Ara & Al Bab 4

Sementara itu di kamar, Ara berusaha memejamkan matanya namun tak pernah bisa. Ia terus membolak-balik posisi tubuhnya agar mendapatkan posisi yang nyaman untuk tidur, namun tetap saja tak bisa. Ia melirik ke samping tempat tidurnya dan melihat Al masih sibuk dengan laptopnya. Ara hanya terdiam memperhatikan langit-langit kamarnya. Pikirannya bercampur aduk, antara senang dengan rumah baru yang ia tempati dan ada sedikit rasa rindu yang terbesit dalam dirinya pada dua adiknya yang kembar yaitu Khasa dan Keyza.

 

“Kau belum tidur rupanya?” tanya Al.

 

“Belum,” sahut Ara kemudian beranjak dari tempat tidurnya.

 

Ara memperhatikan semua isi kamar Al yang terlihat begitu mewah, ia tak pernah menyangka jika akan tinggal di rumah yang mewah dengan kamar pribadi seluas ini. Bahkan semua desain interiornya sesuai dengan seleranya. Selama ini ia hanya melihat kamar seperti ini melalui layar kaca televisi atau setidaknya di rumah masa kecilnya, tapi sekarang Ara bisa menikmatinya langsung.

 

“Apa yang kau pikirkan?” tanya Al. 

 

“Aku hanya masih merasa tidak percaya dapat tinggal di rumah mewah seperti ini. Dan kau tahu, ini adalah kamar impianku sejak masih kecil,” sahut Ara sambil mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan.

 

“Benarkah?” ucap Al.

 

“Ya, dulu rumahku cukup bagus di kotaku. Kau tahu jika ayah dan bunda juga bisa dikatakan berkecukupan, tapi itu dulu sebelum ayah berulah hingga kami terusir dari rumah yang harusnya lebih berhak ditempati bunda daripada ayah. Setelah itu kehidulan cukup sulit kami bahkan sempat tinggal di rumah kecil yang berada di dalam gang sempit, sebelum bertemu denganmu. Sama sekali tak terbayangkan olehku sebelumnya jika akan kembali dapat tinggal di rumah sebesar ini. Kau tahu, bahkan ukuran rumah ayah dan bunda dulu mungkin tidak setengah dari rumah ini.” ujar Ara sambil mengingat kembali masa lalunya.

 

“Rupanya itu yang membuatmu tak bisa tidur? Kau masih ingin menikmati pemandangan di kamar ini,” sahut Al terkekeh.

 

Ara hanya tersenyum kemudian duduk di samping Al yang masih sibuk dengan beberapa pekerjaan yang tak bisa ia tinggalkan. Ara sejenak melirik ke layar laptop Al dan menyuruhnya untuk berhenti bekerja karena ia merasa jika ini adalah waktu untuk mereka berdua. Namun Al meminta waktu sejenak pada Ara karena pekerjaannya kali ini terlalu mendesak dan ia harus menyelesaikannya malam ini juga.

 

“Lalu apakah aku harus menunggumu untuk menyelesaikan semua pekerjaanmu?” tanya Ara yang sedikit kesal.

 

“Oh sayang, maafkan aku sebentar lagi ini akan selesai,” sahut Al sambil mengelus kepala Ara.

 

Ara yang merasa bosan dan tidak bisa tidur akhirnya membuka pintu yang menuju ke arah rooftop dekat kamar Al. Ia berdiri memandang langit yang dihiasi oleh bintang dan rembulan terang, sekali lagi rasa rindu pada keluarga dan kampung halaman membuat Ara merasa sedih. Ara tak pernah menyangka akan berada di sebuah tempat yang sangat jauh dari keluarganya. Namun, ia segera menepiskan semua pikiran yang membuat hatinya sedih.

 

“Aku tidak boleh seperti ini, di sini aku juga memiliki keluarga baru yang menyayangiku bahkan mereka juga memperlakukan aku dengan baik,” ucap Ara dalam hati.

 

Sementara itu, Al yang berada di dalam kamar baru saja menyelesaikan pekerjaannya melongok melalui kaca jendela untuk melihat Ara yang masih terdiam menatap langit malam. Al segera menutup laptopnya dan menghampiri Ara yang masih berdiam diri di rooftop. Ara sontak terkejut karena Al yang tiba-tiba memeluknya dari belakang.

 

“Kau mengejutkanku saja,” ucap Ara.

 

“Maaf sayang,” sahut Al sambil tertawa kecil.

 

“Apakah pekerjaanmu sudah selesai?” tanya Ara.

 

“Ya, aku sudah menyelesaikannya dan sekarang aku punya banyak waktu untuk berdua bersamamu,” jawab Al sambil mencium pipi Ara.

 

Ara tersipu malu mendengar ucapan Al barusan, meskipun mereka berdua sudah menikah terkadang Al melakukan hal yang membuat Ara merasa salah tingkah. Namun hal itu membuat Al semakin tak berhenti menggoda Ara. Mereka berdua sejenak duduk di rooftop karena belum mengantuk, baik Ara maupun Al terdiam dalam pikirannya masing-masing sambil memandang langit malam yang cerah.

 

“Al, terimakasih ya sudah membawaku ke tempat ini dan memberikan semua hal yang tak pernah aku miliki sebelumnya,” ujar Ara memecah keheningan.

 

“Aku senang jika kau bahagia berada di sini,” sahut Al sambil mencium kening Ara.

 

“Tapi ….,” ujar Ara lalu ia menghentikan ucapannya.

 

“Tapi apa?” tanya Al.

 

“Ti … Tidak apa-apa,” ucap Ara berusaha menutupi sesuatu dari Al.

 

Al lalu mendekatkan tubuhnya pada Ara, ia menyadari jika ada sesuatu yang disembunyikan oleh Ara darinya. Terlihat ada kesedihan di wajah Ara yang berusaha ia tutupi, namun Ara tetap berusaha tersenyum. Al terus mendesak Ara untuk mengatakan apa yang sedang ia rasakan saat ini.

 

“Jangan berusaha untuk membohongiku, Ara,” desak Al.

 

“Aku hanya merindukan adik kembarku,” sahut Ara.

 

“Ah … Jadi karena itu, kau bisa video call mereka jika merindukannya bukan?” tanya Al.

 

“Ya kau benar, tapi terkadang perbedaan waktu sedikit menyulitkanku untuk menghubungi mereka,” ucap Ara.

 

Al tidak ingin melihat Ara berlarut-larut tenggelam dalam kerinduannya yang membuatnya semakin sedih. Ia kemudian mengajak Ara masuk ke dalam kamar karena udara di luar semakin dingin. Awalnya Ara menolak karena ia masih ingin berada di sini, namun Al berusaha menggodanya hingga akhirnya ia masuk ke dalam kamar.

 

“Aku masih ingin di sini,” ucap Ara dengan manja.

 

“Di sini terlalu dingin sayang, lebih baik kita menghabiskan waktu di atas tempat tidur,” sahut Al menggodanya.

 

Ara mendadak tersipu malu dan akhirnya iya mau masuk ke dalam kamar.  Al kemudian menutup pintu ke arah rooftop dan tiba-tiba kembali memeluk Ara dari belakang yang membuat Ara terkejut. Ara membalikkan tubuhnya dan kini matanya beradu tatap dengan mata Al. Entah kenapa jantung Ara mendadak berdegup kencang, bahkan Al bisa merasakan itu.

 

“Kau gugup?” tanya Al sambil tersenyum menggoda.

 

“Apa? Ti… Tidak,” sahut Ara salah tingkah.

 

“Aku dapat merasakan detak jantungmu,” bisik Al di telinga Ara.

 

“Aku …” sahut Ara sebelum akhirnya dipotong oleh Al.

 

“Ara, aku sangat mencintaimu dan tak ingin melihatmu bersedih. Aku berjanji akan selalu membahagiakan dirimu,” ucap Al sambil mengelus kedua pipi Ara.

 

Ara tersenyum dan mengangguk mendengar ucapan Al, ia percaya jika pria di depannya ini tak akan pernah mengingkari janjinya. Perlahan Al menarik tubuh Ara untuk semakin mendekat pada tubuhnya. Dapat ia rasakan kehangatan dari tubuh Ara, ia mendekatkan wajahnya dan mengecup lembut bibir Ara. Ara membalas hal yang sama, hingga tak terasa mereka menjatuhkan tubuhnya di atas kasur.

 

Malam ini seolah menjadi malam yang panjang bagi Al dan Ara, ruangan kamar ini mendadak menjadi panas berbanding terbalik dengan udara di luar sana yang semakin dingin. Tidak ada lagi suara hiruk pikuk canda tawa orang-orang yang terdengar di rumah ini, yang ada hanyalah suara lenguhan kenikmatan dari dua insan yang sedang bercinta.

 

 

 

 

Ucapan Ara yang minta maaf karena terlambat tidak digubris oleh anggota keluarga yang lain. Justru Burcu terus menyindir mereka berdua tapi Al tidak peduli. Erce kembali menggunakan senjatanya untuk berusaha menyudutkan Ara, namun Al seolah menjadi benteng perlindungan bagi Ara. Hal itu membuat Erce semakin cemburu dan suasana di meja makan mendadak jadi canggung.

 

“Sebenarnya kami berdua masih ingin bersama di dalam kamar, namun karena Ara merasa lapar jadi terpaksa kami harus turun dan ikut sarapan pagi,” ucap Al sengaja untuk membuat anggota keluarga lain semakin kesal.

 

“Al! Kenapa kau berkata seperti itu,” bisik Ara yang merasa.

 

“Kau tak perlu malu untuk mengakuinya, sayang. Bukan begitu Kakek?” ucap Al.

 

 “Hahaha … Kau ini selalu begitu,” sahut Ekram tertawa kecil.

 

Ekrem dan Afet tersenyum mendengar ucapan Al, sedangkan anggota keluarga yang lain menikmati sarapan paginya dengan perasaan kesal. Terutama Erce, ingin rasanya ia beranjak dari meja makan ini karena merasa muak melihat kemesraan Al dan Ara. Namun Erce hanya bisa menahannya karena tak ingin menunjukkan rasa kesalnya di depan Ekram.

 

 

Terpopuler

Comments

lovely

lovely

bnyak typoooo 🥴

2023-02-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!