Lastri dan Gya tengah berjalan menuju ke rumah Madi. Gya ingin kunjungi Armen di rumah Madi. Soalnya tadi malam Armen justru memilih untuk tidur di rumah milik Pak Lek Lastri itu. Obrolan kedua lelaki berbeda beda profesi bisnis itu tidak dapat berhenti begitu saja.
Saat dimulainya pembicaraan Lastri turut serta didalamnya. Bahkan Lastri terlihat sangat aktif. Ia banyak cerita awal dirinya beranikan diri antarkan hasil panen kebun almarhum Wasis.
Cerita Lastri dimulai dari besarnya angka potongan dan banyak kurang hasil panen. Yang menjadi sebab adalah Lori Merah. Perusahaan milik orang tua More. Petugas mereka kerap kali tidak memasukkan buah buah brondolan dalam hitungan. Rontokan buah itu justru banyak ditinggalkan begitu saja di atas tanah.
Pada bagian akhir baru Lastri ketahui jika brondolan itu mereka bawa ke lapak milik mereka. Lalu disatukan dengan brondolan hasil kebun lain. Setelah terkumpul banyak, mereka jual ke pabrik kelapa sawit berskala rumahan atau kecil.
Namun, cerita Lastri harus terputus sebab Gya telah memasuki waktu tidurnya. Itulah mengapa Lastri tak bisa ikut pembicaraan lebih lama lagi. Lastri harus pulang antar Gya tidur di rumah neneknya untuk kali pertama.
Sayangnya setelah Lastri pulang ke rumah Enah, Madi baru mulai cerita tentang dua kematian kru Lori Merah. Tosi dan Yudi. Belakangan Madi dengar ada selentingan kabar dari pihak Lori Merah sendiri. Jika mereka merasa bahwa kejadian memiliki kaitan dengan keponakannya itu, Lastri.
Berulang kali Lastri harus berhenti untuk menunggu Gya agar dapat menyusulnya. Tak berhenti-berhenti mulut Lastri berbunyi berikan semangat serta ajakan pada Gya. Hingga akhirnya mereka benar-benar tiba di depan pagar rumah Madi.
Lastri memang tidak mau menggendong Gya. Selain sudah berat, Lastri juga ingin melatih Gya berjalan. Lagian jarak kedua rumah sangat dekat. Dengan berjalan kaki maka mereka hanya akan lalui jalan pintas berupa kebun pisang yang ada di antara dua rumah.
Robiah istri Madi sedang menyusun menu sarapan pagi di beranda. Teh manis dan godok pisang. Menu favorit Gya. Terlebih Istri Madi itu gunakan tepung beras. Akan membuat penganan itu terasa lebih lembut dan manis di mulut balita.
"Ayo Las! kita minum dulu?"
"Iya Bi!" jawab Lastri, "mana Pak Lek?"
"Biasa, masih deres karet!"
"Banyak hasilnya Bi?"
"Lah apa Las, kalau lagi musim trek begini?"
Tidak sawit tidak karet, kalau sudah musim kemarau panjang seperti itu produksi hasil kebun sangat minim. Terlebih kalau pokok pohon penghasil getah itu tak pernah atau jarang sekali diberi pupuk. Hasil getah jadi sangat sedikit, sungguh hasil yang sangat mengecewakan. Musim kemarau identik dengan masa paceklik di daerah mereka.
Sudah dua buah godok pisang yang telah selesai Gya ganyang. Lastri biarkan saja putrinya makan penganan itu. Selain baik untuk tubuhnya, istri Madi itu pun terlihat senang melihat hasil masakannya disukai Gya.
"Wow! Si bos baru bangun!" Goda Lastri pada anak buah satu satunya itu.
"Enak tidur saya, semalam seru betul cerita sama Pak Lek!"
"Saya bikin minum dulu ya!" ujar Robiah yang merasa canggung berada di antara anak muda para tetamunya.
"Silahkan Bi!"
Robiah segera ke dapur lagi bermaksud buatkan teh yang baru untuk Armen. Teh pertama yang tadi ia buat sudah hampir tandas dihantam Gya. Lastri seperti tidak ada kuasa dalam halangi nafsu makan Gya pagi itu.
Armen bercerita bahwa ia telah berhasil temukan bisnis baru. Ia bermaksud bantu jual getah karet hasil kebun Madi. Armen cerita tentang rekomendasi pabrik dengan harga yang baik pada Madi. Petani paruh baya itu pun tertarik untuk coba jual hasil dengan syarat Lastri dan Armen sendiri yang membawa hasil kebunnya.
"Dapat info lapak dari mana?"
"Punya nasabah, waktu kerja dulu!"
"Yakin dengan janji nasabah itu?"
"Ya, Yakinlah!"
"Harga lebih baik?"
"Pasti! Jauh malah!"
"Tapi itu kan dulu?"
"Lebih-lebih sekarang!"
"Kok?"
"Sama aja kayak sawit, barang langka?"
"Oh!" Lastri baru mengerti maksud Armen. "Jumlahnya banyak nggak?"
"Banyaklah!"
"Kok bisa tahu?"
"Kalau dari cerita Pak Lek, Ini barang simpanan!"
Lastri aminkan pernyataan Armen terakhir. Madi memang kerap kali menahan getah, hasil kebunnya. Tak berbeda jauh dengan pabrik sawit, pabrik karet pasti akan alami kesulitan yang sama terhadap bahan baku untuk bisa produksi. Walau tak begitu ketat persaingannya.
Madi keluar dari pintu depan. Tak terlihat kapan ia masuk. Sepertinya ia masuk dari belakang dapur. Malah ia sudah bersihkan badan lebih dulu. Sudah tak terlihat orang yang baru datang dari kebun.
"Men!"
"Ya Pak Lek!"
"Barusan Pak Lek ngobrol sama temen!"
"Ngobrol apa ya Pak Lek?"
"Lapak yang punya nasabah itu Men!"
"Ya, kenapa Pak Lek?"
"Banyak yang mau titip juga!"
"Lho lho lho, Kok jadi gini ceritanya?"
"Ya gimana lagi Men, selisih seribu aja dah dianggap gede Men sekarang ini!"
Apa yang disampaikan Madi sangat benar. Jika saja ada petani yang punya stok karet seratus kilogram, maka ia akan mendapat selisih keuntungan sebesar seratus ribu rupiah. Bukan jumlah yang sedikit.
Bagaimana jika ada petani yang memiliki cadangan karet siap jual sebanyak satu ton, seperti Madi. Terbayang kan besaran uang yang akan mereka terima. Bahkan banyak dari kawan Madi punya cadangan karet melebihi kepunyaan Madi sendiri. Bagaimana bisa mereka tak tertarik atas informasi yang paman Lastri berikan itu.
"Jadi gimana nih Las?"
"Ya kamu atur saja Men!"
"Las, boleh nggak truk kamu masuk ke kawasan?" Madi minta persetujuan pada keponakannya itu.
"Maksudnya Pak Lek?"
"Iya masuk ke dalam area kebun!"
"Jalan masuknya susah nggak?"
"Truk udah biasa masuk sih!"
"Tergantung Armen aja, berani nggak Dia?" Lastri beri tantangan pada Armen.
"Kalau kering begini sih biasanya sih aman!" Lanjut Madi.
"Ya sudah lanjut!" Armen terlihat begitu yakin.
Robiah datang bawakan teh dan kopi buat Armen dan suaminya. Sepertinya dari tadi ia menguping obrolan suami dan tamunya. Wajah Robiah kelihatan begitu sumringah dengarkan kabar gembira itu.
"Ya sudah tho Pak, dibongkar semua saja!"
"Maksud saya juga begitu Bune!"
"Kalau lebih tinggi seribu, nanti bisa jadi langganan lho Nak Armen!"
Apa yang Robiah katakan adalah hal yang sangat benar sekali. Sebagai istri petani karet Robiah paham betul dengan kondisi kawan-kawan senasib perjuangan. Mereka semua selalu keluhkan harga karet yang tak pernah kunjung naik. Dan sebaliknya harga-harga kebutuhan terus meningkat.
Perkataan Robiah diamini oleh suaminya. Selama ini mereka jarang dapatkan harga yang bagus. Dalam keadaan kemarau dan getah karet langka sekalipun. Tepatnya dua tahun lalu, saat Lori Merah telah kuasai bisnis perkebunan di daerah mereka secara keseluruhan.
Lori Merah mampu kalahkan kompetitor mereka. Bisnis angkutan truk milik kepala rukun kampung bisa dihancurkan. Mereka mampu menarik warga kampung dengan harga tinggi pada awalnya. Perlahan tapi pasti, barulah para warga tidak pernah lagi bisa jual karet mereka dengan bebas.
Sempat juga ada pedagang karet keliling yang masuk desa mereka. Hanya seumur jagung masanya, sebentar saja sudah tak mampu hadapi Lori Merah. Karena itu saat truk warisan Wasis masuk desa mereka, ide Madi timbul menjual keluar hasil panen kebun mereka. Madi dan beberapa warga telah begitu jengah melihat kelakuan Lori Merah pimpinan Wahid, Ayah More.
Armen tidak tahu kejadian itu. Yang terpikir olehnya adalah membantu kesulitan Madi, dan warga lainnya. Juga ciptakan bisnis baru sesuai amanat yang diberi Lastri.
Lastri diamkan tindakan Armen. Memang ia belum tahu persis cerita Madi tentang Lori Merah tengah mengincar dirinya. Tapi Lastri yakin setelah matinya Tosi, di pabrik kelapa sawit mini akan terjadi perubahan besar-besaran. Terutama terkait pasokan buah hasil dari kebun kelolaan Lastri dan Armen.
Jika nanti ditambah Lastri sukses lakukan bawa keluar hasil panen karet di wilayah asal Lori Merah, tak terbayang kemarahan para pimpinan Lori Merah. Gesekan Lastri dan Lori Merah akan semakin kencang. Kalaulah hanya Lastri yang dulu manalah mungkin punya daya melawan kelompok mereka.
Tapi kini dalam jasad Lastri terdapat Ruh Gema. Ruh yang telah bersiap balaskan dendam Lastri. Ruh yang akan memegang teguh janji gaib antara mereka, Pratigya Gema.
...☘️☘️☘️ ~~ Bersambung ~~ ☘️☘️☘️...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments