Selama perjalan menuju perusahaan, Al menatap layar tabletnya sembari membaca email-email mengenai pekerjaannya.
Ekrem memandang kepada Al yang terlihat fokus pada layar tabletnya. “Al, Kakek ingin menanyakan sesuatu.”
Al mengalihkan pandangannya kepada Ekrem yang duduk di sebelahnya. “Apa yang ingin Kakek bicarakan?”
“Kakek penasaran dengan apa yang kau katakan pada Ara tadi.”
Al menganggukkan kepalanya lalu tersenyum tipis. “Aku hanya mengatakan padanya untuk tetap menjadi dirinya. Ia tidak perlu diam jika orang lain menindasnya karena aku akan selalu mendukung keputusannya.”
“Kenapa kau bisa berpikir seperti itu, Al?”
Al merubah raut wajahnya menjadi datar ketika mengingat tatapan benci semua keluarga tiri Ekrem tadi. “Karena aku tahu semua keluarga tiri Kakek tidak menyukaiku dan Ara.”
Ekrem hanya diam mendengar alasan yang disampaikan Al. Semua yang dikatakan Al itu benar. Bahkan Ekrem bisa melihat tatapan tidak suka yang mereka perlihatkan secara terang-terang ketika mereka sedang sarapan tadi.
Ekrem memilih untuk tidak melanjutkan topik pembicaraan mereka itu hingga mobil yang ditumpanginya tiba di perusahaannya.
Al dan Ekrem turun dari mobil dan melangkah masuk ke dalam perusahaan. beberapa pasang mata yang melihat mereka langsung menunduk sopan dan memberikan salam pada mereka.
Mereka hanya menjawab seadanya saja sehingga memperlihatkan aura tegas di wajah mereka.
Al berjalan masuk ke dalam ruang kerjanya lalu duduk di kursi kebesarannya. ia dapat melihat tumpukan laporan perusahaan yang sudah menumpuk di atas meja kerjanya.
Sebelum mengerjakan semua tumpukan itu, Al mengambil ponselnya dari kantong jasnya.
Alisnya saling bertaut ketika melihat panggilan tidak terjawab dari Arabella. Segera ia menekan tombol hijau pada nomor Arabella tersebut.
“Halo, Ara? Kenapa kau menghubungiku tadi? Maaf tadi aku tidak mendengar panggilan darimu.”
“Tidak apa-apa, Al. Aku hanya ingin mengatakan sesuatu padamu tadi.” Terdengar suara lembut Arabella dari seberang sana.
“Apa yang ingin kau katakan?” tanya Al sambil tersenyum, menunggu Arabella menceritakan sesuatu.
Arabella mulai menceritakan kejadian ketika Tuba, Burcu, dan juga Erce memintanya untuk membersihkan piring-piring kotor yang ada di meja makan itu. ia juga mengatakan bahwa ia tidak melakukan hal itu dan membalas semua perbuatan Tuba padanya.
Al terkikik geli mendengar perkataan Arabella. Sesuai perkiraannya bahwa Arabella tidak akan mudah untuk ditindas. “Apa yang telah kau lakukan itu benar, Ara. Mereka memang pantas mendapatkannya. Posisimu di rumah itu lebih tinggi dibandingkan mereka bertiga, Ara. Jadi kau tidak perlu merendahkan dirimu di depan mereka.”
Arabella tersenyum hangat mendengar dukungan Al padanya. “Aku mengingat pesanmu dengan baik, Al. Karena itulah aku berani membalas semua perkataan mereka.”
Al tersenyum puas dengan keputusan Arabella. “Karena itulah aku selalu jatuh hati padamu,” gumamnya pelan.
“Kau mengatakan sesuatu?” tanya Arabella karena ia tidak bisa mendengar apa yang digumamkan Al.
“Bukan apa-apa. Aku hanya memikirkan wajahnya saat ini.”
‘Blush.’
Rona merah memenuhi wajah Arabella. Ia masih belum bisa membiasakan diri dengan perkataan Al yang tidak aman untuk jantungnya. “B-Berhenti menggodaku, Al.”
Al terkekeh pelan karena ia tahu saat ini Arabella sedang sedang salah tingkah akan ucapannya. Namun perkataannya tidak sepenuhnya bohong. Ia memang benar memikirkan Arabella.
Al memang menyukai segalanya yang ada di dalam diri Arabella. Ia tidak pernah salah memilih Arabella menjadi pasangan hidupnya. Semua yang dilakukan Arabella selalu membuatnya terkagum-kagum.
Setelah mengobrol beberapa saat dengan Arabella, Al kembali melanjutkan pekerjaannya dan menyelesaikan semua tumpukan yang ada di atas meja kerjanya itu. Sebelumnya ia telah mengatakan kepada Arabella bahwa ia akan pulang sedikit terlambat karena pekerjaannya cukup banyak. Untungnya Arabella mengerti akan situasinya dan mengatakannya untuk tidak memaksakan diri.
Ekrem menatap arloji mahal miliknya yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Waktu telah menunjukkan jam pulang bekerja. Ia tahu bahwa Al akan sedikit terlambat pulang nanti sehingga Ekrem memilih untuk pulang terlebih dahulu.
Ekrem masuk ke dalam mobilnya lalu menatap jalanan selama perjalanannya menuju mansion. Ia terpikirkan akan perkataan Al sebelumnya mengenai ketidaksukaan keluarga tirinya itu kepada Al dan Arabella.
Sedikit rasa cemas dirasakannya ketika memikirkan bahwa Arabella berada di mansionnya sendirian. Apakah perempuan itu mampu melawan keluarga tirinya itu? Atau Arabella akan menangis dan mengadukannya kepada Al nanti?
Ekrem masih tidak mengetahui apa yang telah membuat Al bisa memilih Arabella menjadi pasangan hidupnya. Ia masih belum mengetahui kenapa Al bisa sampai terpikat dengan Arabella.
Ekrem tiba di mansion miliknya lalu melangkahkan kakinya masuk ke dalamnya. Baru saja beberapa langkah ia masuk ke dalam mansionnya itu, terdengar suara lembut yang menyambutnya.
“Selamat datang, Kakek.” Terlihat wajah Arabella yang tersenyum hangat menyambut kedatangan Ekrem.
Sebenarnya Ekrem sedikit terkejut mendapatkan sambutan seperti ini. Sudah lama sekali ia tidak mendapatkan sambutan ketika ia menginjakkan kaki di rumah ini. Senyuman Arabella membuat hatinya sedikit menghangat.
“Ah, iya. Terima kasih, Ara,” ucap Ekrem ketika Ara mengambil tas yang dibawanya.
Ara benar-benar menunjukkan ketulusannya ketika menyambut kepulangan Ekrem. Ia tidak memiliki maksud lain dan hanya ingin hubungannya dengan Ekrme lebih dekat lagi.
Arabella tahu bahwa Ekrem merupakan orang yang sangat disayangi oleh Al. Karena hal itulah Arabella berpikir ia harus bisa menyayangi apa yang Al sayangi juga.
Ekrem berdehem untuk mengurangi rasa canggung yang dirasakannya. Hubungannya dengan Arabella tidak bisa dibilang dekat sebelumnya.
Ekrem bahkan pernah menentang keputusan Al untuk menikahi Arabella dulunya. Karena hal itulah Ekrem sedikit merasa canggung berada di dekat Arabella.
Namun Ekrem saat ini dapat melihat ketulusan yang diberikan Arabella untuknya. Ia tidak melihat ada maksud lain Arabella mendekatinya. Semuanya murni hanya ingin menyambut dirinya dan menolongnya.
“Apa Kakek ingin makan sesuatu nanti? Aku bisa membuatkannya untuk Kakek. Mungkin saja Kakek ingin merasakan masakan Indonesia dariku ….” Arabella tersenyum lebar sambil menceritakan makanan Indonesia yang menurutnya enak kepada Ekrem.
Ekrem mendengarkan ocehan Arabella dengan senyuman hangat terukir di wajah tegasnya.
Entah kenapa Ekrem merasa ia memiliki banyak kesamaan dengan Ara. Melihat cara Ara bercerita padanya ataupun ketika Ara merespon perkataannya, semuanya tidak ada yang membuat Ekrem merasa risih.
Hal itu membuat Ekrem merasa cocok dengan Arabella. Ia seakan telah mendapatkan jawaban akan apa yang telah membuat Al hingga jatuh hati kepada Arabella.
Ekrem juga mengerti maksud Al mengatakan kepada Arabella untuk menjadi dirinya sendiri saja. Ia tahu bahwa Arabella bukanlah perempuan seperti pikirannya. Ternyata Arabella adalah perempuan tangguh yang bahkan bisa mengatasi masalahnya tanpa bantuan Al.
Semua itu karena Arabella mempunyai banyak keunggulan hingga membuat orang terkagum padanya. Terlebih lagi sikap tulus dan baik Arabella bisa membuat hati orang merasa hangat jika berdekatan dengannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments