Murni keluhkan hasil kebun sawit mereka sejak tidak ditangani almarhum suaminya. Jangankan ada sisa untuk ditabung, bayar angsuran truk kebanggaan Wasis pun masih kurang. Murni mulai berpikir untuk menjual truk itu seperti saran-saran yang pernah diberikan saudara Wasis padanya.
Murni terkejut ketika tahu harga jual truk sangat rendah. Sehingga tidak bisa lunasi hutang dari perusahaan jasa keuangan pemberi kredit truk itu. Hal itu setidaknya bisa Murni tangkap dari hasil obrolannya dengan petugas juru tagih perusahaan itu.
"Masak over kredit kok malah saya masih nambah?"
"Iya Bu soalnya truk bapak tipe tertinggi!"
"Ya justru itu, dari harganya aja udah yang paling mahal!" Murni sampaikan hal yang ia tahu dari almarhum suaminya tentang truk itu, "uang mukanya aja besar kok?"
"Masalahnya yang mau take over nggak ngitung fasilitas yang ada di mobil Bu!" Juru tagih itu berusaha terangkan kendala pada proses alih kredit.
Apa yang disampaikan oleh juru tagih dari kantor pembiayaan itu benar adanya. Dia menyayangkan bahwa Wasis tidak setuju untuk ikut asuransi. Walau bukan jenis asuransi all risk, setidaknya pihak mereka dapat berikan keringanan tenggat waktu bayar atau pengurangan bunga.
Lastri hanya bisa dengarkan pembicaraan itu. Tak terasa air matanya menetes. Lastri dapat mengingat dengan jelas kebaikan Wasis. Saat ini alat transportasi milik dari kebanggaan ayah angkatnya itu terancam terenggut oleh perusahaan pembiayaan.
"Lastri kamu masuk, Gya sudah tidur tuh!" Murni tak ingin Lastri tahu tentang kendala yang tengah menerpa mereka.
"Baik Bu!" Lastri turuti kemauan Murni.
Ketika berjalan menuju kamar, Lastri lihat rekan petugas yang datang bersama tadi. Orang itu terlihat seperti tengah perhatikan kondisi truk secara keseluruhan. Lastri percepat untuk baringkan Gya di dalam kamar tidurnya. Ia ingin cari tahu rahasia apa yang ingin ditutupi ibu angkatnya itu, sehingga ia harus diusir dari pembicaraan dengan petugas lainnya.
"Gimana kondisi truknya?"
"Kalau dari luar bagus aja kok Mbak!"
"Ada kendala nggak?"
"Bannya Mbak sudah mulai kurang angin!"
"Kalau mesinnya gimana?"
"Ya nggak tahu Mbak, kalau belum coba di starter dulu?"
"Iya juga! Siapa nama kamu?"
"Roy!"
"Tunggu sebentar!"
Dengan cara sedikit berlari Lastri menuju rumah bagian depan. Ia ingin mengambil kunci mobil. Pastinya akan meminta izin lebih dulu pada Murni. Serta bilang bahwa mesin mobil akan dipanaskan.
Lastri serahkan kunci pada Roy. Cepat Roy tekan remote untuk membuka pintu. Sungguh truk yang modern dan sangat layak dalam hal mencari uang. Selain itu juga masih pantas untuk membawa serta keluarga. Benar-benar kendaraan dengan standar fitur kenyamanan yang tinggi untuk kelas truk.
Maka tak heran Wasis memilih truk mewah itu. Di masa tuanya ia ingin alat angkutan yang dapat memenuhi segala kebutuhan mereka berdua. Lastri merasa bersyukur dapat naik ke truk itu lagi sepeninggal Wasis. Truk yang menjadi tumpangannya kali pertama ditemukan oleh pasutri itu.
"Ayo cepat hidupkan!" Lastri beri perintah pada Roy sesudah memasukkan kunci pada lubang starter.
"Sebentar, saya netralkan dulu giginya!"
"Lama amat!" Lastri bandingkan almarhum Wasis dengan Roy dalam proses hidupkan mesin truk itu.
"Tenang Mbak!" Kali ini Roy pastikan rem tangan terpasang.
"Kamu bisa nggak sih?"
"Kalau cuma manasin aja ya bisa lah Mbak!" jawab Roy yang memanggil Lastri dengan panggilan dituakan semata-mata karena telah mempunyai anak.
Agak sulit agar menyala pada kesempatan pertama. Butuh starter berkali-kali hingga mesin menyala sempurna. Lastri terlihat sangat menikmati getaran truk itu ketika mesin truk berhasil dinyalakan dengan sempurna.
Asap hitam mengepul deras dari knalpot. Hitam pekat pertanda mesin telah sangat lama tidak dihidupkan. Berkali-kali Roy tekan pedal gas. Setiap deru hasil tekanan gas sangat nikmat terasa oleh Lastri.
Telah lima hari semenjak mobil itu terakhir dihidupkan. Lastri merasa perlu untuk sampaikan hasil pembicaraan dengan Roy pada Murni. Lastri amat khawatir dengan kondisi ban yang ada saat ini.
"Siapa nama mata elang itu?"
"Roy!"
"Kok keren amat, karyawan kantornya aja Tukiman namanya!"
Perkataan Murni sontak membuat mereka berdua tertawa. Mereka heran nama mata elang lebih keren dibanding staf resmi dari staf kantor yang kucurkan kredit untuk truk mereka. Mata elang sebutan bagi pihak ketiga dari luar kantor pemberi kredit. Mereka bertugas untuk mencari tahu posisi mobil atau motor yang sengaja dihilangkan oleh debitur atau menunggak lama.
Sejenak dua orang wanita yang tak punya suami itu bisa tertawa. Telah lama Murni tak tertawa lepas tanpa beban seperti tadi. Tepatnya sejak meninggalnya sang suami tercinta.
"Bu saya izin pinjam kunci buat manasin mobil!" Lastri beranikan diri untuk pinjam kunci mobil.
"Buat apa?" Murni pura-pura tidak dengar perkataan Lastri di awal.
"Mau panasin mobil!" Lastri ulang alasan tanpa menaruh curiga bahwa Murni telah menolak permintaannya secara halus.
"Si Gya mana?"
"Lagi tidur!"
"Udah jagain aja anak kamu itu!"
"Justru itu Bu, selagi Gya bobok saya mau panasin mesin mobil!"
Sadar bahwa Murni melarangnya. Lastri pun beritahu Murni hasil percakapannya dengan Roy. Lastri sampaikan bahwa menurut petugas mata elang itu akan sangat rugi jika truk tidak bisa menyala pada saat proses penarikan.
Biasanya dikenakan biaya teknisi atau bengkel. Lebih parah kalau ada sparepart yang harus diganti. Biaya-biaya itu akan dijadikan beban ke para pelanggan. Total biaya biasanya juga lumayan besar.
Dengarkan penjelasan dari Lastri, Murni akhirnya setuju. Lalu ia bergerak ke dalam kamar untuk mengambil kunci. Walaupun ia masih khawatir akan kemampuan Lastri untuk menghidupkan mesin truk itu.
"Beneran kamu bisa?"
"Bisa Bu!"
"Ikutin bener cara Si Roy itu ya!"
"Ya Bu!"
Dengan berlari kecil ibu muda itu menuju truk yang terakhir kali di parkir oleh Gianto. Lastri sempat terdiam setelah berhasil duduk di belakang setir. Merenung seperti ia sangat mengenal kendaraan berbadan besar itu.
Lastri mengamati posisi persneling. Jelas berada di posisi normal. Persis sama seperti saat ditinggalkan oleh Roy. Begitu juga dengan posisi rem tangan. Terpasang dengan baik.
Lalu dengan pelan dan hati-hati ia putar kunci itu. Gemuruh mesin truk yang baru menyala pun terdengar. Dari kejauhan terlihat Murni acungkan jempol pada anak angkatnya itu. Hanya sepuluh menit mesin itu menyala, hingga kontak starter Lastri kembalikan ke posisi off.
Lastri ceritakan pengalamannya ketika ia berada di atas truk pada Murni. Ia merasa mampu jika mengendarai truk peninggalan Wasis itu. Benar, Lastri telah beberapa kali dapatkan wangsit untuk mengendarai truk itu.
Lastri ceritakan pada Murni, bahwa Wasis telah memberi petunjuk agar ia teruskan profesi ayah angkatnya itu. Murni tak bisa serta merta setuju atas permohonan Lastri itu. Walaupun ia juga terkadang mendapat mimpi yang sama. Murni pernah bermimpi suaminya itu minta agar dirinya percaya penuh pada Lastri.
"Dengar ya Las, kamu itu seorang ibu!"
"Ya, ngerti Lastri itu Bu."
"Sudah deh pokoknya nurut aja apa kata Ibu!"
"Tapi Bu, Lastri itu pasti bisa!"
"Kok kamu yakin bisa itu dari mana?"
"Lastri rasakan bimbingan bapak!"
"Kapan?"
"Setiap kali naik truk itu."
Berulang kali Lastri nyatakan hal itu pada Murni. Tapi tanggapan Murni tetap sama. Murni sungguh tak percaya bahwa anak angkatnya yang kecil, kurus dan masih sangat muda itu bisa gantikan posisi suaminya dalam mencari nafkah. Terlebih dengan cara menjadi supir truk. Sangat-sangat sulit untuk bisa dipercaya.
Seperti biasa, selepas tidurkan Gya, Lastri berniat panaskan mesin truk. Memang ia telah diberi izin memanaskan truk itu dua hari sekali. Beruntung truk itu terbilang masih baru. Sehingga dipanaskan setiap dua atau tiga hari sekali masih bisa hidup dengan lancar.
Ada yang berbeda kali ini. Dua hari yang lalu Lastri kembali melihat kondisi keenam roda truk itu. Keadaannya amat tragis. Beruntung kondisi ban luar masih sangat tebal. Sehingga penurunan tekanan angin tidak begitu drastis.
Setelah dirasa mesin cukup panas. Lastri luncurkan truk itu ke bawah ke arah jalan secara perlahan. Lastri dapat mengingat dengan jelas lokasi terdekat, tempat Wasis biasa mengisi angin.
...☘️☘️☘️ ~~ Bersambung ~~ ☘️☘️☘️...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments