Perkelahian

Bel istirahat berbunyi. Murid-murid keluar sedangkan Dila dan Milan segera menghadang Renatta di bangku.

"Minggir, aku mau lewat." Renatta yang hendak berdiri, di dorong oleh Dila dan kembali terduduk di kursi dengan menahan sakit akibat benturan yang di dapat nya.

"Milan, segera kunci pintu kelas." Perintah Dila yang langsung di lakukan oleh Milan, dia memandangi Renatta dengan senyuman yang tidak bisa di artikan dengan kata-kata.

Setelah mengunci pintu Milan kembali bergabung dengan sahabat nya Dila, dia memadangi Renatta dengan penuh marah.

"Lo kira dengan perubahan ini bisa membuat semua mata tertuju pada mu? Ck! Kau, bagi ku hanyalah Renatta yang dulu, paus bunting." Milan menunjuk Renatta dengan telunjuk nya sambil menatap merendahkan.

"Itu udah jelas banget lo Milan, tapi kita harus membungkam mulut nya yang sudah berani melawan kita." Kata Dila mengelus wajah Renatta lembut lalu di tepis oleh Renatta dengan kasar.

"Cup cup." Dila mengatakan seperti seorang ibu yang menenangkan bayi nya.

"Udah berani ya sekarang? Kau harus ingat. Kau itu hanya lah sampah." Kata Dila penuh penekanan.

Renatta hanya diam belum melawan.

Dila memukul meja. "Kenapa diam. Hah? Gue ngomong sama lo, bukan sama tembok."

Renatta memejamkan matanya menghirup udara di ruang kelas nya dan membuang nya pelan-pelan. "Sudah cukup kalian mengitimidasi ku selama ini." Batin Renatta lalu membuka mata nya.

Dia menatap Dila dan Milan dengan menantang. "Maaf! Kalian tidak berhak memperlakukan ku seperti ini, kalau aku sampai, lebih-lebih kalian sampah, yang tiap hari nya hanya bisa memupuk kebenc--" Belum sempat Renatta menyelesaikan ucapan nya, Dila sudah maju menyerang. Dia menarik rambut Renatta ke dalam lilitan ke lima jemari kanan nya.

Di serang seperti itu, Renatta tidak mau kalah, dia balas menjambak rambut Dila. Mereka saling menjambak membuat kursi dan meja di dalam kelas ambruk karena ulah mereka.

Renatta dengan sekuat tenaga mengambil rambut Dila dan melilitkan nya di tangan kiri dan kanan nya dengan lilitan sepuluh jari dan memutar lalu membuang hingga tubuh Dila terantuk meja dengan keras.

Renatta mendekati Dila yang tersungkur, Milan yang melihat teman nya kalah telak langsung maju ingin menghajar Renatta. Namun Renatta dengan cepat mencambak rambut Renatta lalu membanting nya dalam sekali.

Dari balik pintu kaca jendela kelas sudah banyak siswa-siswi yang menonton, beberapa dari mereka mengambil gambar dan video, sangat aneh rasa nya jika tidak di abdi kan moment ini, begitu kata mereka.

Sementara para cowok juga yang ikut menonton dari luar jendela malahan senang, mereka menjadikan ke tiga nya sebagai tontonan penghibur.

"Gila ih, cewek berantem serem ya, tarik-tarikan rambut." Kata siswa laki-laki yang bernama Bayu.

"Ya emang mau tarik-tarikan apa lagi? Masa kayak lo, biasa nya narik ****** gue kalau berantem." Balas teman nya di samping yang menyindir nya yang gemar melakukan cubit ***** kalau jail nya sedang kumat.

Sementara mereka mengobrol, Renatta sudah menindih Dila, dia menunduduki tubuh Dila di atas nya, dia merombek lengan baju Dila hingga baju itu terbuka lebar. Orang-orang memekik terkejut, ada sebagian menutup bibir saking kaget nya, sementara cowok-cowok langsung memelotot dan bersiul kesenangan.

Milan bergidik geri melihat Renatta yang sekarang, dia tak berkutik di tempat nya saking takut nya.

"Apa salah ku terhadap mu selama ini? Teganya kau memperlakukan ku dengan buruk. padahal aku tidak tahu apa pun?" Tanya Renatta dengan mata yang memerah.

"Kamu tahu, aku sampai-sampai ingin mengakhiri hidup ku. Kau, tahu aku berusaha sekeras untuk tidak mengakhiri hidup ku? dan menjalani hidupku. Untukku, bahkan sekolah saja membuatku trauma. Apa kau tahu. Sekeras apa usahaku agar setiap hari nya untuk membujuk diri untuk masuk sekolah? Tahukah kau sekeras apa.. usahaku untuk bertahan?" Kata Renatta, yang kini air mata nya sudah mengalir deras di pipi mungil nya.

"Kau seharus nya tidak hadir, kau harus nya mati saja." Kata Dila memberikan senyuman smirk nya.

PLAK PLAK

Renatta tampak basa-basi memukul wajah Dila kiri-kanan tambah henti, lalu mengcekik leher nya dengan satu tangan nya sambil tersenyum puas dengan kondisi Dila yang tak berdaya saat ini.

Milan semakin takut melihat nya, dia mundur sambil membungkam mulut nya, sampai di pojok kan dia meringkuk ketakutan, Renatta yang dulu telah berubah, sekarang seperti seekor harimau wanita aja.

Dila memberontak, berusaha melepaskan tangan Renatta dari leher nya dengan sekuat tenaga, "Arg, lepaskan." Kata Dila yang hampir kehabisan napas nya.

Melihat itu Renatta semakin senang, kini penderitaan nya selama ini telah sempurna terbayarkan hari ini, melihat Dila dan Milan di ambang batas membuat nya puas.

Guru yang sudah mengetahui keributan di kelas XII IPA-1 segera menuju ke sana, mereka melihat Dila yang sedang di cekik oleh Renatta sambil tertawa lepas, sementara Milan semacam orang yang gila, meringkuk ketakutan di pojokkan.

Guru laki-laki berusaha mendombrak pintu kelas namun naasnya tidak terbuka.

Akhir nya Ares pun tiba setelah mengetahui keributan itu, dia menyuruh guru itu minggir dan segera mendombrak pintu nya, dengan sekali serangan pintu pun terbuka, beberapa guru segera meleset masuk ke dalam kelas.

"BERHENTI RENATTA, DIA BISA MATI!" Bentak Ares, suara nya mengisi seisi ruangan kelas itu yang membuat Renatta berhenti dengan kegiatan nya itu dan berbalik melihat Ares.

Milan segera berlari menuju guru perempuan di kelas sana, dia memeluk guru itu dengan erat dan meringkuk ketakutan di sana, guru itu membalas pelukan Milan yang ketakutan sambil mengelus punggung nya.

Renatta lalu berdiri dan melepaskan Dila dari kukungan nya, dia tersedak dan segera mengambil udara sebanyak-banyak nya.

"Kalian ikut ibu ke ruangan kepala sekolah sekarang." Kata Kim Nana dengan tegas nya lalu berlalu menuju ruangan nya.

Sementara Renatta mengekori. Saat melewati Ares, dia hanya menatap ke depan tampak melirik sedikit pun. Ares menatap Renatta dengan tatapan yang berbeda dan sulit di artikan.

Dila berdiri di bantu oleh guru perempuan, guru itu membantu Renatta berjalan masuk ke ruangan kepala sekolah, di sana Kim Nana sudah menunggu.

*****

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Sriutami Utam8

Sriutami Utam8

klau mau dihakimi itu bukan salahnya renata tapi dila dan milan ,klau renata melwan itu dh wjar semangt renata bgt jgn ngalah trs

2023-03-09

0

A R

A R

gooddddd renaaaaaa

2023-03-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!