"Kenapa Anda kembali?" Renata menatap Ares dengan tatapan heran.
"Saya tidak mungkin meninggalkanmu dalam kondisi seperti ini! Kau adalah anak wali saya, sudah seharusnya saya bertanggung jawab. Apalagi ini masih di lingkungan sekolah." Katanya tegas.
Cowok itu mendekat ke Renata dan berjongkok di depan gadis itu. Renata menatap wajah tampan Ares lamat-lamat. Matanya menunjukkan perasaan penasaran apa yang hendak dilakukan oleh gurunya ini terhadap dirinya.
"Apa yang ingin Anda lakukan?" Renata tampak gemetar. Dia memundurkan tubuhnya ke belakang.
"Saya hanya ingin mengobati luka dilututmu. Nanti dibiarkan, takutnya infeksi."
Renata langsung menggelengkan kepalanya tegas.
"Saya bisa mengobatinya sendiri."
"Bagaimana caranya kamu mengobatinya sendiri? Lihat keadaanmu yang berantakan seperti itu. Jangan keras kepala." Ares mendekatinya.
"Tidak. Saya tidak apa-apa." Renata terus memundurkan tubuhnya.
"Baikalah. Kalau kamu tidak mau. Saya tidak akan paksa." Ares menaruh kotak P3K di lantai.
Renata segera meraihnya, membuka kotak itu dan mencari obat luka serta kain kasa. Cewek itu kesusahan membuka tutup botolnya karena tangannya sedikit terkilir akibat benturan dengan lantai.
Ares yang memperhatikan sedari tadi memutar bola matanya jengah. "Sudah saya bilang, kamu ngeyel sih." Ares merampas botol itu dengan kasar dari tangan Renata.
Dia menuangkan obat itu di kain kasa, mengeloskan di luka Renata.
"Auw, sakit tau!" Dia mengerang sewaktu obat itu menyentuh kulitnya. Membuat memarnya berdenyut nyeri. "Pelan-pelan, ini lutut bukan aspal." Katanya sedikit meninggi.
Ares hanya diam tak merespons racau dari cewek itu. Dia memfokuskan seluruh perhatiannya pada memar di lutut Renata.
Mata Renata menjelajahi wajah tampan Ares dari jarak dekat. Sepasang alis hitam yang membingkai mata coklatnya dengan sempurna. Renata menyadari jika sepasang mata itu sangat indah dan menawan. Kini pandangan Renata bergerak menuju ke hidung cowok itu, dan jatuh pada selapis bibir pink---
"Ah! Nggak!" Tiba-tiba, dia memekik.
"Ha? Nggak apa?" Renata mengernyitkan dahi, "Saya tidak ngomong apa-apa."
"Maksud saya, udah pak." Renata segera meralat.
"Saya mau balik pulang." Tangannya mendorong tubuh Ares. Namun, ketika Renata ingin berdiri dia hampir saja terjatuh jika saja Ares tidak segera menopang tubuh itu.
"P-pak.." Pekik Renata dengan wajah yang terkejut, saat dirinya di bopong oleh cowok itu.
"Turunkan saya!" Renata memukul dada bidang Ares dan berusaha untuk turun.
"Pak, aku mohon turunkan saya. Saya bisa jalan sendiri." Kata Renata kembali.
"Udah! Kamu jangan ngeyel." Kata Ares terus membopong tubuh Renata keluar dari sekolah.
Dia membawa Renata ke tempat tunggu pemberhentian bus. Ares mendudukkan bokong Renata di sana.
Sebelum pergi Ares memasukkan tangannya di saku celananya, mengeluarkan coklat. "Buat kamu."
"Ngapain anda ngasih saya coklat?" Tanya Renata polosnya.
"Biar kamu makin melar badannya." Jawabnya sambil tertawa geli.
"Bercanda, serius banget ekspresinya. Menurut mbak Google kalau coklat bisa bikin hati bahagia. Tenang aja ini baru, tadi saya beli di kantin."
Tangan Renata terulur mengambil coklat itu. Lalu, Ares berbalik, meninggalkan Renata sendirian di halte pemberhentian bus.
"Baru aja mau ngucapin terima kasih langsung ngelonos pergi." Kata Renata.
"Apa benar coklat bisa bikin hati bahagia?" Tanya Renata sembari memperhatikan coklat pemberian Ares.
Dia menatap coklat itu selama beberapa detik. Lantas, dia kupas plastik luarnya dengan perlahan. Renata tidak suka coklat, tapi anehnya, sekarang dia memaksa dirinya untuk memakan coklat itu.
Ternyata, benar kata Ares.
Coklat punya kemampuan untuk membuatnya bahagia.
°
°
°
°
°
Bersambung.
Jangan Lupa vote dan komentarnya ya, dan masukin cerita ini di rak favorit kalian biar banyak yang baca.
Sekian dulu ya.
Sampai jumpa di part selanjutnya.
Bye.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Sriutami Utam8
udh up nya lma gk up ralh sklinya up kok yo saktikmen to yoyo
2023-02-24
0
SenjaKala
kenapa lamaa sekali upnya thor
2023-02-24
2