Renata tertegun, pandangannya terus melihat ke arah pria itu yang berjalan ke arah sekolahannya.
"Kenapa pria itu berjalan masuk ke sekolahanku? Di sekolah aku belum pernah melihatnya." Semua pertanyaan itu berputar di kepalanya.
Ares menghadap kepala sekolah dengan di temani oleh security sebagai penunjuk arah. Sepanjang perjalanan menuju ruangan kepala sekolah banyak siswi-siswi yang menyapa Ares. Mereka tampak terpana melihat ketampanan Ares yang sangat tampan dan menawan.
...----------------...
"Pak Ares, saya amat terkesan sekali membaca curriculum vitae Anda. Besar harapan saya, Anda betah mengajar di sini. Saya yakin akan banyak kontribusi positif yang dapat Anda berikan untuk memajukan sekolah ini..." Kata Nirmala, selaku pemimpin sekolahan itu.
"Karena prestasi akademis Anda yang gemilang dan Anda juga memiliki pengalaman cukup panjang mengajar di lembaga bimbel. Jadi saya tak ragu sama sekali untuk memberi kepercayaan pada Anda untuk menjadi wali kelas. Apa Anda sanggup?" Nirmala menatap wajah Ares lamat-lamat, menunggu jawabannya.
"Apa tidak terlalu begitu cepat Bu? Ini adalah hari pertama saya mengajar dan Anda merekomendasikan saya menjadi wali kelas. Saya harap Anda memikirkannya kembali." Ares berkata dengan sopan, agar kepala pimpinan sekolah itu memikirkan kembali tawarannya.
"Tidak sama sekali! Saya bertanya sekali lagi, sanggup atau tidak?" Katanya tanpa keraguan sedikit pun. Perempuan itu kembali memberikan pilihan terakhir pada pria di hadapannya.
Ares mengangguk dengan mantap.
Di hari pertamanya masuk kerja dia sudah diberikan kepercayaan untuk menjadi wali kelas oleh Nirmala selaku kepala sekolah di sekolah SMANSA. Hal itu membuat Ares sangat bersyukur.
"Saya bukanlah orang yang terbaik. Namun, saya akan melakukan yang terbaik untuk sekolah ini." Ares mengatakannya dengan sungguh-sungguh.
Nirmala tersenyum. "Dari tutur kata Anda saja, saya sudah sangat yakin bagaimana kualitas Anda. Jadi, selamat bekerja. Do your Best."
"Pak Baim, antar pak Ares ke kelas XII IPA-1." Perintahnya pada bawahan yang berada di sampingnya.
"Baik Bu."
"Mari Pak ares, ikuti saya." Katanya mempersilakan Ares mengikutinya, Ares mengekori pria itu dari belakang sambil memerhatikan lingkungan sekolah sekitar.
Mereka berjalan menelusuri koridor sekolah SMANSA, dilihatnya papan yang terpajang di atas pintu yang bertuliskan kelas XII IPA-1, mereka berhenti di depannya.
"Pak Ares, tunggu di depan pintu sebentar ya, sebelum saya izinkan masuk, Anda jangan masuk dulu." Katanya penuh sopan.
"Apa anda tidak keberatan?" Tanyanya memastikan.
Ares mengangguk mengiyakan.
......................
"Pagi anak-anak." Sapanya.
"Pagi, pak." Sapa balik semua siswa-siswi di dalam kelas itu.
"Di sini saya ingin memberitahukan guru baru yang menjadi pengganti guru lama sekaligus menjadi wali kelas kalian." Katanya memberitahu.
"Pak Ares, silakan masuk!" Katanya mempersilakan Ares untuk masuk, para siswa-siswi di dalam ruangan yang sangat penasaran, memperhatikan daun pintu, menebak-nebak seperti apa tampang guru baru yang akan menjadi wali kelas baru mereka menggantikan pak Budi yang sudah pensiun beberapa bulan lalu.
Ares melangkah kakinya masuk, selangkah, dua langkah, dan pada langkah kaki ketiga semua siswa-siswi sudah mulai sangat gaduh saking penasaran.
Ares telah sempurna masuk ke dalam ruangan kelas, dengan ketampanan mampu menyihir seisi ruangan, Ares berhasil membuat histeris seisi kelas terutama kaum perempuan
"Semuanya tolong diam." Suara baritonnya menggema seisi ruangan, hingga mampu membuat siswa-siswi itu terdiam seribu bahasa.
"Baiklah! Pak Ares silakan perkenalan dengan anak-anak, saya permisi dulu." Katanya undur diri, kembali ke ruangannya, Ares mengangguk, mengiyakan.
kekagetan Dila membuat dadanya terasa begitu sesak, hingga membuatnya sulit untuk bernapas. Dia langsung mengambil botol minuman yang ada di dalam tasnya dan meminumnya dengan cepat lalu menyimpannya kembali.
"Rasa-rasanya dunia ini menjadi tempat yang sempit sekali, bisa-bisanya pria yang menyebalkan tadi berada di sini, menjadi wakil kelas pula, sialan!" Umpat Dila dalam hati.
Sementara Milan, seakan tidak percaya dengan apa yang di lihatnya sekarang, akan tetapi dia tahu jika ini bukanlah mimpi, ini benar-benar nyata, Milan mengusap wajahnya berkali-kali, pria yang dikaguminya ada di kelas ini sekarang.
"Jadi, pria ganteng tadi guru baru di sini?" Kata Milan, terus memandang tanpa henti wajah Ares yang tampan.
...----------------...
"Ada suatu ungkapan bagus yaitu, tak kenal maka tak sayang. Izinkan saya memperkenalkan diri. Nama saya Ares Fernandes, kalian bisa memanggil saya Pak Ares." Katanya mengawali pertemuan pertamanya.
Milan langsung menimpali ucapan sang guru dengan gombalan mautnya, "Tak kenal maka tak sayang, kalau udah kenal jangan lupa di sayang ya pak." Kata Milan tanpa malu sedikit pun, gadis itu juga mengedipkan matanya sebelah, membuat Ares yang melihatnya menggelengkan kepalanya, tak habis pikir dengan kelakuan siswi satu ini.
Siswa-siswi di dalam ruangan itu heboh seketika, mereka semua tertawa lepas. Dila yang duduk di samping Milan langsung memukul bahu temannya itu dengan buku catatannya dengan keras.
"Auw, kampret lu! Sakit tau!" Keluh Milan, mengelus bahunya.
"DIAM! Aku tidak ingin citra kita rusak." Ketusnya. Membuat Milan terdiam takut, bak ibu tiri yang sedang memarahi anak tirinya, sangat mengerikan sekali.
Tiga menit kemudian
"Sudah tertawanya?" Tanyanya datar.
"Baiklah, sebelumnya saya ucapkan terima kasih dan saya minta perhatian kalian sebentar. Saya guru baru yang akan mengajar pelajaran matematika sekaligus menjadi wali kelas kalian." Ares menatap satu persatu siswa-siswi itu.
"Pantesan bermuka dingin dan galak ya, guru matematika toh." Bisik para siswa-siswi pelan, namun masih di dengar oleh Ares, dia menghiraukan.
Kita tidak perlu memedulikan apa pun penilaian orang tentang kita. Toh, kita hidup bukan untuk membahagiakan orang lain, apalagi menghabiskan waktu mendengar komentar mereka. Bukan begitu reader tercinta? >_<
"Apa ada pertanyaan sebelum saya mengabsen kalian satu persatu?" Kata Ares kembali menyapu padangan seisi ruangan, menatap satu persatu siswa-siswi yang ada dalam ruangan itu.
Seorang siswa terlihat mengangkat tangan bermaksud bertanya, dia sebenarnya rada-rada geri cuman rasa penasaran akan guru baru yang berada di depan itu mengalahkan segalanya
"Maaf pak, jika boleh tahu, umur berapa, pak? Kok sepertinya Bapak masih tampak muda sekali..."
Huuuuu...
Serentak terdengar seruan dari seluruh siswa-siswi yang ada di dalam ruangan. Kecuali, Renata dan Dila, keduanya gadis itu memilih diam saja, apalagi Dila, dia sudah makan hati sejak tadi. Dia ingin sekali cepat-cepat keluar dari ruangan ini, melihat tampang laki-laki yang sok-sok'an ini membuat dia ingin muntah sekapal nabi Nuh.
Ares memukul meja dengan keras dalam satu hentakan, membuat kelas yang tadinya riuh menjadi tenang kembali.
"Usia saya tidak terpaut jauh dari kalian. Jadi, jika kita berada di luar sekolah, kalian tidak perlu memanggil saya pak."
"Sudah punya istri belum pak? Atau pacar mungkin?" Milan kembali berbicara.
Dila kembali geram dengan ulah Milan yang ceplas-ceplos, dia kini bukan memukul bahu Milan dengan buku melainkan menjitak kepala Milan dengan tangan.
"DIAM! Sekali lagi lo buat gue emosi, kita bukan lagi Best friend, gue nggak mau punya teman macam lo, malu-maluin aja." Katanya memalingkan wajah, tak ingin melihat wajahnya Milan, yang ada akan membuatnya semakin panas.
"Hmm... pertanyaan itu, sepertinya tidak perlu saya jawab."
"Jawab saja pak. Toh, di sini juga nggak ada yang perlu dikhawatirkan kok, aman!"
"Maaf, tapi ini terlalu privasi."
"Bilang aja kalau sebenarnya anda itu seorang jones." Katanya memutar bola matanya malas.
Ares memilih untuk tak menggubris lagi. Toh, siswa itu bukan polisi atau jaksa, dan dia bukan tersangka. Siswa itu hanya penasaran, atau basa-basi. Sekadar cuap tanpa intensi.
"Baiklah. Saya akan memulai perkenalan tahap berikutnya." Ares mengambil sebuah buku absen yang tersedia di atas meja.
"Saya akan mengabsen kalian satu persatu. Bagi yang saya panggil, tolong angkat tangan kalian." Ares mulai mengabsen satu persatu siswa-siswi itu.
°
°
°
°
°
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
꧁❧❤️⃟Wᵃf ʜꙷɪᷧɑⷮɑͧтᷡʰᵉᵉʳᵅ❦꧂
kim nana kau ya aru melihat Ares pertama kali langsung mimisan nanti kalau setiap hari melihat ares bisa" mimisan setiap hari dan pas liat ares senyum pingsan kamu nanti 😅😅😅
2023-02-17
1
A R
blm apa2 udh mau dijadikan milik 😂
2023-02-16
1
SenjaKala
Apakah ini kisah nyata pak ares🤭🤭🤭
2023-02-16
1