Dua bulan berlalu..
Berkat kerja keras nya untuk menurunkan berat badan nya kini telah membuahkan hasil juga, Renatta sangat bahagia akan hal itu badan nya yang dulu gemuk sekarang sudah ideal, dengan perubahan ini tidak akan ada lagi sebutan Renatta sang paus buting.
Renatta bangun ketika mendengar alarm jam beker nya berbunyi, gadis itu menggeliat lalu bangkit terduduk di sisi ranjang tidur nya, dia memajukan tangan nya, menghentikan jam beker nya yang berbunyi sedari tadi.
"Bawel, ini udah bangun juga." Cerocos Renatta begitu saja.
Renatta berjalan menuju kamar mandi nya tak lupa dia menyambar handuk yang tergantung di pintu sebelum masuk kamar mandi nya, lalu bergegas masuk ke kamar mandi.
Renatta segera mandi. Dia lururan terlebih dulu supaya bersih lalu di ikuti mandi selama sepuluh menit, setelah nya dia keluar ke kamar mandi.
Dia memakai seragam sekohanan nya. Seragam yang dulu di pakai ikuran XL segera telah di ganti dengan ukuran S, sesuai porsi tubuh nya saat ini.
Dia berdiri di hadapan cermin, menyisir rambut nya yang lurus lembut. Renatta tak lupa memoles bedak, lipstik berwarna pink serta memakai softlens berwarna biru untuk melapisi bola mata nya yang coklat gelap. Renatta menyakinkan diri nya benar-benar perfect dan wangi.
Renatta harus terlihat menawan mulai hari ini dan seterus nya. Dia ingin membalas perlakuan buruk orang-orang yang merendahkan diri nya sewaktu gemuk dulu.
Di rasa nya sudah oke semua nya, Renatta keluar dari kamar nya lantas menuju dapur untuk membuat sarapan pagi, dia akan membuat sandwich dan memakan nya sebelum berangkat sekolah.
Setelah nya, Renatta memakan sandwich dalam diam. Selesai makan dia membereskan piring sisa makanan nya, lalu menuju teras rumah.
Renatta mengambil sepatu di tempat sepatu, lalu segera berlutut, memakai sneakers hitam dan kaus kaki berwarna senada di kaki putih berseri nya. Usai terpakai sempurna, dia memyambar tas nya yang berada di sebelah nya, lalu berjalan ke luar.
Renatta berjalan menuju halte bus yang tak jauh dari tempat nya, hari ini dia berniat akan naik bus, sebenar nya dia ingin naik ojek online tapi dia harus berhemat sedemikian rupa, karena sekarang hanya diri nya penopang untuk hidup, segala keperluan harus di usahakan sendiri semenjak di tinggal oleh ayah nya tercinta.
Sesampai nya di halte bus, Renatta duduk di kursi tunggu sambil mendengarkan musik menggunakan handset, dia tidak sadar jika seseorang memangil sedari tadi, sampai-sampai orang itu membunyikan klason berkali-kali.
"Budek amat ya, bikin kesal aja pagi-pagi." Ares turun dari motor nya, dia lalu menghampiri Renatta yang sedang duduk di kursi tunggu halte bus.
Ares memukul pundak Renatta. Gadis itu tersentak kaget akibat pukulan dari pundak nya yang secara tiba-tiba.
Renatta membalikkan wajah nya, menemukan Ares sedang menatap nya tanpa berkedip sedikit pun, Renatta lalu membuka handset nya dan mengomeli guru nya itu langsung.
"Bikin kaget aja ya pak, untung saya tidak punya riwayat penyakit jantung, ishhh." Kata Renatta memberikan tatapan tidak suka kepada Ares lalu membalikkan wajah nya ke arah depan dan berniat akan memasang handset kembali ke telinga namun langsung di tahan oleh Ares.
"Apa lagi pak?" Kata Renatta kesal.
"Ayo kita berangkat bareng?" Kata Ares tanpa ingin basa-basi.
"Pak, berapa kali aku mengatakan nya, tolong jangan memberikan sikap manis mu terhadap saya. Saya tidak ingin ada berita yang tidak-tidak beredar di sekolah kita."
"Kenapa kau lebih mementingkan padangan orang lain terhadap mu? Hidup lah sesuai keinginan mu, bodoh amat perkataan mereka, itu hanyalah sampah serapah." Ares menarik tangan Renatta, dia mengangkat tubuh Renatta dan mendudukan di motor nya lalu dia naik di motor nya, motor itu pun berlalu membelah jalanan.
Jujur, dari dalam hati Renatta alasan yang di lontarkan nya tadi itu hanya peralih atas perasaan terhadap Ares. Bahwa dia telah menyukai guru nya selama dua bulan lebih ini, guru nya yang perhatian terhadap nya, selalu mengantar jemput nya, dan selalu menolong seketika dalam masalah dan itu semua membuat nya menyukai Ares.
Namun dia sadar bahwa Ares bukanlah orang yang tepat untuk nya, karena Ares terlalu sempurna bagi nya. Itu lah kenapa Renatta selalu ingin menjauhi Ares dan tidak ingin terlalu dalam berhubungan dengan nya, tapi itu semua tidak bisa, Ares selalu saja mengikis nya, hingga jarak temu kedua nya selalu berdepetan.
Ares melihat di balik kaca spion motor nya, raut wajah Renatta yang murung entah dia sedang memikirkan hal apa, Ares berniat ingin mengusil nya, dia mengerem motor nya mendadak dan membuat Renatta terpantul ke depan dan refleks memeluk pinggang Ares.
Ares tersenyum di balik helm, sementara Renatta segera mundur ke belakang dan memperbaiki posisi nya.
******
Renatta turun dari motor Ares, dia cepat-cepat pergi dari tempat parkiran meninggal Ares yang masih menyimpan helm nya di jock motor nya, Ares menatap heran Renatta, dia bertanya-tanya dalam hati dengan tingkah Renatta yang ingin menjaga jarak dengan nya.
Renatta yang baru saja memunculkan wajah nya, dua bisa merasakan semua mata memandangi nya dengan begitu takjub. Kini mulut mereka tersumpal, tidak percaya dengan perubahan terhadap diri Renatta.
Renatta berjalan menyelusuri loorong sekolahan begitu bangga nya, dia berhasil membuat orang-orang yang memadang remeh nya dulu mati kutu. Dia terus berjalan menuju ke kelas nya.
Namun, situasi di kelas pun sama. Teman-teman nya juga memadangi nya dengan takjub dan saling berbisik tentang perubahan nya sambil memandang ke arah nya.
Renatta tidak memedulikan mereka, orang-orang macam itu hanya melihat casing nya saja tanpa tahu penderitaan yang telah di alami oleh orang lain sehingga bisa mendapatkan tubuh seperti sekarang ini.
Renatta yang sudah duduk di kursi nya, di hampiri oleh Dila dan Milan. Kedua sahabat itu berdiri sambil bersedekap.
"Walau pun sudah berubah tadi kau tetap Renatta paus bunting." Kata Dila sambil tertawa lepas.
"Betul bestie." Timpal Milan tak mau kalah.
"Terserah kalian mau bilang apa, yang jelas ini lah diriku yang saat ini, kalau iri bilang aja." Kata Renatta menentang. Membuat Dila dan Milan ingin mencambak rambut Renatta bersamaan, namun tertahan oleh kedatangan guru bahasa indonesia yang masuk ke kelas itu.
"Awas aja lo, jangan harap bisa bebas dari kami." Ancam Dila sebelum pergi meninggalkan kursi Renatta.
"Siapa takut." Kata Renatta sambil menjulurkan lidah nya. Dia sudah berjanji dengan mendiang ayah nya untuk hidup sebaik-baik nya dan penuh bahagia.
Dia tidak akan pernah membuat orang lain untuk merendahkan nya, dia akan membalas nya sekarang. Begitu lah prinsip Renatta yang sekarang.
****
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Sriutami Utam8
bagus nah gtu dong semangat
2023-03-06
0