahun itu ikut menyusul masuk kedalam mobilnya sendiri.
"Ck, sebetulnya aku anak papa atau bukan, sih," decak Elvino membuka pintu mobil untuk dirinya sendiri. Sebab sang adik sudah masuk lebih dulu.
Braak!
Suara pintu mobil yang di tutup oleh El.
"Kakak tidak boleh bicara seperti itu, jelas-jelas Kak El anaknya papa sama Mama," ucap Raya yang lebih sering menasehati Elvino.
"Adek kan nggak tahu rasanya dimarahi setiap hari, makanya bisa bicara seperti itu," jawab El membela dirinya. Tanpa berpikir apa yang membuat orang tuanya bisa marah setiap hari.
"Ya, ya... terserah Kakak saja," ujar Raya yang merasa masih waras. "Kak, Kakak beruntung loh, karena papa menjodohkan Kakak sama Kak Adel. Raya sudah melihat fotonya dari ponsel mama dan ternyata orangnya sangat cantik," Raya sengaja mengalihkan topik pembicaraan. Agar tidak memperburuk mood kakanya. Bila hal tersebut terjadi, bisa-bisa apa yang sudah direncanakan oleh orang tua mereka akan gagal total.
"Ah, mau secantik apapun, Kakak tetap tidak akan menyukainya," dusta Elvino. Padahal di dalam hatinya lagi bertanya-tanya. Benarkah gadis bernama Adelia itu cantik? Begitulah kiranya pikiran Elvino.
"Wah, serius nih, awas ya, jika Kakak sampai jatuh cinta," seru Raya ragu pada jawaban sang kakak.
"Iya, Kakak beneran! Lagian selera Kakak bukan gadis biasa-biasa saja," El menjawab yakin. Sebab sejauh ini dia memang selalu memacari gadis modis dan kaya raya seperti keluarga Wijaya.
Selain tukang mabuk dan pemalas. Elvino terkenal sebagai cowok Playboy kelas kakap. Hampir semua wanita cantik di universitas tempat ia menimba ilmu pernah El pacari. Selain memiliki wajah tampan, Elvino adalah anak pengusaha terkenal. Siapa juga yang tidak mau menjadi kekasihnya.
"Huem! Tapi Raya harap semoga Kakak bisa menyukai Kak Adel. Walaupun belum pernah bertemu dengannya, tapi kata mama, dia wanita yang sangat baik," sambil mengikuti mobil orang tua mereka dari belakang. Dua saudara kandung itu mengobrol bersama, untuk menghilangkan rasa jenuh. Sebab dari rumah kediaman Wijaya, ke rumah paman Adelia memang cukup jauh. Mungkin sekitar empat puluh menit, bila menaiki kendaraan roda empat.
"Ha... ha... Mama kita setiap ketemu orang yang ramah, selalu dia bilang baik. Jadi kamu jangan percaya begitu saja," tawa El merasa lucu. Sebab Risa ibunya memang seperti itu.
"Tapi menurut Raya, Kak A---"
"Apakah ini rumahnya?" sela Elvino setelah melihat mobil orang tua mereka berhenti di depan sebuah rumah sederhana.
"Benar, sepertinya iya!" jawab Raya bersiap untuk turun, karena kedua orang tua mereka juga sudah keluar dari mobil dan terlihat pula ada pasangan suami-istri yang menyambut ramah.
"Ayo Kak, ini rumah Kak Adel. Coba lihat barang-barang bawaan kita sudah dibawa keluar oleh sopir papa," ajak gadis remaja itu tidak sabar ingin bertemu dengan calon kakak iparnya.
"Iya, kamu duluan. Kakak akan menyusul setelah kalian masuk," ucap El tiba-tiba jantungnya berdegup kencang tidak karuan.
"Baiklah, tapi awas ya jika Kakak sampai kabur!" ancam Raya keluar dari mobil dan ikut bersalaman dengan orang yang menyambut kedatangan keluarga mereka.
"Selamat malam, Om, selamat malam Tante," ucap Raya menyalami keduan pasangan tersebut.
"Malam juga, Nak. Ternyata selain cantik, kamu juga sangat ramah," puji Tante dari Adelia yang bernama Mona. Wanita itu adalah adik ipar dari almarhum ayahnya.
"Terima kasih, Tan," jawab Raya tersenyum.
"Ray, kenapa kakakmu tidak keluar?" tanya Tuan Arka menoleh kearah mobi putranya yang berjarak sekitar lima belas meter. Sebab jika langsung masuk ke pelataran rumah Adel, tidak muat. Halaman rumah tersebut sangatlah kecil.
"Masih di mobil, Pa. Katanya kita di suruh duluan masuk. Nanti Kakak akan menyusul,"
"Astaga, maaf, maafkan kami, Tuan, Nyonya! Saya sampai lupa mengajak kalian masuk, karena begitu kaget dengan barang bawaan kalian," ujar Mona merasa malu. Tamu yang akan melamar keponakan mereka bukanlah sembarangan, jadi tentu ada rasa malu dan takut secara bersamaan. Meskipun semua ini atas perbuatan biadab Elvino, tetap saja jika bagi orang miskin seperti keluarga Adelia, tidak berani untuk berbuat kurang ajar dan tidak sopan.
*BERSAMBUNG*...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 203 Episodes
Comments
𝐵💞𝓇𝒶𝒽𝒶𝑒🎀
heh Lo bisa ngomong gitu kerna punya orang tua lengkap+byk uang ,klu Lo yg di posisi dia mungkin udah bunuh diri,walau gitu jg anak yatim lebih mulia dari pd anak kek lo
2024-03-23
2
Santi Haryanti
cerita nya menarik
2023-08-24
0
Aska
pengen tak tabok mulut no kalo gak boleh hamil ya km jgn buat anak
2023-06-30
0