Renatta mengerjapkan mata nya saat mendengar ponsel nya berbunyi, dengan lesu ia meraih ponsel nya di samping bantal nya.
Tanpa melihat siapa yang menelepon nya, ia langsung mengangkat nya, sebuah kebiasaan Renatta yang mungkin susah di ubah.
"Maaf nomor yang ada tuju sedang ingin tidur, coba lah hubungi setelah ia sudah bangun, terima kasih." Kata Renatta dengan nada khas orang baru bangun dari tidur panjang nya.
"RENATTA!" Ucap seseorang dengan keras di balik telepon, hingga membuat Renatta menjauh ponsel nya, bisa-bisa telinga akan tuli.
Renatta melihat ponsel nya, mencari siapa yang menelepon nya, ternyata nomor tidak di kenal, dengan segera Renatta langsung memutuskan panggilan, "Salah sambung kek nya." Renatta melanjutkan tidur nya.
Sesaat, dia spontan bangun dari tidur nya, "bentar, dia tadi sebut nama aku kan? Jadi bukan salah sambung dong." Batin Renatta menbak-nebak.
Sementara di luar pagar Ares mengerutu kesal, dia sangat kesal karena baru kali ini ada orang yang mematikan telepon nya sepihak.
Dia kembali menelepon nomor Renatta. Renatta yang sedang memikirkan siapa yang menelepon barusan, di sandarkan oleh suara ponsel nya, cewek itu melihat ponsel nya dan mendapati nomor yang tadi menelepon nya kembali, dia bergegas mengangkat nya cepat.
"Siapa ini." Tanya Renatta cepat, dia sangat penasaran dengan orang yang menelepon nya itu.
"Aku, coba buka jendela kamar nya." Renatta membuka sedikit jendela kamar nya, dan mendapati Ares sedang menunggu nya di bawah sana, dia spontan menutup mulut nya dengan salah satu tangan nya.
"Pak Ares?" Batin Renatta.
"Pak? Apa yang sedang anda lakukan di bawah? Tanya Renatta heran, pasal nya dia tidak ada urusan dengan guru nya ini.
"Aku datang untuk menjemput mu Perguruan sekolah bareng." Kata Ares tak mau basa-basi lagi.
"Hah." Renatta terkejut dengan apa yang barusan di dengar nya.
"Sudah! Aku tau pasti kamu bertanya-tanya. Tapi itu tak penting. Cepatlah mandi, aku menunggu." Ares lalu mematikan ponsel nya dengan kesal.
"Kenapa juga aku mau menjemput nya. Sial! Mengerepotkan diri sendiri saja." Kata Ares dalam hati nya.
Renatta melirik jam berbentuk lingkaran yang tergantung di dinding sudut kamar nya.
"What! Jam enam lewat!" Dengan segera Renatta langsung berlari menuju kamar mandi nya.
Beberapa menit kemudian, Renatta selesai bersiap-siap, dia segera meraih tas nya dan memakai sepatu nya, dia berlari kecil menuju teras rumah nya, membuka kunci pagar dan menemukan Ares yang sedang duduk di atas motor nya.
"Udah lama?" Tanya Renatta setelah berada di samping motor Ares dengan napas nya yang terengah-engah.
"Menurutmu!" Ares menghidupkan motor nya.
"Maaf pak, saya tidak menyuruh anda jemp---" perkataan Renata terpotong oleh ucapan Ares.
"Udah! Cepat naik. Nanti kita terlambat." Renatta sebenar nya masih kesal dengan Ares yang menaikkan nada bicara nya tadi kepada nya, namun perasaan itu dia singkirkan jauh-jauh, dia segera naik ke boncengan motor Ares, motor itu kemudian membelah jalanan.
*****
Kini Ares dan Renatta sampai di gerbang sekolah, Ares menyapa satpam yang berjaga di pos jaga, lalu melajukan motor nya ke area parkiran mencari tempat untuk memakirkan motor nya.
"Turun!" Kata Ares dingin kepada Renatta yang masih setia duduk di bocengan nya tidak mau turun.
Renatta langsung tersandar, dia sepanjang perjalanan hanya mencium aroma wangi di tubuh Ares hingga melupakan segala nya, dia tidak menyadari jika diri nya sudah sampai di sekolah.
Di dalam mobil, ada sepasang mata yang memperhatikan kedua nya dengan geram, dia segera turun dari motornya yang segera memangil Ares, yah, itu adalah Kim Nana.
"Pak Ares." Kim Nana segera menghampiri Ares dan juga Renatta.
"Pak aku duluan masuk ya." Izin Renatta kepada Ares yang di balas oleh Ares hanya angggukan, tanpa mengiyakan.
Kim Nana kini telah berdiri sejajar dengan Ares, kedua nya berjalan berdampingan menuju ruangan mereka masing-masing, para siswa-siswi dan beberapa guru yang melihat nya menatap takjub, mereka merasa jika Ares dan Kim Nana sangat serasi sekali.
Kim Nana berdeham kecil, menghilangkan kesunyian yang ada, "Tadi siapa nya pak Ares?" Tanya Kim Nana hati-hati tidak ingin Ares tersinggung, pasal nya menurut nya ini adalah hal pribadi, tidak seharus nya di tanyakan, tapi entah kenapa rasa nya tidak nyaman kalau tidak di tanyakan, begitu perasaan Kim Nana mengatakan nya.
"Oh, hanya guru dan murid." Kata Ares singkat dan jelas.
Rasa-rasa nya jawaban Ares masih kurang menurut Kim Nana, dia ingin dia memberikan jawaban yang lain, ingin dia menanyakan apakah Renatta adik nya, atau pacar nya? Tapi Kim Nana tidak punya keberanian akan hal itu.
Kim Nana setelah nya hanya menganguk, setelah nya tidak ada lagi basa-basi hingga sampai ke ruangan mereka. Namun Kim Nana teringat akan satu hal, pertanyaan yang ingin sekali di tanyakan kan nya.
"Pak Ares, saya telpon dan kirim sms juga nggak balas, saya sudah tunggu lo di restoran nya." Kata Kim Nana memasang wajah memelas nya.
Ares yang melihat wajah Kim Nana merasa tidak enak, "Maaf bu saya benar-benar lupa." Kata Ares merasa bersalah.
"Iya pak Ares, lain kali aja." Kata Kim Nana sambil menundukkan kepala nya.
"Kenapa nggak makan di kantin aja bu? Kan sama, kita makan bareng?" Tawar Ares kepada Kim Nana.
Kim Nana merasa kesal dengan ide yang di berikan oleh Ares, yang di inginkan bukan seperti ini, dia ingin makan yang bersuasa romantis, jika makan bareng di kantin sama aja boong, batin Kim Nana kesal sambil memutar bola mata nya jengah.
"Bagaiamana bu?" Kata Ares membuyarkan lamunan Kim Nana.
"Boleh pak." Kim Nana hanya bisa menyetujui. "Lain aja, aku harus bisa mendekati nya pelan-pelan, dan mendapatkan hati nya." Batin Kim Nana sungguh-sungguh ingin memiliki Ares.
Kim Nana lalu tersenyum pada Ares dan izin masuk ke ruangan nya, Ares membalas senyuman itu dengan hangat juga.
Guru-guru pria yang kebetulan baru dan melihat kejadian itu besiual-siul.
"Ekhemm.." Dehem salah satu guru.
"Ada tanda-tanda Cilok nih ye." Tambah nya.
Teman yang di sebelah nya langsung memukul kepala nya, "Sudah aku katakan, masih banyak perawan, napa jadi yang janda?"
Ares yang melihat tingkah konyol lagi rekan kerja nya hanya tertawa kecil, sebenarnya dia ingin sekali tertawa lepas, tapi dia takut mengganggu ketenangan guru lain nya.
"Udah-udah, kalian lebih baik duduk di meja kalian, siap-siap bentar lagi masuk." Kata Ares menegahi sesi debat rekan kerja nya.
Rekan nya lalu kembali duduk di kursi masing-masing, tak lama bel masuk jam pertama berbunyi tanda pelajaran akan di mulai, Ares mengambil bahan ajar nya dan segera menuju kelas XII IPA-1.
*****
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments