💝💝💝💝💝💝
...HAPPY READING......
.
.
"Wah, wah! Penganten baru, stok lama sudah datang rupanya," ejek Aiden begitu melihat kedatangan Elvino.
"Ck, awas, ya, ini semua gara-gara kalian juga," decak El menatap kearah kedua sahabatnya yang hanya tersenyum. enak saja dia dibilang pengantin baru padahal sudah jelas l bertanggung jawab atas perbuatan mereka bertiga.
"Kenapa malah berdiri di sini? Ayo masuk," ajaknya lagi karena saat ini mereka sedang berada diparkiran kampus.
"Kita lagi nungguin kamu, biar bisa sarapan bersama," kata Aiden sambil mengikuti Elvino yang berjalan lebih dulu.
"Aku sudah sarapan di rumah, kalian saja yang sarapan," jawab El membuat Hendra menepuk pundak cukup keras.
Plaaak!
"Aduh! Hendra kamu apa-apaan sih," sentak Elvino merasa terkejut.
"Sorry, sorry! Kamu serius sudah sarapan? Bukannya kamu sudah kembali ke Apartemen?" tanya Hendra merasa tidak percaya. Sebab apabila bukan dirumah orang tuanya, El selalu sarapan di kampus bersama ke-dua sahabatnya.
"Iya, kemaren sore setelah semuanya pulang, aku sama Adel sudah kembali ke Apartemen. Memangnya kenapa?" El balik bertanya.
"Apakah kamu makan masakan Adelia?" seru Handra dan Aiden secara bersamaan.
"Kalian berdua kenapa seperti habis melihat setan? Memangnya ada yang aneh?" El menelisik penampilannya sendiri. Dia tidak tahu bahwa sahabatnya lagi membahas Adelia
"Enggak ada yang aneh sih, cuma apa Adel masak makanan buat kamu? Bukannya kamu bilang didalam perjanjian itu Adel tidak perlu mengerjakan tugasnya sebagai seorang istri?" Hendra yang bertanya. Sebab El memang sudah menceritakan pada mereka tentang perjanjian pernikahan dia dan Adel.
"Ya kemarin sore dia masak, tapi nggak ada yang makan. Jadi daripada terbuang sia-sia lebih baik aku makan. Lagian rasa masakannya tidak terlalu buruk,"
"Tapi bila dipikir-pikir, ada untungnya juga kamu menikah, El. Jadi ada yang masakin," Aiden kembali menggoda sahabatnya yang menatapnya dengan tajam.
"Berani ngomong untung, aku tabokin pakai sepatu nih," ancam Elvino yang bukannya membuat takut yang mendengarnya tapi malah menjadi tertawa.
"Ha... ha... jangan galak-galak El, nanti gimana kalau anak Adel malah menjadi galak sepertimu," pemuda itu semakin langsung mendapat timpukan tas dari Elvino.
Buuuk!
"Ini anak habis mabuk atau gimana sih? Kenapa pagi-pagi sudah kumat aja," tidak memiliki kata-kata lain untuk membalas ucapan sahabatnya. Akhirnya Elvino berkata demikian.
Mereka terus saja berdebat sampai tiba di kantin tidak peduli dengan banyaknya mahasiswa dan siswi yang menatap kagum dan heran secara bersamaan.
"Eh, sudah sudah! Kenapa kalian berdua menjadi bertengkar," ucapan Indra memisahkan tadi dia hanya mendengar dan ikut tertawa saja. "Aiden, kamu jangan mengejek Elvino. Bagaimana jika anak yang dikandung oleh Adel adalah anakmu, bukan anaknya El," lanjutnya lagi.
"Nah betul itu, Dra. harusnya Aiden juga baik-baikin aku, karena aku sudah menjadi ayah untuk anaknya," imbuh Elvino membenarkan perkataan Hendra.
"Tapi aku tidak yakin jika itu adalah anakku," bela Aiden mulai membicarakan siapa ayah kandung dari anak Adelia. Para pemuda yang biasanya menganggur itu, tahunya hanya bersenang-senang.
Sehingga bukannya menyadari kesalahan mereka. Yaitu perbuatan pada gadis yang telah mereka rusak. Namun, ini malah menjadikan seperti bahan lelucon. Padahal siapapun ayah biologis bayi yang dikandung oleh Adelia. Tetap saja mereka bertiga sudah melakukan perbuatan biadab.
"Aiden, sudahlah! Kamu bisa diam atau tidak. Jika kamu terus berdebat, maka masalah kalian berdua tidak akan beres-beres," Hendra menggelengkan kepalanya karena El dan Aiden memang sering mempersalahkan hal yang tidak penting.
"El, kamu mau pesan makanan lagi atau tidak? Biar sekalian aku yang pesan?" tanya Aiden yang sudah kembali pada mode seriusnya.
"Enggak ah, kalian saja! Aku benar-benar sudah kenyang," tolak Elvino sambil mengeluarkan ponselnya. Dia akan bermain game sambil menunggu kedua sahabatnya sarapan. Aiden pun hanya mengangguk mengerti. Lalu pemuda itu pergi ke ibu kantin untuk memesan sarapan.
Namun, tidak lama setelah Elvino duduk bersama Hendra. Suara riuh mulai terdengar karena melihat kedatangan siswi baru. Gadis itu memang terlihat sangat cantik, memiliki tubuh tinggi, berkulit putih dan rambut panjangnya. Apalagi dia adalah siswi baru di sana. Sudah pasti akan menjadi primadona menggantikan posisi siswi sebelumnya.
"Ada apa? Kenapa ramai sekali?" tanya Elvino pada Aiden yang baru saja duduk membawa pesanan milik Hendra. Biasanya suara riuh dari mahasiswa dan siswi adalah ketika mereka melihat kedatangan Elvino dan kedua sahabatnya. Makanya El sampai bertanya ada hal apa yang membuat suara gaduh seperti kedatangan artis.
"Oh, itu biasalah ada siswi baru, dia pindahan dari luar negeri," jawab Aiden cuek. Iya tidak tertarik meskipun ada wanita cantik dan malah mulai menyantap makanan miliknya begitupun dengan Hendra.
"Apakah gadisnya cantik?" tanya Elvino yang penasaran. Sebab diantara mereka bertiga memang Elvino lah yang terkenal sebagai Playboy di kampus mereka. Hampir semua gadis-gadis cantik di sana sudah iya pacari, satu persatu. Setelah Elvino merasa bosan dia akan putus dan mencari gadis lain lagi.
"Enggak tahu juga ya, tapi katanya sih lumayan cantik. untuk memastikannya benar atau tidak tunggu saja sebentar lagi pasti akan lewat di sini," sambung Hendra ikut melirik ke arah pandangan Elvino. Yaitu pada kerumunan para anak-anak kampus.
"El, jangan bilang kalau dirimu tertarik pada gadis itu, ya. Ingat saat ini kamu sudah menjadi suami Adel. Jangan macam-macam walaupun kalian hanya menikah kontrak. Setidaknya hargailah perasaan Adelia," nasehat Aiden karena meskipun nakal mereka masih memiliki sisi berpikiran yang benar.
"Ais apaan sih," desis Elvino tidak suka dengan ucapan Aiden. "Aku sama Adelia hanya menikah kontrak, sebagai bentuk pertanggung jawaban pada kehamilannya saja. Selain itu kami berdua juga bebas apabila ingin memiliki kekasih," jawab pemuda tersebut. Apalagi dia memang berniat untuk menjauhi Adelia agar gadis itu tidak jatuh cinta padanya.
"Iya, aku juga tahu jika kalian hanya menikah kontrak dan bebas ingin melakukan apapun. Namun, apa salahnya El, menghargai perasaan Adelia. Setidaknya menjelang kalian resmi bercerai," tidak berbeda jauh dengan Hendra. Aiden pun sama andai kan yang disuruh menikahi Adelia adalah dirinya. Maka pemuda itu akan mempertanggung jawabkan perbuatan yang sudah mereka lakukan.
"Sudahlah habiskan makanan kalian. Aku tidak butuh ceramah apapun, karena yang menjalani pernikahan ini adalah aku dan Adelia bukan orang lain," jawab Elvino dengan suara jengah. Sebab menurutnya Aiden maupun Hendra hanya tahu berkata saja. Sedangkan yang menjalankan ringan atau beratnya pernikahan tersebut adalah dia sendiri.
"Ya sudah, terserah padamu. Aku sebagai sahabat hanya bisa mengingatkan, karena sudah cukup kesalahan yang kita perbuat pada Adelia. Jangan sampai kamu menyesali apabila sudah terlambat," Aiden membiarkan saja El mau berbuat apa. Sebab jika dia terlalu menasehati temannya itu, bisa-bisa Elvino akan marah.
...BERSAMBUNG......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 203 Episodes
Comments
Aska
ada yang janggal kayaknya klo ku simak dari omongan Aiden, ngotot kalo bayi itu anaknya El apa Aiden dan Hendra gak ikut buat ya'
2023-07-02
0
Alya Yuni
Ko Thor lbih mihak si prkosa gk ada hukum bgi si prkosa
2023-05-15
1
Yunah Daryunah
betul sekali, jangan sampai menyesal
2023-05-07
2