Ara & Al Bab 14

Ara tengah duduk santai sambil membaca buku di ruang tamu ketika suara deru mobil Al berhenti di depan halaman rumah. Ia terlihat buru-buru turun dan mobil menenteng tas kerjanya lalu masuk ke dalam rumah, hingga tak menyadari jika Ara sedang duduk di ruang tamu. Ara mengikutinya dari belakang dan bertanya mengapa Al terburu-buru.

 

“Aku harus bersiap-siap sekarang, sore nanti aku harus segera terbang ke Italia untuk urusan bisnis,” ucap Al sambil mengambil koper.

 

“Kenapa mendadak sekali?” tanya Ara.

 

“Iya, ini memang di luar perkiraanku tapi klien meminta kami untuk segera terbang kesana karena ada urusan yang harus kami selesaikan,” sahut Al.

 

Ara terlihat sedih karena itu artinya ia akan merasa kesepian di sini, ditambah ada rasa khawatir dalam diri Ara saat ia jauh dari Al. Tapi Al berusaha untuk menghibur Ara dan meyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja. Berita tentang rencana Al pergi ke Italia terdengar ke telinga seluruh anggota keluarga. Semua yang membenci Ara merasa senang saat mereka pikir bisa menindas Ara.

 

“Apa jadi Al akan pergi ke Italia selama seminggu?” tanya Tuba.

 

“Ya, aku tidak sengaja lewat di depan kamar mereka dan mendengar pembicaraan mereka,” sahut Burce.

 

“Bagus, itu artinya kita bisa memberi pelajaran pada Ara tanpa harus khawatir Al akan mengetahuinya,” tutur Tuba.

 

Ara membantu Al untuk menyiapkan semua baju dan perlengkapan yang akan ia bawa. Hingga tak lama kemudian, mobil jemputan dari bandara sudah menunggu di depan rumah. Al bergegas turun ke bawah dan Ara mengantarnya hingga ke depan. Ara berusaha menyembunyikan kesedihannya karena tak ingin menjadi beban pikiran untuk Al.

 

“Aku tidak akan lama, begitu urusan bisnisku selesai aku akan segera pulang,” ucap Al sambil mencium kening Ara.

 

“Iya, aku akan selalu menunggumu di sini,” sahut Ara.

 

Ara menatap mobil yang melaju membawa Al menjauh dari rumah Ekram sambil menghela nafas panjang. Ekram menepuk-nepuk pundaknya untuk menguatkannya. Hari-hari Ara terasa kosong dan sepi tanpa Al, akhirnya untuk mengatasi kesepian yang ia alami, Ara fokus untuk merawat Ekram yang sudah sering sakit-sakitan itu.

 

Suatu hari Ekram hanya terbaring seharian di atas tempat tidur karena merasa badannya sangat lemas dan kepalanya pusing. Ara kemudian menyuruhnya untuk minum obat dan istirahat saja. Tapi tiba-tiba Ekram ingin makan sup kacang merah buatan Ara, akhirnya Ara pun membuatkannya. Saat sedang memasak di dapur tiba-tiba Ara merasa perutnya sakit, ia kemudian mematikan kompor lalu ke kamar mandi untuk buang air. Kesempatan itu dimanfaatkan oleh Tuba dan Burce untuk memasukkan sesuatu ke dalam sup milik Ekram.

 

“Nah, ini sup kacang merah yang Kakek mau, makan yang banyak ya supaya cepat sembuh,” ujar Ara sambil membawa sebuah nampan berisi semangkuk sup kacang merah yang masih panas.

 

“Ah … Terimakasih ya Ara, maaf Kakek jadi merepotkanmu,” sahut Ekram.

 

Ara menyuapi Ekram yang makan begitu lahap, namun sesuatu yang buruk terjadi beberapa saat kemudian. Ketika Ara sedang turun ke dapur untuk menaruh mangkuk kotor, terdengar suara teriakan dari lantai atas, tepatnya dari kamar Ekram. Ara segera bergegas naik ke atas dan ia mendapati Burce dan Tuba yang sedang berteriak histeris karena melihat Ekram yang kejang-kejang dan mulutnya mengeluarkan busa.

 

“Astaga! Cepat panggil ambulance, Burce!” teriak Tuba panik.

 

“Kakek kenapa?” tanya Ara sambil menahan tangis karena khawatir melihat kondisi Ekram.

 

Erce, Gohan dan anggota keluarga yang lain segera menyusul ke kamar Ekram dan mereka ikut terkejut. Tak lama kemudian ambulance datang dan Ekram segera dilarikan ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan. Semua orang cemas berjalan mondar-mandir di depan ruang perawatan, hingga akhirnya Dokter keluar.

 

“Dok, bagaimana keadaan pasien di dalam?” tanya Tuba.

 

“Pasien mengalami keracunan makanan karena ada zat berbahaya berupa arsenik yang terkandung dalam makanan yang ia konsumsi. Untung saja pasien segera di bawa kemari dan mendapatkan pertolongan pertama, jika tidak akibatnya bisa fatal,” sahut Dokter itu.

 

“Arsenik?” ucap Erce dan anggota keluarga lain dengan nada terkejut.

 

Gohan segera menghubungi Al untuk pulang ke rumah. Kebetulan urusan Al saat itu di Italia sudah hampir selesai, begitu mendengar kabar itu ia segera melimpahkan sisa tugasnya pada asisten pribadinya. Al mencari tiket pesawat tercepat untuk penerbangan ke Turki.  Begitu sampai di Turki, Al segera menuju ke rumah sakit tempat Ekram di rawat.

 

“Kakek, apa kau baik-baik saja? Apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Al panik.

 

“Aku baik-baik saja, jangan khawatir,” sahut Ekram yang sudah mulai sadar.

 

“Dokter bilang, Kakek keracunan makanan karena makanan yang ia konsumsi mengandung racun arsenik,” timpal Erce.

 

“Arsenik? Bagaimana bisa ada racun arsenik masuk ke dalam makanan Kakek?” tanya Al.

 

Semua hanya terdiam dan mengalihkan pandangannya ke Ara yang berdiri di sudut ruangan. Seolah semua orang sedang menuduh Ara yang melakukan semua ini. Tetapi tidak dengan Al dan Ekrem yang percaya pada Ara dan masih membelanya di depan anggota keluarga yang lain. Hal itu semakin membuat mereka kesal, karena di saat situasi buruk seperti ini Al dan Ekram masih saja membela Ara.

 

“Al, bisakah kau berpikir jernih sekali saja, sudah jelas makanan yang dimakan oleh Kakek Ekram siang ini dimasak oleh Ara. Lalu siapa lagi yang bisa memasukkan racun itu ke dalam makanan kecuali Ara?” ujar Burce.

 

“Kalian jangan sembarangan menuduh jika belum punya bukti,” sahut Al membela Ara.

 

“Bukti apalagi Al yang kau butuhkan? Semua sudah jelas,” timpal Gohan.

 

“Sudah hentikan, aku tidak ingin ada keributan di sini dan kalian berhentilah menyalahkan Ara jika belum memiliki bukti,” ucap Ekram.

 

Al akhirnya mengantar Ara pulang, sementara Ekram masih harus menjalani perawatan di rumah sakit hingga ia benar-benar pulih. Beberapa anggota keluarga memutuskan untuk menjaga Ekram di sana, termasuk Tuba. Sepanjang perjalanan Ara hanya terdiam menatap jalanan kota Turki dengan tatapan mata nanar. Al memegang tangannya dan berusaha untuk menenangkan dirinya.

 

“Sayang, kau tidak apa-apa kan?” tanya Al.

 

“Kau percaya padaku kan? Aku sama sekali tidak mungkin melakukan itu pada Kakek,” ucap Ara.

 

“Aku percaya padamu sayang, pasti ada orang lain yang sengaja menaruh racun itu,” sahut Al.

 

Al ingin mencari tahu siapa pelaku sebenarnya, tapi semua yang terjadi benar-benar sudah direncanakan dengan baik oleh Tuba dan sekutunya. Tak ada bukti yang bisa membuktikan siapa pelaku sebenarnya. Sementara itu di rumah sakit, Tuba hanya bisa menangis bersandiwara seakan sangat menyayangi Ekrem, dia tak berhenti menuduh jika Ara yang berniat meracuni Ekrem.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!