Chapter 20

Lelehan air mata di pipi nya, hingga membuat maskara nya luntur sampai ke bagian bawah kelopak mata nya menghitam.

"Hiks.. Hiks.." Renatta menangis sambil sesengukan.

Area yang sudah berada dekat dengan toilet wanita mendengar suara orang menangis, dia segera mendekat, memegang nganggang pintu, namun terkunci. "Ada orang?" Tanya Ares mengetuk-ngetuk pintu toilet.

Renatta yang mengetahui jika suara itu adalah suara Ares langsung bangkit berdiri dan berteriak memanggil nama Ares. "Pak Ares, ini saya Renatta, tolong bantu bukain pintu nya, di sini gelap, saya takut." Kata Renatta takut.

"Iya, kamu minggir lebih jauh, saya mau dobrak pintu nya." Ucap Ares mengitruksi kan Renatta untuk menjauhi pintu.

Setelah beberapa kali mencoba medobrak pintu nya, akhir nya pintu toilet itu terbuka, dengan spontan Renatta berlari ke pelukan Ares dan memeluk erat sambil menangis.

Ares membalas pelukan Renatta, dia mengelus punggung Renatta. "Tenang, ada aku kok di sini." Kata itu mampu memenangkan Renatta.

Setelah nya Renatta melerai pelukan nya, "Terima Kasih." Ucap Renatta dengan lembut.

"Kenapa bisa ke kunci di toilet." Tanya Ares ingin tahu.

"Itu..." Renatta menggantung kan ucapan nya, membuat Ares tidak ingin bertanya lagi dan dia akan mencari nya saja kenapa Renatta bisa terkunci di toilet mall.

Mereka akhir nya memutuskan untuk pulang. Beberapa jam kemudian mobil kini telah sampai di rumah Renatta.

"Ayo turun, sudah sampai." Kata Ares namun tidak di jawab oleh Renatta, pria itu menoleh menemukan Renatta sudah terlelap.

"Gadis ini, selalu saja menyusahkan." Kata Ares lalu menggendong Renatta turun.

"Adduh, kunci rumah nya mana lagi?" Batin Ares bertanya. Ares melihat ke atas, ada paku di atas pintu dan terdapat kunci di gantung. Dia ambil kunci itu untuk membuka pintu. Berhasil. Pintu terbuka. Ares membawa Renatta masuk ke kamar nya.

Ares meletakkan tubuh Renatta pelan-pelan di atas kasur nya, dia lalu menyelimuti nya. Ares yang hendak pergi tangan tertahan, Renatta memegang tangan nya dalam tidur nya.

Ares yang tidak tega melerai tangan Renatta terpaksa duduk di sebelah Renatta.

"Yah, kenapa cepat sekali ayah meninggalkan Renatta." Renatta mengigau dalam tidur nya. Kali ini, dia kembali menangis terisak-isak. "Aku tidak ada tempat untuk cerita yah, kini aku menanggung semua beban sendiri." Kening Renatta memgerut, seperti orang ketakutan.

Ares memperhatikan wajah Renatta lantas mengulurkan tangan, melakukan hal seperti yang sering di lakukan oleh ibu nya kalau dia sedang ber mimpi buruk. Jemari jempol nya mengusap tepat di kernyetan kening Renatta. Secara ajaib, kerutan itu hilang. Ekspresi Renatta yang semula ketakutan, berubah rileks. Napas nya berangsur tenang.

"Aku di sini." Lanjut nya dan membuat isak tangis dari Rentta mereda. Setelah memutiskan gadis itu sudah tertidur lelap, Ares menjauhkan tangan nya dan lepaskan genggaman tangan Renatta yang menggegam tangan nya dengan pelan-pelan agar Renatta tidak terbangun.

"Tidur nyenyak ya, aku pulang dulu." Ares berdiri, meninggalkan kamar Renatta, lalu menutup pintu nya perlahan. Dia segera naik ke mobil nya untuk bergegas pulang.

*****

Ares yang sudah mengetahui jika Kim Nana yang sudah mengunci pintu toilet mall waktu itu, segera masuk ke ruangan Kim Nana untuk bertanya kepada dia tega mengunci Renatta di toilet mall.

Bugh!

Ares memukul meja Kim Nana hingga membuat Kim Nana tersentak kaget.

"Saya tidak ingin basa-basi bu, kenapa ibu mengunci Renatta di toilet kemarin malam?" Tanya Ares dingin dan menatap tajam pada Kim Nana yang bergidik geri menatap nya.

"Maksud nya apa pak Ares, saya tidak mengerti."

"Nggak usah pura-pura lagi bu, jelas-jelas rekaman CCTV di sekitar sana menatap wajah ibu Kim." Kata Ares penuh penekanan, yang membuat Kim Nana tak bisa membela diri nya karena sudah ketahuan.

Kim Nana hanya dia tak memberikan jawaban nya, membuat Ares memukul meja Kim Nana lagi, cewek itu menarik tubuh nya ke belakang untuk menciptakan jarak.

Kalau bisa dalam radius sejauh mungkin seolah Ares adalah matahari yang bisa menciptakan hawa panas dan membakar nya jika berdiri terlalu dekat. "Bu Kim sentuh Renatta, Anda berurusan sama saya. Sampai Anda nyakitin dia, saya yang bakal buat perhitungan.

"Anda mengancam saya hah? Saya atasan anda di sini? Jadi bersikap layak nya bawahan saya." Kata Kim Nana tegas tak terbantahkan.

"Lagian saya melakukan ini atas dasar cinta saya sama pak Ares. Saya akan ngelakuin apa aja biar pak Ares mau jadi pacar saya."

"Anda gila hah?" Ketus Ares tak lagi memperhatikan status nya sebagai bawahan nya Kim Nana.

"Saya tidak ngapa-ngapain tuh anak, hanya memberikan pelajaran sedikit aja agar tau posisi nya."

Ares memegang kerah baju Kim Nana, di tarik nya wanita itu mendekat. Kim Nana menahan napas nya sambil menggigit bibir nya takut, dia menebak-nebak yang akan Ares lakukan pada nya selanjutnya nya. Memukul nya kah?

"Ares, perlihatkan sopan santun anda kepada atasan anda." Kata-kata itu membuat Ares melepaskan kerah baju Kim Nana. Kim Nana dengan segera memperbaiki pakaian nya seperti semula.

"Untung anda atasan saya dan juga cewek. Kalau tidak sudah mati babak beluk di tangan saya.

Ares yang berniat untuk pergi, tapi Kim Nana segera berlari mengejar nya, "Tunggu!" Teriak nya keras. Membuat pantulan di mana-mana.

Ares berhenti melangkah, berbalik, dan tanpa dia bisa cegah, Kim Nan sudah berdiri di belakang nya. Melingkar kan tangan di leher Ares, lalu berjinjit, dan mengecup bibir cowok itu.

Ares melerai ciuman itu, itu mendorong tubuh Kim Nana jauh dari nya, hingga nyaris membuat Kim Nana terhuyung kalau saja tangan nya tidak cekatan ber pegangan pada sisi meja.

"Saya mencintai anda pak Ares, saya ingin memiliki mu seutuh nya." Kata Kim Nana jujur dengan perasaan nya. Namun, malahan Ares menatap wajah nya dengan penuh amarah. Pria itu lalu pergi meninggalkan Kim Nana seorang diri. Sepeninggalan Ares, Kim Nana terjatuh lunglai di lantai.

Jemari tangan kanan nya memegang bibir nya, tidak percaya dengan tindakan yang baru saja dia lakukan. "Apa aku akan di kira wanita rendahan oleh nya? Tidak... tidak... semua orang akan melakukan nya jika sudah jatuh cinta." Kata Kim Nana.

"Ares, kau hanya boleh menjadi milik ku, jika aku tidak bisa memiliki mu, maka orang lain juga tidak berhak memiliki mu." Kata penuh kesungguhan.

Kim Nana berdiri, dan dia kembali duduk di kursi nya dan menatap ke arah depan sambil memikirkan cara agar dia bisa mendapatkan Ares seutuh nya.

*****

Bersambung.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!