Ares turun dari sepeda motornya, melepas helm, lalu berjalan masuk kek gerbang sambil mengantungkan tas ransel bertumpu di bahu kanan nya. Bertepatan sewaktu dia ingin masuk, mata nya menangkap Kim Nana yang juga baru datang. Kim Nana juga yang baru turun dari mobil nya menatap bersamaan dengan Ares, mata kedua nya saling bertemu menimbulkan gejolak hebat di dalam diri Kim Nana.
"Pak Ares, tunggu!" Teriak Kim Nana sampai jadi pusat perhatian.
Ares yang hendak melangkah tidak jadi, dia menunggu Kim Nana lalu berjalan bersamaan menuju ruangan mereka masing-masing.
Dari kejauhan Milan menatap tidak suka kepada Kim Nana, dia mengepal kuat tangan nya saking kesal nya. "Tidak boleh dibiarin, aku harus bergerak cepat sebelum siluman rubah itu mengambil pujaan hati ku Pak Ares." Kata Milan sungguh-sungguh.
"Hei, lo kenapa?" Dila heran dengan tingkah teman nya, dia menatap kearah yang di tatap oleh Milan, sekarang dia tahu ternyata Milan sedang menatap guru yang sok-sok'an itu.
PLAK!
Dila memukul kepala Milan membuat nya mengelus kesakitan sambil mengusap kepala nya, "Aish, Dil, lo suka kali deh main pukul kepala." Suhut Milan kesal kepada sahabat nya Dila yang berada di samping nya.
"Lagian lo sih, asikkan mandang pak guru sialan itu. Dila menghembuskan napas nya kesal sambil melipatkan tangan nya di dada.
"Yang penting ganteng." Ucap Milan dengan wajah berbunga-bunga.
"Ah, sudahlah." Dila mengibaskan tangan nya lalu meninggalkan Milan.
"Aish, Dil, lo suka sekali ninggalin gue." Ucap Milan, mengejar Dila.
Sesampainya di ruangan nya masing-masing, Kim Nana tidak langsung ke ruangan nya, dia masih berdiri di meja Ares, ingin mengatakan sesuatu tapi rada-rada gugup untuk mengutarakan nya.
"Apa ada yang ingin ibu sampaikan?" Tanya Ares menatap kontak mata Kim Nana, yang di tatap seperti itu salah tingkah, wajah nya merona merah macam tomat, Kim Nana segera menunduk sebelum dilihat oleh Ares karena diri nya yang salah tingkah.
"Sa-saya ingin mengajak pak Ares makan malam bersama. Apa Pak Ares ada waktu luang?" Tanya nya agak gugup.
"Hmmm.. boleh. Tapi hanya kita bu?" Tanya Ares menyelidiki wajah Kim Nana yang dirasa nya merona merah tak seperti biasa nya.
"Bertiga pak, tempat dan waktu saya akan kirim lewat pesan, sampai jumpa." Kim Nana langsung pergi, dia mengetahui jika Ares sudah melihat wajah nya yang merona merah.
Ares menggelengkan kepala nya dengan tingkah Kim Nana, setelah dia menyiapkan buku ajar nya, sebentar lagi bel berbunyi, dia akan masuk mengajar di kelas XII IPA-1.
******
Jam istirahat telah tiba, Ares tengah makan siang dengan beberapa guru pria lain nya yang kini telah menjadi sahabat nya, dia yang ramah dan supel di sukai oleh semua orang. Baik dari kalangan siswa maupun guru di sekolah itu.
"Ares.. aku liat, kamu menjadi idola di sekolah ini. Bu Kim Nana juga mencoba mendekati kamu ya?" Tanya Pak Dimas penasaran.
"Iya. Semua guru sudah tau loh, kalau Bu Kim Nana jatuh cinta sama kamu." Kata Gabriel menimpali.
"Tapi kamu seperti nya menghiraukan nya, Res." Ucap Dimas lagi.
"Yang di lakukan Pak Ares itu sudah benar, lebih baik berhati-hati. Bu Kim Nana itu janda satu anak jangan sampai kamu masuk perangkap nya." Kata Bian cengigisan.
"Masih banyak gadis-gadis di luar sana, dengan tampan mu ini siapa yang tidak mau. Aku pun mau memiliki mu juga." Kata Bian langsung di pukul oleh Dimas dengan keras di bagian kepala nya.
"Adduh, kamu ini kenapa sih?" Bian mengusap kepala nya, menatap tidak suka dengan Dimas.
Ares hanya bisa tersenyum pelan melihat semua tingkah teman makan nya yang bercetoleh tanpa kesudahan.
"Kalau lo mau memiliki pak Ares, itu nama nya Homo."
"Aku hanya beramsusi Dim, orang nya juga nggak marah kok, kenapa kamu yang sewot!" Ucap Bian tak mau kalah.
"Aish, udah-udah, kalian ini macam anak kecil aja. Yang memilih itu bukan kalian tapi Ares. Masih banyak guru di kantor kita yang juga menyukai Ares yang belum menikah."
"Seperti Ara, Nilam, Yati.." Firman terlihat mendikte satu persatu.
"Jangan lupakan para siswa juga menyukai nya. Aku melihat murid XII IPA-1 diam-diam mencuri pandangan ke Pak Ares setiap saat, nafsu sekali dia kalau melihat Pak Ares. Kata Dion lalu dibarengi tertawa lepas nya.
"Udah-udah. Kalian ini, kenapa masih sibuk menjodohkan Ares."
"Siapa tau, Ares di luar sekolah sudah mempunyai pacar." Kata Firman sambil melihat Ares. Diikuti oleh guru-guru menatap Ares menanti jawaban nya.
Ares langsung tersenyum tipis, dia menggelengkan kepala nya.
"Aku tidak punya pacar. Lagian aku belum berpikir untuk mempunyai pacar saat ini."
Semuanya terlihat kecewa dengan jawaban yang di berikan oleh Ares.
"Sayang sekali pria setampan mu harus jomblo.. kasihan muka mj di anggurin tidak ada yang membelai nya.
PLAK!
Firman kembali memukul kepala Bian lebih keras kali ini.
"Kenapa kau suka sekali memukul ku?"
"Karena otak mu yang tidak beres, kau jangan lupa minum obat mu sebelum berangkat ke sekolah, agar tidak kambuh seperti ini."
Ares dan lainnya menahan tawa nya melihat tingkah konyol mereka berdua.
"Tingkah kalian membuat ku tidak mampu menahan tawa, hahaha."
"Udahlah itu, lebih baik lanjutin aja makan nya, jangan di anggurin seperti wajah pak Ares. Wkwkwk."
Ares hanya menggelengkan kepala nya, tersenyum tipis sambil menyuapkan makanan ke mulut nya.
Di dua sisi berlainan, ada dua pasang mata yang sedari tadi memperhatikan nya, siapa lagi kalau bukan Kim Nana dan Milan.
Kedua nya menompang dahu nya dengan tangan, menatap Ares tampa mengedipkan mata sedikit pun, yang membuat orang-orang di samping nya heran.
"Bu Kim, kenapa hanya di diemin makanan nya? Di makan bu sebelum ke buru dingin." Kata Bu yati di samping nya.
"Oh iya bu." Kim Nana langsung dengan cepat memakan makan nya takut di ketahui jika dia mencuri-curi pandang kepada Ares.
Di lain sisi, Milan membuat Dila kesal karena dia selalu saja menatap guru sialan itu membuat Dila selalu aja kesal dan marah dengan sahabat nya.
"Ya ya ya.. cinta itu memang membutakan, bisa-bisa lo gila lama-lama gue liat Mil." Kata Dila yang dihiraukan saja oleh Milan.
*****
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments