Kejadian di Kantin

Semalaman Renatta yang hanya bisa tertidur dua jam, di tambah diri nya yang menangis tak henti pada proses pemakaman ayah nya, alhasil pagi nya mata nya bengkak.

Pagi nya di mengenakan kacamata hitam untuk menutupi mata nya kemana-mana, berhasil membuat diri nya menjadi pusat perhatian semenjak dari angkutan umum hingga sampai di sekolah.

Dia yang tak melepas memakai kacamata nya, saat berjalan untuk memesan makanan di kantin sekolah beberapa siswa menertawakan nya, Renatta bersikap tidak peduli.

Renatta membawa nampan berisi makanan. Dia mencari kursi untuk duduk, tapi berhenti melangkah saat mendengar Dila menyapa, bukan menyapa sih tapi lebih tepat nya mengejek Renatta yang setia dengan kacamata hitam nya.

"Lagi sakit mata bu? Cup cup... kasihan nya." Dila berekspresi memberi simpati sembari melipatkan tangan nya di dada dengan angkuh.

Milan yang menyadari jika ada Renatta dia langsung melontarkan kata sindiran nya, "Hai, Renatta si paus bunting." Kata Milan menyindir Renatta.

Renatta berlalu begitu saja dan tidak memedulikan perkataan dari mereka sampai kaki Dila secara sengaja menjegal nya hingga membuat nampan yang di pegang nya terjatuh.

Renatta langsung menjadi pusat perhatian. Hampir semua siswa-siswi yang ada di sana menertawai nya.

"Ups! Sorry, nggak sengaja. Lo boleh kok ambil lagi deh makanan nya, nanti gue yang bayar."

Renatta menahan air mata nya untuk tidak jatuh sambil meremas kuat rok nya dengan salah satu tangan nya, "Ku mohon kalian tolong berhenti menindas seperti ini." Kata Renatta, membereskan makanan yang terjatuh di lantai.

Dila dan Milan saling bertatapan dengan ekspresi tidak menyangka jika Renatta sudah berani membalas perkataan mereka.

Dila berdiri di bangku hendak mendekati Renatta, tapi seseorang sudah menghampiri Renatta lebih dulu. Itu adalah Ares.

Renatta yang masih membereskan terpaksa menghentikan aktivitas nya itu saat melihat seseorang berdiri di depan nya. Gadis itu mendongak, lalu melihat Ares.

"Bangun." Kata Ares tidak ingin di bantah.

Renatta menurut, berdiri di depan Ares.

"Yang sulit adalah introspeksi diri yang mudah adalah menghakimi dan ingintimidasi. Setiap dari kita memiliki kekurangan masing-masing, dan terkadang kita tidak menyadari bahwa setiap dari kita memiliki itu." Ares menjeda sejenak ucapan nya.

Ares menatap Dila dengan tajam, cewek itu berdiri mematung di tempat nya tak berani melangkah maju, dia menyadari jika tatapan dari Ares seakan-akan ingin memakan nya hidup-hidup.

"Kamu tau? Tidak semua orang dapat menutupi luka dengan tawa dan senyuman. Jadi seharusnya sebelum membuka mulut dan mengitimidasi orang lain lebih baik bukalah dulu pikiranmu."

Kantin menjadi hening, orang-orang yang tadi nya tertawa, menjadi bukam seribu bahasa setelah medengar penuturan dari Ares. Ares menarik tangan tangan Renatta ke luar kantin.

Renatta hanya terdiam tertegun menatap pria yang sedang menarik tangan nya. Setiap kali dia dalam masalah, selalu ada Ares yang datang menolong, membuat Renatta tidak habis pikir.

Milan menatap penuh kecemburuan yang mendalam kepada Renatta, seharus nya dia yang harus di genggam tangan nya oleh Ares bukan Renatta, "Dasar! Siluman paus bunting tak tau diri!" Umpat Milan kesal.

Sementara Dila berlalu pergi, amarah nya memuncak, dia tidak pernah dilontarkan kata-kata yang begitu pedas dan menyayat hati nya.

"Guru sialan!" Dila mengepalkan tangan nya marah sambil berjalan keluar kantin menahan malu nya karena telah di permalukan.

*****

Ares membawa Renatta ke taman belakang sekolah. Ares melihat Renatta dan begitu pun sebaliknya hingga mata mereka bertemu dan satu garis lurus yang sama.

Begitu lama mata mereka bertemu, hingga Renatta membuang muka nya mengakhiri kontak mata nya dengan guru nya itu.

"Jika anda menolong saya hanya karena kasihan, saya tidak perlu itu, simpan saja rasa kasihan anda untuk orang lain." Kata yang berlalu pergi.

"Ck!"

Baru beberapa langkah Renatta berjalan, Ares langsung menarik nya kasar, membuat gadis itu tertarik ke belakang dan tangan nya langsung menyentuh dada bidang Ares, membuat jarak antara dirinya dan Ares menipis.

Ares mengangkat dagu Renatta," Begini caramu berterima kepada saya yang telah menyelamatkan mu? Sombong sekali." Kata Ares menatap tajam mata Renatta.

Renatta langsung mendorong tubuh Ares dan menjauhkan diri nya dari Ares, namun dengan cepat Ares kembali menarik Renatta membuat jatah di antara kedua nya sangat dekat.

"Tolong, lepaskan saya, ingat kita berada di mana, anda jangan macam-macam!" Renatta berusaha melepaskan tangan nya dari cemgkraman Ares.

"Ck! Dimana keberanian mu seperti ini? Kenapa saat berhadapan dengan mereka yang merundungmu nyali mu ciut seketika, macam anak kucing yang meriguk di induk nya saja." Kata Ares penuh penekanan.

Renatta tidak menjawab apa pun, dengan sekuat tenaga, dia menghempas kan tangan Ares yang mencekram tangan nya dan membuat jarak di antara ia dan Ares.

"Anda tidak perlu ikut campur lagi dengan urusan saya. Saya bisa mengurusnya sendiri." Kata Renatta berlalu pergi.

Beberapa langkah berjalan, Renatta menghentikan langkah nya lalu mengucapkan, "Terima kasih." Hanya itu lalu kembali berlalu pergi.

Ares menatap punggung Renatta sampai tak terlihat lagi, "Semoga perkataan bisa menjadi pukulan untuk nya bisa melawan mereka yang menindas nya." Ares lalu berlalu untuk kembali, saat nya jam istirahat telah usai, dia harus kembali masuk mengajar.

Waktu terus berputar dan haru beranjak sore. Ares sudah berada di atas motor nya siap untuk pulang. Netra nya menangkap siluet tubuh Renatta yang sedang duduk dekat halte.

Ares bergegas menghampiri Renatta. Melepas helm yang bertengger di kepala. Duduk bersama dengan Renatta yang belum menyadari kehadiran Ares.

"Kenapa belum pulang." Dapat Ares lihat jika Renatta sedikit terkejut mendengar suara nya.

"Menunggu bus." Kata Renatta singkat tanpa menoleh ke lawan bicara nya, dia terus menatap lurus ke depan.

"Pulang bareng aja gimana? Sudah sorean juga, mungkin bus masih lama tiba nya." Kata Ares sambil tersenyum pelan.

"Hitung-hitung hemat uang saku." Ares tertawa dengan perkataan nya sendiri.

Renatta tampak berpikir, ada benar nya juga perkataan Ares, bus masih lama dan dia juga bisa menghemat uang nya, apalagi sekarang Renatta hanya mengandalkan harta warisan dari ayah nya saja, sewaktu-waktu pasti akan habis juga, jadi dia akan berhemat sebisa mungkin sebelum mencari kerja dan mendapatkan pekerjaan yang layak untuk nya.

"Oke, kalau anda tidak keberatan." Kata Renatta berdiri dari tempat duduk nya.

Ares segera menaiki motor nya. Cowok itu segera menghidupkan mesin motor nya dan begitu Renata naik dari motor nya, dia pacu gas dengan gila-gilaan.

Ares memang berniat ingin mengerjai Renata, dia sangat kesal pada nya karena sikap songgong gadis ini padanya tadi siang, dia pikir ini saat nya untuk membalas nya.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Sriutami Utam8

Sriutami Utam8

yaelah reeesssss np kmu tega sih

2023-02-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!