💝💝💝💝💝💝💝
...HAPPY READING......
.
.
"Huh! Kenapa aku jadi gugup, sih!" sudah berulangkali Elvino menarik nafas dalam-dalam lalu ia hembuskan. Guna menenangkan hatinya yang terasa nano-nano. Entah mengapa dia begitu gugup untuk masuk ke rumah sederhana. Namun, seperti rumah horor bagi seorang Elvino Raditya Wijaya.
"El, tenanglah! Kamu bukan mau bertemu hantu. Anggap saja di dalam hanya ada nenek -nenek dan kakek lansia," ucapnya menenangkan hatinya sendiri.
"Tenang, tenang!" setelah bisa menguasai kegugupan jantung yang bertalu-talu. Elvino keluar dari mobil dan berjalan sangat tampan bak seorang model papa atas. Padahal dia hanya akan masuk sebuah rumah sederhana dan lebih parahnya lagi. El harus melepas sepatu yang ia pakai. Sebab bukan kediaman mewah Wijaya yang masuk rumah boleh membawa alas kaki.
"Astaga! Kenapa kamu harus menikah dengan orang miskin El? Ini nih salah satu yang bikin kesal. Mau masuk rumah saja harus berjongkok terlebih dahulu." ujarnya terus saja mengoceh. Sehingga melupakan rasa gugup yang ia rasakan tadi.
"El, kenapa kamu hanya diam saja? Ayo masuk!" ucap Tuan Arka melihat putranya berdiri di depan pintu masuk seperti orang yang lagi minta sumbangan.
"Agh... i--iya," jawab El terbata. Ternyata jiwa premannya hilang begitu saja karena akan berhadapan dengan Adelia dan keluarganya.
"Selamat ma--malam, Om. Tante," ucapnya lagi menyalami Mona dan suaminya. Meskipun ini adalah pertemuan kedua kaki antar El dengan paman dan bibi Adelia, tetap saja pemuda itu merasa gugup.
"Iya, selamat malam, silahkan duduk!" ucap Hasan paman Adelia. Laki-laki yang sudah gadis itu anggap seperti ayahnya sendiri. Hasan dan Mona istrinya begitu menyayangi Adel. Mereka tidak pernah pilih kasih terhadap keponakan dan anak kandungnya.
Adelia bekerja atas keinginan gadis itu sendiri, sebab ia sangat ingin kuliah. Dia sadar diri jika paman dan bibinya orang tidak mampu. Sudah diberi makan dan tempat tinggal secara gratis saja dia sudah berterima kasih.
"Iya, Om," jawab Elvino duduk di sofa singgel. Namun, sebelum benar-benar duduk, El sempat menatap ke sekeliling mereka. Untuk melihat gadis bernama Adelia yang akan ia nikahi. Terkesan aneh memang, sebelum dilamar calon istrinya sudah ia hamili lebih dulu. Akan tetapi dia hanya melihat dua gadis remaja perempuan dan laki-laki, yang seumuran dengan Raya adiknya.
"Kemana gadis itu? Apakah dia tidak akan keluar? Aku begitu penasaran dengan wajahnya. Jangan-jangan dia adalah nenek tua yang statusnya saja yang masih gadis."
Gumam El pada dirinya sendiri. Sekarang dia sedikit tenang, walaupun masih dirundung rasa penasaran akan sosok Adelia.
"Bu, coba panggil Adel," titah Hasan pada sang istri, karena semenjak kejadian itu keponakannya lebih tertutup, tidak mau bertemu dengan orang yang baru dikenalnya.
"Baik, Yah." sahut Tante Mona berdiri dari duduknya. "Nyonya, sebentar ya, Saya akan panggil Adel," ucapnya lagi sebelum meninggalkan ruang keluarga.
Keluarga Adelia memang sempat marah atas perbuatan biadab yang dilakukan oleh Elvino. Namun, hanya waktu itu saja, sebab yang namanya musibah, maut dan takdir, siapa bisa mencegah nya. Meskipun orang miskin, tapi Pak Hasan tidak mau mengambil keuntungan dari musibah yang menimpa keponakan satu-satunya itu.
Keputusan beliau mau menerima lamaran dari Tuan Arka. Selain yang memperkosa Adel adalah Elvino. Pak Hasan tidak mungkin juga membiarkan keponakannya hamil diluar nikah. Walaupun tetangga sekitar tahu bahwa kehamilan Adel karena dia diperkosa bukan karena pergaulan seperti gadis di luar sana.
Tok!
Tok!
"Adel, Adel, ini Tante," panggil wanita tersebut mengetuk pintu kamar sang keponakan.
"Iya Tante, sebentar Adel buka pintunya," sahut gadis itu berjalan mendekati pintu. Rasanya jika tidak memikirkan untuk bertemu dengan Tuan Arka dan istrinya. Adel sangat malas untuk keluar dari kamar.
Ceklek!
"Astaga, Nak! Kenapa belum menganti baju mu?" seru Tante Mona melihat Adel masih mengunakan baju tidur berlengan panjang. Dia sudah mandi, tapi tidak memakai gaun yang dikirim oleh calon ibu mertuanya.
"Tante... Adel di sini saja," keluhnya penuh permohonan.
"Kenapa? Bukannya kita sudah membahasnya dua hari lalu?" dengan penuh kesabaran Tante Mona menarik sang keponakan masuk kedalam kamar dan diajak duduk dipinggir ranjang tempat tidur. Beliau sangat mengerti seperti apa hancurnya kehidupan gadis itu. Bukan hanya diperkosa, tapi hamil pun tidak tahu anak laki-laki yang mana.
"Tante," lirih Adel langsung memeluk Tante Mona sambil menagis pilu. Adailah dia masih memiliki orang tua sendiri, maka Adel akan menolak pernikahan tersebut. Namun, karena tidak ingin menyusahkan sang paman. Mau tidak mau, Adelia harus menerimanya. Sudah cukup selama ini dia menyusahkan sang paman dan istrinya.
"Ada apalagi, huem? Nak Elvino dan keluarganya datang dengan niat baik. Jangan takut, mereka tidak akan menyakitimu," ucap Tante Mona merenggangkan pelukan mereka dan menatap muka Adel. Guna menyakinkan gadis itu.
"Sekarang ayo ganti bajunya, biar Tante bantu," ucap wanita paruh baya itu lagi.
"Tidak, Adel tidak mau keluar, cukup Tante dan paman saja yang menemui mereka," tolak Adel tiba-tiba berubah pikiran. Tangannya tiba-tiba mengeluarkan keringat dingin dan tubuhnya gemetaran.
"Adel, jangan takut, ada paman dan Tante. Kami tidak akan membiar siapapun menyakitimu," ujar Tante Mona yang sudah tidak dihiraukan lagi oleh Adel. Dia meringkuk kearah kepala ranjang. Sama seperti seseorang yang lagi berusaha melindungi diri.
"Pergi, pergi!" teriak Adel kembali histeris.
"Adel, Adel tenanglah! Ini Tante, Nak," melihat Adel seperti itu akhirnya Tante Mona keluar dari kamar untuk memberi tahu suaminya.
"Bu, mana Adel?" tanya Paman Hasan melihat istrinya hanya keluar seorang diri.
"Eum... Adel ada di kamarnya, dia tidak mau keluar dan sekarang lagi menagis seperti waktu itu," tutur beliau dengan muka khawatir.
"Apa! Bagaimana bisa," seru Paman Hasan merasa heran, karena sebelumnya dia sudah menanyakan pada Adelia dan keponakannya menjawab bersedia untuk di nikahi.
"Entahlah, saat aku masuk dia masih memakai baju tidurnya, dan saat disuruh menganti gaun yang Nyonya Risa belikan dia malah menangis histeris," papar beliau juga bingung tidak tahu kenapa.
"Mona, izinkan Saya berbicara dengannya, apa boleh?" imbuh Nyonya Risa berdiri untuk membujuk calon menantunya.
"Silahkan Nyonya, biasanya dia tidak seperti itu, kecuali saat habis kejadian," kata Tante Mona mempersilahkan. Lalu Nyonya Risa pun mengikuti Tante Mona untuk melihat keadaan Adelia.
"Apakah dia mengalami trauma, gara-gara perbuat kami?"
Tanya El didalam hatinya.
Sementara itu di dalam kamar.
"Adel, hei... ini Mama Risa, Nak. Jangan takut, diluar tidak ada siapa-siapa," ucap Nyonya Risa menyentuh pundak Adel. Sehingga membuat gadis itu menoleh kearah beliau.
"Jangan takut, tidak ada hal buruk apapun. Tenang ya, jangan seperti ini, ada Mama dan Tante mu," ucap Nyonya Risa kembali menenangkan.
"Tante Mona, Mama," lirih Adel menyapu air matanya sendiri.
"Iya, ada Tante Mona dan Mama, jangan takut ya. Kamu harus bisa melawan mereka, ada Mama yang akan menghukum mereka semua, Oke!" ujar Nyonya Risa tersenyum melihat betapa cantik calon menantunya itu. Tidak heran jika dalam keadaan mabuk putranya sampai memperkosa Adel.
"I--iya," Adel mengaguk pelan.
"Sekarang kamu harus keluar dan menganti baju lebih dulu. Agar paman mu bisa menyelesaikan masalah ini," bujuk Tante Mona kembali membahas pakaian.
Namun, Adelia kembali mengelengkan kepalanya. Entah kenapa mendengar kata pakaian tiba-tiba dia merasa tidak suka.
"Tapi---"
"Mona, sudah tidak apa-apa. Adel tidak perlu mengganti baju nya. Dia sudah cantik meskipun hanya memakai baju tidur seperti ini," sela Nyonya Risa berdiri dari sisi ranjang dan mengulurkan tangannya untuk membantu Adelia turun dari atas tempat tidur.
"Ayo, kita keluar, kamu harus berani. Semuanya akan baik-baik saja," entah dorongan dari mana. Adel menerima uluran tangan tersebut dan mengikuti Tante Mona dan calon ibu mertuanya.
Begitu melihat kedatangan Adelia, semua yang ada di ruang keluarga menoleh, termasuk Elvino.
Deg!
El menelan Saliva nya sendiri setelah menatap gadis yang di gandeng oleh mamanya.
"Apakah dia gadis itu? Kenapa matanya sangat menakutkan?"
Gumam Elvino membuang pandangan matanya. Melihat tatapan seperti membunuh dari Adelia, tiba-tiba El merasa bergidik ngeri.
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 203 Episodes
Comments
Santi Haryanti
hayoloooo
2023-08-24
0
Aska
kapok
2023-07-01
0
Sakura
apa sih Yang bisa dibanggakan dari Elvino ini. Dia benar benar pengangguran yg tak berguna, malah buat masalah aja. untung orang tuanya adalah orangtuan yg bertanggung jawab
2023-04-07
1