BAB 18 ~ Kabar Duka? ~

Armen naikan truk ke pekarangan Murni. Baru saja ia mengantar pupuk ke Wagiso. Pupuk yang mereka dapat dari rekanan Mulyanto. Seorang pegawai kementerian koperasi dan industri UKM Kabupaten yang pernah bertemu dengan Lastri.

"Itu mobilnya sudah datang!" ujar Lastri pada Gianto, "Silahkan jika mau periksa!"

"Terima kasih Bu!"

Gianto bergerak maju ke arah mobil truk itu, susul dua anggota polisi lainnya. Lastri baru tahu bahwa dua petugas lain itu dari satuan unit kriminal. Gianto persilahkan dua anggota serse itu untuk ambil gambar truk peninggalan Wasis itu. Kembang roda dan jejak roda di atas tanah pun tak luput dari pengamatan mereka. Semua yang tim itu lakukan sudah sangat presisi sekali.

Armen yang baru tiba hanya bisa bertanya dalam hati. Ada apa hingga polisi datang untuk memeriksa kendaraan yang baru ia pakai. Armen merasa tak melakukan suatu pelanggaran apapun.

Armen lebih khawatir jika sempat ditanya tentang surat izin mengemudi. Yang pasti benda itu belum pernah ia punya. Armen berjalan menuju Lastri dan Gianto berdiri. Adapun Murni terlihat bersama Gya di beranda rumah.

"Terima kasih atas kerjasamanya," ujar Gianto pada Lastri.

"Siap, Terima kasih!"

"Tolong datang jika diminta keterangannya  ya!"

"Yang penting surat panggilannya jangan mendadak!"

"Kami upayakan Bu!" Sergah Gianto.

Gianto dengan diikuti dua orang anggota polisi lainnya pun meninggalkan Lastri dan Armen. Mereka pergi dengan gunakan unit mobil satuan reserse kriminal. Melihat hal itu Armen semakin bertanya-tanya dalam hati, hal apa yang telah berlaku.

Lastri berjalan menuju rumah. Armen ikuti wanita yang sepekan lalu telah resmi jadi bosnya. Armen rasa dengan pengetahuan dalam bidang hukum yang ia miliki, akan dapat membantu Lastri. Minimal sebagai sarjana filsafat ia mengerti tentang filsafat hukum.

*Ada apa polisi kemari Nak?" tanya Murni.

"Mereka temukan jenazah Yudi di sungai!"

"Yudi yang?" Murni bermaksud pastikan "Yudi yang merupakan ayah biologis dari Gya?'

"Iya Bu!"

"Kok mereka bisa langsung tahu bahwa itu Dia?"

"Jenazahnya masih utuh Bu, Lengkap!" ungkap Lastri, "dompet dan barang lainnya masih ada!"

"Dimana ditemukannya?"

"Daerah pinggiran rawa, dekat tumbuhan pinggir air katanya!" 

"Kalau itu sih diamankan buaya?" Celetuk Armen dengan santai.

Di daerah mereka memang kerap terdapat buaya. Dari beberapa pengalaman pencari korban serangan buaya atau sebab lain, acap kali korban ditemukan dalam keadaan masih utuh. Mayat korban lebih seperti disembunyikan oleh binatang buas. Para ahli berpendapat hal itu bisa terjadi karena buaya masih dalam keadaan kenyang.

"Mereka sudah lakukan autopsi apa?"

"Sudah, Tapi hasil final belum keluar!"

"Kenapa Kamu bisa jadi tersangka Las?" tanya Murni dengan mata mengerjap-erjap seraya diarahkan ke Armen. 

"Lebih tepatnya saksi Bu!" jawab Lastri yang mengerti Murni tengah berupaya beri kode "nggak apa-apa kok Bu, kalau Armen tahu!"

Lastri tak mau berahasia pada orang yang akan ia beri kepercayaan sebagai wali bagi putrinya kelak. Pertama kali jumpa, saat itu Armen bertindak jadi wakil mereka selaku tuan rumah di hari Wasis meninggal dunia. Secara nyata Lastri dapat rasakan kepedulian dan kebaikan hati Armen. 

Tak berlebihan memang. Ketulusan Armen didapat dari mendiang suami Bu Kotjo. Pria jujur yang dapat merubah pendirian seorang dukun wanita. Bahkan dukun yang terkenal jahat menjadi asisten bidan. 

Meski telah anggap Bu Kotjo sebagai kerabat dan keluarga sendiri. Juga telah rasakan pertolongannya saat melahirkan Gya dulu. Namun, Lastri bisa merasakan jika Ibunya Armen itu sebagai wanita yang berbeda. Tidak sama dengan wanita pada umumnya. Terkesan lebih misterius.

"Iya, Kenapa Las?" Murni sangat ingin tahu.

"Ada yang lihat Lastri ada di sana Bu, pas kejadian amat dekat dengan motor yang Yudi tinggal!" Lastri utarakan apa yang jadi dasar Gianto datang mengunjungi mereka.

Lastri ceritakan seluruh kejadian, dimulai dari tujuan ia pergi ke toko emas, membeli cincin untuk Gya. Kemudian bertemu Yudi, sampai otak perencana pemerkosaan itu tiba-tiba menyetopnya dalam perjalanan pulang. Tapi Lastri tidak ceritakan sebab dan bagaimana cara ia pingsan. Kemudian sadar setelah dibangunkan oleh orang yang kebetulan lewat. 

Perihal Yudi, Lastri bilang pada Murni jika lelaki itu pergi tanpa ia ketahui sebabnya. Adapun motor memang sengaja  ditinggal. Lastri tak ingin buka cerita kejadian aneh yang ia alami. Biarlah hal itu akan Lastri analisa sendiri terlebih dahulu.

Bagaimana secara tiba-tiba dirinya dapat jatuh pingsan, tanpa sebab yang ia tahu pasti. Lebih lagi jika Ia ceritakan tentang kejadian kejang demam Gya. Maka akan semakin membingungkan bukan?

Belum lagi rekaman bayangan pada CCTV. Saat Tosi tewas akibat ledakan ketel uap. Ditambah peristiwa perubahan bola mata Gya di dua kejadian berbeda. Tapi tetap memiliki ujung peristiwa yang sama. Yakni  tewasnya dua orang pelaku peristiwa keji ke dirinya. Lastri paham benar jika Murni sangat anti dengan hal-hal yang berbau mistis.

Armen tinggalkan ketiga perempuan lintas generasi itu. Ia harus pergi karena setelah dapat mengetahui apa yang jadi pangkal perkara hingga polisi datang. Armen yakin masih ada sesuatu yang disembunyikan oleh bosnya. Selain itu Armen merasa sungkan jika harus terus menerus berada disana. 

Sepeninggal Armen, Murni dekati Lastri. Ia ingin bertanya tentang emas yang dibeli oleh Lastri. Murni katakan bahwa ia tidak lagi butuh hal berupa materi lagi. Yang ia takutkan adalah Lastri dan Gya mungkin saja akan tinggalkan dirinya. Setelah Lastri membina hubungan lagi pada Enah, Ibu kandungnya.

Lastri katakan pada Murni bahwa ia akan memilih hidup selamanya di rumah milik Murni. Begitu juga Gya selama dirinya masih ada maka putri kecilnya itu akan tetap bersama Murni. Karena itulah Lastri pilih Armen sebagai wali dari Gya. Tentunya jika Murni sudah tak mampu lagi menjaga Gya karena faktor usia.

Setelah mendengar penjelasan dari Lastri tentang rencana hidupnya, Murni lega. Ia bahkan beri anjuran agar Lastri secepat mungkin untuk segera pulang ke desanya. Murni punya pikiran seperti itu karena ia cemas pada pihak kepolisian. Khususnya Gianto yang akan coba mengkait-kaitkan kematian Yudi dengan putri angkatnya itu. Murni teringat tentang pertanyaan yang sempat Gianto ajukan pada dirinya tentang Lastri.

