Di Skors..?

Hampir beberapa jam mereka bertiga di tahan di ruang kepala sekolah, dengan semua orang tua di panggil untuk menghadap kepala sekolah. Yah, kecuali Renatta, dia tidak memiliki orang tua satu pun, ayah nya telah meninggal dan ibu nya telah pergi meninggalkan nya saat dia masih berusia tujuh tahun.

"Seharus nya anda selaku kepala sekolah mencegah tindakan kekerasan dalam sekolah. Liat lah putri saya keadaan nya sekarang." Kata ibu Dila dengan suara marah dan tinggi. Dia melirik sinis pada Renatta di belakang nya.

"Saya tidak terima pokok nya, putri saya terluka berat. Anak ini harus bertanggung jawab atas perbuatan nya." Kini giliran sang ayah yang bicara.

Ares melihat kondisi Renatta di balik jendela tidak menguntungkan, mengangkat tangan, mengetuk pintu lalu masuk perlahan dengan sekilas melirik Renatta yang hanya duduk berdiam diri dengan melipat yang seolah tidak peduli dengan apa yang sedang kepala sekolah dan orang tua Dila diskusikan.

Renatta memilih memejamkan mata dengan menyenderkan kepala nya pada sofa. Menutup telinga seakan tuli akan pendengaran.

Ares memberanikan diri menghampiri Renatta dan duduk di sebelah nya karena tempat itu kosong. Renatta memandang wajah Renatta sebentar, ia tidak dapat memprediksi apa yang sedang Renatta pikirkan.

"Pak, bu, kita bisa menyelesaikan masalah ini dengan kepala dingin. Bukan nya wajar bagu anak-anak bertengkar. Di usia mereka masih terlalu labil untuk mengerti semua nya. Saya harap untuk tidak mempersulit masalah ini. "

"Enteng sekali ucapan itu keluar dari mulut anda, ya? Apa mata anda buta? Mau saya keluarkan biji dengan tang, hah? Jelas-jelas kondisi anak saya sangat kacau." Kata ibu Dila penuh marah.

"Putri saya terluka ini loh, pak. Kalau Dila trauma bagaimana anda mau tanggung jawab?"

"Iya betul, kalau anak kami Milan trauma bagaimana? Coba liat di sampai ketakutan begini. " Kata orang tua Milan sambil memeluk putri nya yang meringkuk di bawah ketiak nya.

Sabar sabar

Ares merapalkan Kata itu dalam rongga dada nya. Menetralisir rasa tak nyaman yang hinggap. Ia sempat mencuri pandang pada Renatta yang masih memejamkan mata.

"Sebenar nya siapa orang tua nya, bagaimana cara mereka mendidik anak hingga menjadi liar seperti itu," Gumam Ibu Dila yang tidak bisa di anggap gumamam karena terdengar oleh telinga semua orang yang ada di sana. Tapi entah dengan Renatta, gadis itu juga mendengar nya atau tidak.

"Sebelum nya ingin mengucapkan maaf bu, mungkin predikat ini lebih tepat nya di sematkan pada anda, apa anda tahu kelakuan anak anda di sekolah? Apa anda tahu?" Kata Ares yang suara nya sedikit meninggi.

Kim Nana segera mengambil alih, dia memukul meja dengan tangan nya dengan keras, membuat semua orang yang berada di dalam ruangan beralih menatap nya.

"Cukup Pak Ares, anda tidak sopan bicara dengan orang yang berkontrubusi besar bagi yayasan kita." Kata Kim Nana lantang, menatap Ares dengan tajam.

"Maaf bu, pak, atas kelacangan pak Ares tadi. Kami memohon maaf sebesar-besar nya." Kata Kim Nana sambil membungkuk hormat.

Orang tua Dila mendengus kesal sambil menatap Ares dengan tatapan penuh amarah.

"Saya ingin Bu Kim Nana menghukum anak tidak tahu diri ini, kami mau di beri skors selama se bulan. Saya dengan istri saya tidak mungkin memindahkan Dila ke sekolah lain. Setidak nya Dila tidak akan bertemu dengan anak itu selama beberapa minggu." Putus Ayah Dila.

"Baik pak Santoso. Saya anggap masalah ini sudah selesai." Kata Kim Nana kepada ayah Dila yang langsung di bantah oleh ibu Dila.

"Tidak! Saya anggap masalah ini tidak selesai. Saya tidak terima jika anak ini di skors selama se bulan, saya mau di keluarkan saja, ini anak toxic." Kata Ibu Dila tidak ingin di bantah.

"Tidak bisa begitu, apa anda tidak ingin mendengarkan penjelasan mereka kenapa bisa berantem bu? Jangan main sendiri dong." Kata Ares penuh penekanan.

"Saya tidak ingin tahu, ayo pah, Dila." Tanpa ucapan terima kasih atau penutup orang tua Dila keluar ruangan bersama Dila, menyisahkan Kim Nana dan Ares dalam kebimbangan.

"Huh, tak habis pikir ada orang tua yang overprotective sama anak nya. Tidak mau dengar penjelasan pula." Gerutu Ares dalam hati nya.

"Saya pergi." Suara datar dan dingin memasuki gendang telinga Kim Nana dan Ares. Melihat Renatta yang berjalan menuju pintu keluar.

"Renatta berhenti di sana." Seru Kim Nana menghentikan gerakan tangan Renatta yang akan menarik pintu agar terbuka. Dia berbalik menatap kepala sekolah nya uang menghampiri nya.

"Lihat apa yang barusan kamu perbuat. Bahkan dengan tidak ada rasa perasaan bersalah sedikit pun atas perbuatan mu, apalagi meminta maaf sama Dila. Kamu ini semenjak orang tua mu tidak ada jadi berandal begini. Bersikap lah seperti Renatta yang dulu." Kim Nana meluapkan segala amarah, jengah dengan sifat Renatta yang berubah drastis dengan yang dia kenal sebelum nya.

"Terserah ibu kepala mau mengatakan apa pun. Toh, walaupun saya ingin membelah diri tidak ada guna nya." Kata Renatta lalu pergi berlalu dari ruangan kepala sekolah.

"Seharus nya bu Kim tidak seperti itu, kita harus mendengar apa masalah nya terlebih dulu, jangan main hakim sendiri." Kata Ares yang segera menyusul Renatta.

Di ambang daun pintu Ares membalik wajah nya, menatap Kim Nana dengan perasaan penuh kecewa, "Bukan karena dia anak penting di sekolah ini jadi tidak perlakuan layak nya ratu. Sekolah tetap harus menengakkan keadilan untuk siapa saja. Ares lalu berlalu pergi.

"Pak Ares, tunggu. Saya bisa jelasin." Kata Kim Nana mengulur tangan nya, tapi di hiraukan oleh Ares yang membuat nya marah dan frustrasi.

Dia mencambak rambut nya dan melempar apa saja yang ada di atas meja nya, "Kenapa jadi begini? Harus nya ini masalah siswa saja kenapa dia ikut campur sih?" Kata Kim Nana frustrasi.

"Kalau jadi begini, keinginan ku untuk mendapatkan nya akan mustahil." Kim Nana merenung memikirkan cara, "Tidak boleh di biarkan, aku harus melakukan sesuatu untuk mengambil hati nya. Iya, aku harus melakukan sesuatu." Kim Nana segera meraih ponsel nya lalu mengontak-antik nya.

****

"Lepaskan tangan anda dari genggaman tangan saya." Kata Dila sinis pada ibu nya.

"Dila berlaku baik lah dengan mama mu walaupun dia bukan mama kandung mu tapi rasa sayang nya pada mu seperti ibu kandung." Ayah nya menimpali.

"Mas sudah lah, butuh waktu Dila untuk menerima ku." Ucap Ibu memenangkan suami nya.

Mereka masuk ke dalam mobil, dengan Dila yang duduk di kursi belakang, dan ayah dan ibu tiri nya duduk di kursi depan.

"Aku merasa anak itu mirip dengan seseorang, tapi siapa ya? Aku harus menyelidiki nya diam-diam." Batin Ibu merasa Renatta mirip dengan seseorang yang di kenal nya.

*****

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!