“MEMANGNYA KEPALAMU ADA ISINYA ?? DARI TADI SIANG KAU SELALU MEMBAHAS ISI KEPALA !!” Jawab Qhien Guan dengan emosi meluap-luap.
“HARUSNYA KAU TIDAK BERKATA SEPERTI TADI DI DEPAN PRIA ITU, CEWEK BODOH” Ucap Alice yang tidak kalah emosi dari Qhien Guan.
Mereka melupakan Asta yang masih berdiri tegap di hadapan mereka lengkap dengan kedua pedangnya.
Asta hanya bisa terdiam menyaksikan pertengkaran Qhien Guan dengan Alice.
“APA MAKSUDMU ??!! SEKARANG KAU BILANG AKU BODOH, SUDAH AKU BILANG AKU INI BISA MEMBACA YA !!”Teriak Qhien Guan yang masih dipenuhi dengan emosi.
“MEMANGNYA APA HEBATNYA MEMBACA ?! ANAK SD SAJA BISA MEMBACA !! MEMANG OTAKMU BENAR-BENAR GAK ADA ISI SAMA SEKALI YA !!" Jawab Alice dengan power emosi sudah diatas rata-rata.
“Apa mereka mengabaikanku ?” Gumam Asta yang tampak kebingungan menyaksikan pertengkaran Alice dan Qhien Guan.
“HOI APA KAU INI LUPA ?? MASIH ADA KSATRIA LANGIT DISINI !! MENYINGKIRLAH BODOH !!” Ucap Qhien Guan.
“KAU YANG BODOH YA !!!!” Jawab Alice dengan penuh emosi. Emosinya kini sangat membara bagaikan api yang siap membakar siapa saja.
“SEKARANG KAU BILANG KSATRIA LANGIT !! TIDAK ADA KSATRIA LANGIT DI DUNIA INI. KSATRIA LANGIT ITU HANYA ADA DALAM KHAYALANMU SAJA CEWEK ANEH !!!” Kata Alice kemudian masih dengan emosi yang membara.
“KAU TIDAK LIHAT DIA DI BELAKANGMU HA ??!!” Teriak Qhien Guan.
Seketika Alice teringat bahwa saat ini ada pria asing yang membawa senjata tajam sedang berada di dalam rumahnya. Rasa panik yang sempat hilang kini muncul kembali.
“DIA ITU MEMBAWA PEDANG !! KALAU KAU MEMBELAKANGINYA SEPERTI ITU, KEPALAMU BISA HILANG DIBUATNYA DALAM WAKTU SEKEJAP” Ucap Qhien Guan kemudian yang membuat tubuh Alice gemetar seketika.
“Kek.. Keee.. Kepala ?? Hilang ??” Secara perlahan Alice membalikkan tubuhnya kearah Asta.
Ia tampak seperti robot yang sedang membalikkan tubuh secara perlahan-lahan.
Jlep !!
Alice menatap mata Asta dalam-dalam. Sekilas ia melihat kearah pedang Asta yang runcing dan terlihat sangat tajam. Rasa takutnya kini lebih besar dari rasa takut yang ia rasakan sebelumnya. Ia juga membayangkan Asta menebas dirinya dalam sekejap seperti yang telah di ucapkan oleh Qhien Guan kepadanya.
“Tuh kan, sudah kau lihat sendiri seperti apa tatapannya sekarang” Ucap Qhien Guan dengan nyaring.
“Dari tatapannya itu sudah sangat jelas, dia akan menebasmu tanpa ampun !!” Ucap Qhien Guan kemudian tanpa memikirkan apa akibat dari ucapannya itu.
Alice yang terlihat sangat ketakutan seketika kesal mendengar ucapan dari Qhien Guan yang seenaknya berbicara tanpa memikirkan situasi yang sedang di alami saat ini.
“Si bodoh ini memang tidak bisa melihat situasi” Kesal Alice di dalam hati.
Ingin rasanya ia menjahit bibir Qhien Guan saat ini agar tidak mengeluarkan kalimat-kalimat yang membuat tubuh semakin gemetar karena katakutan.
Sementara itu tampak seorang lelaki paruh baya sedang berjalan melewati depan rumah Alice.
“Loh !! Pintu rumah non Alice kenapa rusak ?” Ucap pria paruh baya itu ketika melihat pintu rumah Alice rusak.
Pria itu merupakan salah satu pekerja di rumah Alice. Ia adalah pak Asep yang bertugas untuk membersihkan taman depan rumah dan taman belakang rumah, selain itu ia juga harus membersihkan garasi mobil serta bertugas mencuci mobil Alice setiap pagi sebelum Alice berangkat kerja.
“Jangan-jangan terjadi sesuatu dengan non Alice” Batin Pak Asep.
Pak Asep pun lansung menghampiri rumah Alice untuk memastikan apa yang sebenarnya terjadi dengan Alice.
Tak lama setelah Pak Asep pergi, Albert pun muncul. Secara kebetulan ia juga melewati rumah Alice dengan mengendarai mobilnya, dan tanpa di sengaja pandangannya tertuju pada rumah Alice.
“Itu kan rumah Alice, kenapa pintunya rusak ?” Ucap Albert sedikit penasaran.
“Jangan-jangan..” Tanpa berfikir panjang, Albert berniat mendatangi tempat kediaman Alice.
Ia memarkirkan mobilnya di pinggir jalan tepat berada di depan pagar rumah Alice, kemudian ia turun dan lansung berlari kearah rumah Alice.
“Non Alice ?” Panggil Pak Asep dari depan pintu.
“Pak Asep” Batin Alice.
Mendengar suara Pak Asep, Alice tampak gembira, kini ia merasa sedikit aman.
“PAAAKKK… PAK ASEEEPPP, DISINI PAAAKK” Teriak Alice.
Seketika pak Asep pun masuk ke dalam rumah, semua mata tertuju pada pak Asep.
“Manusia ?” batin Asta ketika melihat Pak Asep.
“Siapa kamu ??” Tanya pak Asep kepada Asta dengan suara lantang.
“Alice ??” tiba-tiba Albert juga muncul di diantara mereka.
Kini Alice benar-benar sudah merasa aman, ada dua orang lelaki datang untuk menyelamatkan mereka.
“Pak Albert, tolong kami pak ! Pria ini tiba-tiba saja datang dan mendobrak pintu rumah sampai rusak” Ucap Alice menjelaskan peristiwa yang sedang terjadi.
“Ha ? Dia kan pria yang memberikan kopi padaku tadi siang” ucap Qhien Guan ketika melihat wajah Albert.
“Loh wanita itu kan yang aku temui tadi siang ?” Gumam Albert ketika melihat wajah Qhien Guan.
“Siapa dia ? Kenapa ada di rumah Alice ? Apa dia saudara Alice ?” Batinnya kemudian.
“Lalu pria ini siapa?” Lanjutnya.
“Manusia lagi ?” Batin Asta ketika melihat Albert juga muncul di hadapan mereka.
“Semakin banyak manusia yang datang” Ucap Asta.
“Siapa kamu ?” Tanya Albert kepada Asta.
“Kenapa kamu membawa senjata tajam ? Apa tujuanmu ?” Tanya Albert dengan suara lantang.
Asta tidak menjawab satu pertanyaan pun yang di lontarkan oleh Albert kepadanya. Ia hanya terdiam dan memikirkan apa yang harus dilakukannya.
“Jika aku melukai manusia-manusia ini, maka aku akan berbuat dosa. Tetapi jika aku tidak menangkap penyihir itu, aku juga berbuat dosa !" Asta di penuhi dengan rasa bimbang.
Sepertinya langkah apapun yang akan dipilih olehnya tetap saja disebut sebagai dosa. Maka dari itu ia memutuskan untuk mundur.
Asta pun menyimpan kembali kedua pedang sihirnya. Seluruh mata yang menyaksikan tampak terkejut ketika melihat kedua pedang Asta hilang begitu saja tanpa jejak, namun bagi Qhien Guan itu adalah hal biasa.
“Aku akan mencarimu besok, hari ini kau ku ampuni !” Ucap Asta kepada Qhien Guan.
Mendengar itu, Qhien Guan hanya bisa diam. Ia tidak mengeluarkan sepatah katapun untuk Asta.
Asta pun akhirnya melangkah kakinya meninggalkan rumah Alice dan tidak ada satu orangpun yang berani menghentikan langkahnya hingga ia keluar dari rumah itu.
“Apa preman itu sudah pergi ?” Alice mengintip keluar jendela untuk memastikan kepergian Asta.
“Aneh sekali ! Kedua pedangnya tiba-tiba saja hilang” Ucap Alice dengan raut wajah penuh dengan rasa penasaran.
“Apa dia pesulap juga ? Oh aku tau ! Dia pasti memakai trik kecepatan tangan untuk menyembunyikan pedangnya” Ucap Alice kemudian.
“Iya kan ?” Tanya alice kepada Qhien Guan.
“Eem maaf non, apa non perlu tukang untuk membetulkan pintu ?” Tanya pak Asep kepada Alice.
“Oh iya pak, apa bapak bisa memperbaiki pintu ini sekarang ?” Tanya Alice kepada pak Asep.
“Kalau saya kurang ahli dalam hal begini non, tapi saudara saya ada yang ahli, dia juga bisa selesaikan dalam beberapa jam saja” Jawab pak Asep.
“Kalau non tidak keberatan, saya akan jemput saudara saya itu” Ucap pak Asep kemudian.
“Iya pak tolong ya ! Bahaya juga kalau terbuka seperti itu” Jawab Alice.
“Baik non ! Kalau begitu saya ijin pergi dulu untuk menjemput saudara saya” Kata Pak Asep.
“Ohh baik pak, silahkan !” Jawab Alice singkat.
Pak Asep pun pergi.
“Mengapa pria seperti itu bisa datang ke rumahmu ?” Tanya Albert kepada Alice.
“Saya tidak tau pak ! Tiba-tiba saja dia mendobrak pintu sampai hancur begitu” Jawab Alice.
“Lalu wanita itu siapa ?” Albert bertanya tentang Qhien Guan kepada Alice.
“Oh dia teman baru saya pak”
“Apa kau sudah lama kenal dengannya ?” Tanya Albert lagi.
“Tidak ! Baru tadi siang saya mengenalnya” Jawab Alice tanpa ragu.
“Hah ?! Bagaimana mungkin kau bisa membiarkan perempuan yang tidak dikenal tinggal dirumahmu ?!” Bisik Albert kepada Alice dengan sedikit rasa cemas.
“Perempuan itu punya gangguan jiwa. Tadi siang saya bertemu dengannya di kantor, tingkah lakunya itu sangat tidak wajar” Bisik Albert lagi.
“Oh iya benar pak ! Dia memang terlihat seperti wanita kurang waras, tetapi sebenarnya dia tidak gila ! Hanya saja pikirannya tidak berfungsi dengan baik ! Jadi bapak tidak usah khawatir ! Saya bisa menanganinya” Jawab Alice dengan tegas dan penuh percaya diri.
Melihat Alice yang begitu yakin dengan ucapannya, maka Albert tidak membantah apapun. Alice sudah sangat lama bekerja di perusahaannya, jadi ia sangat mengerti kepribadian Alice. Jika ia yakin terhadap sesuatu hal yang ia kerjakan maka hasil dari pekerjaan itu akan sangat baik diselesaikan oleh nya.
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments