BAB 02 ~ Selalu Diintai ~

Tepat pada hari kelima belas, wakil kepala sekolah bidang kesiswaan dan beberapa guru sengaja berkunjung ke rumah Lastri. Alasan mereka lakukan kunjungan adalah mendapatkan kejelasan sebab Lastri tidak hadir di kegiatan belajar mengajar. Praktis sejak kejadian itu, Lastri memang hanya bisa berbaring di atas kasur.

Ada yang janggal dari kedatangan wakil kepala sekolah dan guru-guru pada siang hari itu. Surat pemberhentian dari sekolah untuk Lastri agaknya telah mereka siapkan sedari awal. Sepertinya pihak sekolah telah dapat kabar tentang kehamilan Lastri sebelumnya. Pastinya para dewan guru telah ada kata sepakat pulangkan Lastri pada orang tuanya.

Yudi datang ke rumah Lastri. Itu kali kedua ia datang ke rumah Lastri sejak apa yang menimpa Lastri terjadi.Yudi adalah alumni di sekolah yang sama dengan Lastri. Mereka sempat dekat, bahkan teman main sedari kecil. Mereka berselisih dua tahun ajaran.

Yudi sempatkan dirinya bercakap-cakap dengan para mantan gurunya di depan rumah Lastri. Agaknya para guru bangga padanya. Karena Yudi telah kenakan seragam dari sebuah perusahaan lapak sawit yang terkenal di daerah mereka.

"Lastri ini saya bawakan jeruk!" ujar Yudi sambil tersenyum dan menaruh sebuah bungkusan plastik di meja tamu yang ada di dekat kepala Lastri. 

Enah yang melihat kejadian itu membalas penuh basa-basi pada Yudi. Ia seolah-olah bertindak mewakili Lastri dalam menerima kedatangan mantan pacar anaknya itu. Walau penuh kepura-puraan, pada Enah tetap ucapkan terima kasih atas kunjungan Yudi pada putrinya.

"Bi, Lastri gimana kondisinya sekarang?" tanya Yudi pada Enah sesaat ia telah duduk di sisi kanan kasur Lastri.

"Ya beginiah, Masih seperti tempo hari Nak Yudi!" Terdengar pasrah jawaban dari Enah, "belum ada perubahan!"

"Tapi kata bibi dan orang-orang, Lastri sudah sempat bicara-bicara tempo hari!" tanya Yudi heran. "masak hari ini jad nggak bisa ngomong lagi?"

"Ya begitu nak Yudi!" jawab Enah sesuai dengan pesan Lastri agar tidak katakan kondisi dirinya yang sebenarnya pada siapapun.

Memang Lastri sempat mengaku pada  ibunya bahwa jika ia banyak bicara maka timbul rasa sakit di kepalanya. Untuk itu Enah berbohong pada Yudi. Enah khawatir jika Lastri harus menderita sakit yang amat sangat pada bagian kepala seperti minggu lalu.  

Sengaja Yudi pura-pura bertanya tentang tujuan guru-guru sekolah datang ke rumah Lastri. Padahal ia telah tahu perihal Lastri diberhentikan dari sekolah. Guru-guru itu sendiri yang telah membeberkan berita itu padanya saat mereka berbincang-bincang tadi. Tepatnya sebelum Yudi masuk kedalam rumah Lastri.

"Bi, guru-guru pada kesini mau ngapain?"  Yudi berpura-pura bertanya maksud tujuan para dewan guru berkunjung.

"Ya biasa toh Yud, ngebesuk Lastri," jawab Enah agak kesal karena harus berbohong  lagi.

Tentu saja Enah tidak mau beri tahu Yudi tentang kehamilan Lastri. Walau seluruh warga sudah tahu, kabar itu tidak akan pernah keluar dari mulutnya. Enah berpikir jika Lastri setuju gugurkan kandungannya, maka tudingan masyarakat desa akan hilang dengan sendirinya. 

Seperti almarhum suaminya Enah selalu berpegang teguh pada nama baik. Jika memang harus bocor, hal itu harus dapat dipastikan bukan dari mereka. Termasuk kabar Lastri diberhentikan dari sekolah karena hamil, akan ia jaga untuk tidak keluar dari mulutnya. Sayang Enah tidak tahu bahwa lelaki muda yang ada di depannya itu adalah penyebab putrinya berbadan dua. 

Yudi memang cukup lama ada hubungan dengan Lastri. Malah mereka telah biasa main bersama sejak kecil. Enah tahu akan hal itu. Namun, Enah tahu persis bahwa hubungan mereka telah putus dua atau tiga bulan lalu.

"Gimana Nak Yudi kerjaannya? Lancar?" tanya Enah.

"Baik-baik saja Bi, memang harus banyak belajar dulu!" jawab Yudi.

"Kamu kan baru masuk kerja disana, kok banyakan istirahat disini sih? tanya Enah heran, terlebih status Yudi sebagai karyawan baru. "jarak dari sini ke sana kan jauh?"

"Ya nggak apa-apa Bi, kan memang lagi  jam istirahat!" jawab Yudi.

Sesuai pesan Lastri, Enah tidak ingin Yudi berlama-lama di rumah mereka. Enah juga takut kalau-kalau Yudi ditegur oleh atasan. Tetap saja sebagai orang tua ia tidak ingin hal buruk terjadi pada seseorang. Terlebih Yudi masih satu kampung.

"Maaf lho Nak Yudi bukan Bibi mau ngusir kamu, Tapi Bibi mau istirahat," ujar Enah, "lagi pula Lastri mau bebersih dulu!"

"Iya iya Bi …, saya ngerti kok!" jawab Yudi halus walau dengan raut muka masam, "Lastri saya izin pulang dulu ya!"

"Terima kasih ya Nak Yudi!" ujar Enah.

"Saya pamit ya Bi!" Yudi pun meminta izin pada Enah.

Lastri perlu segera dibersihkan adalah kiat sukses Enah mengusir Yudi secara halus. Tak berselang lama Yudi ucapkan salam, raungan suara motor pun terdengar. Lastri sangat kenal dengan suara khas motor dua tak itu. Ya, motor milik salah satu dari pemerkosa dirinya.

"Bu, tolong lihat motor yang diluar itu Bu?" pinta Lastri.

Enah berjalan ke jendela, lalu ia sibak kain warna biru itu. Kain bekas bendera partai yang berfungsi sebagai gorden. . Setelah melihat keluar, Enah pun berkata, "yang motor jambret itu ya Las?"

"Iya Bu, apa warna tangki motor itu di cat kuning?" tanya Lastri.

"Iya Las, warna tangkinya kuning terang," jawab Ibunda Lastri.

"Mas Yudi sudah naik motor itu Bu?" tanya Lastri kali ini ia coba untuk duduk.

"Belum, masih ngobrol sama orang yang di motor, Eh kamu kok mau duduk kok nggak bilang dulu ke Ibu!" Enah coba beri peringatan pada Lastri.

Lastri merasa perlu membahas siapa orang "Nggak apa apa saya sudah mulai kuat kok!" jawab Lastri, 

"Apa rambutnya panjang Bu?" tanya Lastri.

"Iya keriting! Megar gitu rambutnya, terus tuh diikat, dia pakai baju kotak-kotak," jawab Enah.

"Dia pakai bandana hitam ya Bu," tanya Lastri lagi.

"Iya benar, kamu kenal dengan dia?" Enah balik bertanya.

"Nggak Bu!" Lastri gelengkan kepalanya dengan pelan.

Lastri memang tidak kenal secara pribadi pada lelaki itu. Tapi ia tahu siapa lelaki itu, Namanya Bambang. Tapi biasa dipanggil Bems oleh More. Dia kawan karib More.

Setelah menjawab pertanyaan terakhir dari Lastri, Enah segera kembali di sisi kiri  Lastri lagi. Ia ingin membantu mengatur posisi duduk putrinya itu. Segera Enah letakkan bantal di belakang leher Lastri sebagai sandaran.

"Terima kasih Bu!"  Lastri ucapkan terima kasih pada Enah setelah merasa lebih rileks dengan bantal sebagai sandaran, "Ibu sering nggak melihat motor itu?"

"Ya nggak lah Las, ibu kan nggak pernah keluar!" jawab Enah.

"Tapi saya seperti sering mendengar suara motor itu!" ujar Lastri, "sudah hampir satu minggu ini!"

"Eh iya bener kamu Lastri, tempo hari pas Yudi datang juga diantar motor itu?" jawab Enah.

Enah merasa heran pada Lastri, mengapa bisa ada perhatian khusus pada motor itu. Ada satu hal lagi yang membuat Enah heran. Lastri tak pernah menyebut dirinya dengan kata "saya". Lastri biasa menyebut namanya sendiri dengan nama Astri. Sebuah nama yang dianggap lebih cantik dan manja oleh putrinya itu.

"Tuh sudah pergi motornya," ujar Enah ketika suara bising motor itu semakin terdengar menjauh.

"Iya Bu," Lastri mengangguk pelan

"Kamu makan ya," Enah berikan tawaran makan pada Lastri.

"iya Bu!" Lastri menurut.

"Jeruk dari Yudi mau kamu makan nggak Las?" Enah perlihatkan dua buah jeruk yang ia ambil dari bungkus plastik itu. 

"Mau Bu!" jawab Lastri.

Sambil kedua tangannya sibuk bukakan dua buah jeruk tadi, Enah pun berkata, "Nanti kalau kamu sudah sehat, kita minta bantuan sama Pak Lek cari sekolah yang baru untuk kamu!"

"Sepertinya nggak perlu lagi deh Bu!" pungkas Lastri.

"Kenapa kamu ngomong gitu, sekolah kan penting!" Enah coba ingatkan pentingnya sekolah.

"Malu Bu, masih sekolah kok sudah punya anak?" jawab Lastri.

"Makanya kita pergi ke Mbah Jum," Enah kembali membujuk Lastri untuk gugurkan kandungannya.

"Saya nggak mau Bu," jawab Lastri sembari miringkan tubuhnya hingga air mata menetes di kedua tepi matanya.

"Ya sudah Ibu mau ambil makan buat kamu," ujar Enah tegas, mencoba untuk kuatkan dirinya.

Enah berjalan ke dapur untuk ambilkan makan anaknya. Adapun Lastri memakan buah jeruk pemberian Yudi. Terasa asam ketika ruas jeruk pertama ia masukan ke dalam mulutnya. Namun, untuk ruas jeruk berikutnya Lastri dapat rasakan lebih manis  Seakan-akan berasal dari buah jeruk yang berbeda.

...☘️☘️☘️ ~~ Bersambung ~~ ☘️☘️☘️...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!