Setelah kondisi Murni lebih tenang, Lastri keluarkan kalung emas yang diambil dari sebuah kotak dalam laci dan berkata, "Ibu mau pilih yang mana?"

Murni melihat ada dua kalung di sana. Tak tampak ada perbedaan secara kasat mata diantara keduanya di sana. Relatif sama. Murni pun berkata, "Terima kasih ya Nak!"

Tak disadari air mata Murni mengalir. Air mata kebahagiaan. Murni begitu senang setelah membuktikan bahwa Lastri, putri angkatnya itu tidak membedakan dirinya dengan ibu kandungnya, Enah. 

Armen kembali datang menemui Lastri. Ia ingin laporkan perkembangan kebun milik ibunya. Kebun yang tidak terawat itu kini telah mulai berbuah kembali. 

Armen ingin membahas kebunnya setelah dibersihkan dan diberi pupuk dari mitra Pak Mul. Juga dipapas pada pelepah yang berlebih. Kebun itu kini terlihat jauh lebih subur dibanding masa panen tiga minggu sebelumnya.

"Bener Las, pupuknya memang bagus!"

"Ya iyalah!" Lastri menjawab dengan pasti, "masak sih Pak Mul berani kasih barang yang nggak bagus!"

"Iya Las, udah mulai banyak lagi buahnya?"

"Kalau kata Pak Wagiso kebun kamu itu stress!"

"Bisa jadi?"

"Memang iya! kok bisa jadi?" Lastri terlihat ngotot.

Armen tertawa. Sifat Lastri ini persis sama  dengan kawan lamanya. Yang juga putri tunggal Murni yang telah wafat. Usia mereka hampir sebaya, Armen hanya sedikit lebih besar. Lastri kini hadir sebagai ganti putri tetangganya itu. Juga sekaligus sebagai adik barunya.

"Las, cerita kamu tadi siang pasti belum lengkap kan?"

"Maksud Kamu?"

"Ada yang belum kamu ceritakan pada Kami!"

"Sudah kok!"

"Udah deh ngaku aja!" Armen belum bisa percaya penuh pada Lastri.

Pernah jalani profesi sebagai investigasi kredit, sedikit banyak membuat Armen  selalu curiga. Seorang Credit investigation dididik untuk wajib memiliki firasat akan hal itu. Armen yakin Lastri menutupi cerita, karena memang ada yang harus Murni tidak tahu. Tapi kejadian apa yang belum Lastri ceritakan?

"Nanti ajalah ya!" ujar Lastri

"Kenapa harus nanti?"

"Ada hal yang kurang masuk di akal soalnya!"

"Cerita aja Las!"

"Lain kali pokoknya!"

"Nggak gitu lho Las?"

"Gimana maksudnya?"

"Kalo hal nggak masuk akal itu kita bisa cerita ke orang lain!"

"Maksudnya?" Lastri curiga Armen akan ajak dirinya untuk bicara pada Bu Kotjo, Ibunya. 

Di luar perkiraan Lastri, Armen justru akan membawa dirinya ke Ki Cadas. Mas guru dari Bu Kotjo. Tanpa Armen ketahui bahwa dalam ilmu kekuasaan gaib justru ibunya jauh lebih unggul. Kemampuan Bu Kotjo dalam melampaui kodrat alam sangat masyhur di masanya.

Armen kenal dengan dukun itu, karena Ki Cadas sendiri yang kenalkan dirinya pada Armen. Ki Cadas pernah diminta tolong oleh seorang teller di tempat ia kerja dulu. Teller itu terkena gendam oleh seorang nasabah. Dan hasil amatan Ki Cadas tidak hanya sekali, walau kecil-kecil karena ada petugas keamanan dalam ruangan.

Lastri akhirnya menyetujui ajakan Armen. Mereka akhirnya tentukan waktu yang baik untuk menemui Ki Cadas. Lastri minta ke Armen untuk atur waktu baiknya. Namun, sebelumnya Lastri akan fokus lebih dulu dalam hadapi panggilan pihak kepolisian lebih dulu. 

...☘️☘️☘️ ~~ Bersambung ~~ ☘️☘️☘️...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!