Malam hari
Setelah acara akad nikah Dahlia selesai, suasana rumah mulai sepi kembali. Kakaknya, Melati menginap di rumah mertuanya. Mumpung belum pulang ke Bangka, katanya. Sedangkan paman Yasmin langsung pulang ke Kalimantan. Beliau tidak bisa lama karena harus bekerja. Dahlia dan Yusuf sudah masuk ke kamar.
'Apa yang mereka lakukan sudah halal begini?,' pikiran Yasmin mulai nakal.
Yasmin pun teringat acara akad nikah tadi. Dia tidak menyangka Bayu akan datang. Ada rasa bahagia di hati Yasmin, ternyata Bayu peduli juga dengannya.
“Yas, bos kamu ganteng banget kayak bule-bule gitu. Tamu-tamu banyak yang nanya ke Umi,” puji Umi Lusi mendekati Yasmin.
“Iya, Mi. Maminya orang Perancis,” sahut Yasmin.
Yasmin tersenyum kecil mendengar Uminya memuji ketampanan seorang Bayu.
“Tapi dia muslim, kan?” tanya Umi Lusi lagi.
“Iya, Mi. Mami Pak Bayu mualaf, kok,” jawab Yasmin. Wajar jika Uminya menanyakan agama Bayu karena melihat wajah bulenya itu.
“Kayaknya dia suka sama anak Umi yang cantik ini,” goda Umi Lusi melirik Yasmin.
“Ihh Umi apa, sih. Mana mungkin,” tepis Yasmin sambil menyunggingkan senyuman.
“Yasmin!! Umi perhatikan, Bayu itu ngeliatin kamu terus lho selama akad nikah tadi. Umi tahu dari tatapan matanya, ada cinta di sana,” tebak Umi Lusi tersenyum.
“Umi!! Pak Bayu itu udah punya calon istri,” kata Yasmin menegaskan, jadi tidak mungkin dia menyukai Yasmin.
Yasmin tidak mau terhanyut. Mungkin itu hanya fatamorgana saja. Yasmin teringat lagi moment ketika Bayu memintanya mencoba cincin berlian untuk calon istrinya itu. Yasmin menarik napas dalam.
'Kamu berharap cincin itu untukmu? Berhayal!!' ejek batin Yasmin.
“Darimana kamu tahu?,” tanya Umi Lusi heran.
“Beberapa hari yang lalu, Pak Bayu meminta ku menemaninya membeli perhiasan berlian dan bahan pakaian untuk akad nikahnya, Mi,” jawab Yasmin dengan raut wajah sedih.
“Perhiasan berlian!!,” Umi Lusi kaget tidak percaya. Yasmin hanya mengangguk.
“Yasmin, Umi pernah muda dan pernah merasakan juga yang namanya jatuh cinta. Orang yang sedang jatuh cinta, pandangannya tidak pernah lepas dari orang yang dicintainya,” jelas Umi Lusi.
Yasmin tersentak kaget. Bukankah dia juga menatap Bayu tidak berkedip. Kalau ingat itu Yasmin malu sekali.
'Ah, ucapan Umi seolah menghiburku dan memberiku harapan lagi,' batin Yasmin.
“Memangnya kamu tahu siapa calon istri Bayu?,” tanya Umi Lusi. Yasmin hanya menggeleng.
“Nah...mungkin saja calon istri yang dia maksud itu kamu,” cubit Umi ke pipi Yasmin. Yasmin tersipu malu.
“Satu lagi. Bayu datang ke sini tanpa makan. Kalau bukan mau ketemu kamu, apa coba?,” selidik Umi Lusi.
“Dan Bayu ngasih amplop isinya banyak sekali” lanjut Umi Lusi lagi.
“Emangnya berapa, Mi?” tanya Yasmin penasaran.
“Satu juta,” jawab Umi.
Hah. Yasmin melongo tidak percaya. Banyak sekali uang yang Bayu berikan.
“Umi, uang segitu tidak ada artinya bagi orang seperti dia. Bagi Pak Bayu, uang satu juta itu sedikit,” jelas Yasmin menyadarkan Uminya.
Wajar saja jika Umi Lusi menganggap pemberian Bayu sudah sangat besar baginya. Orang tetangganya saja paling besar ngasih amplop satu lembar uang berwarna merah. Kalau teman dekatnya paling besar juga dua lembar.
Yasmin hanya senyum-senyum saja. 'Sepertinya Pak Bayu tidak sayang mengeluarkan uang sebanyak itu,'
“Udah, Mi. Aku mau istrahat dulu,” Yasmin berjalan menuju ke kamarnya meninggalkan Umi Lusi.
“Yasmin,” panggil Umi Lusi tiba-tiba sambil menarik tangan Yasmin. Gadis itu pun berhenti lalu melihat uminya.
“Apalagi, Mi?" tanya Yasmin malas. 'Mau bahas Pak Bayu lagi? For what?,'
“Kamu juga menyukai Bayu, kan?,” tanya Umi Lusi menatap Yasmin serius.
“Siapa sih, Mi yang tidak suka dengan pria mapan, ganteng dan sholeh seperti Pak Bayu,” jawab Yasmin tersenyum. Kemudian dengan cepat senyuman itu menghilang dari bibirnya.
Ya, Yasmin memang melihat banyak perubahan dari seorang Bayu. Dia sering melihat atasannya itu ke Musholla sebelum adzan berkumandang.
“Tapi aku berkaca diri, Mi. Aku dan Pak Bayu itu bagaikan langit dan bumi” lanjut Yasmin pelan sambil memberikan gambaran kepada Uminya bahwa dia sadar bagaimana status sosial keluarganya.
“Nggak ada yang tahu tentang jodoh, Yas. Jika Allah berkehendak, tidak ada yang tidak mungkin,” ujar Umi Lusi membelai kepala Yasmin yang masih tertutup jilbab. Yasmin lalu memeluk uminya.
'Apa yang diucapkan umi memang benar. Apa aku masih bisa berharap?,' tanya batin Yasmin sambil memejamkan matanya di dalam pelukan Uminya.
***
Keesokan harinya
Pagi ini sarapan telah bertambah anggota keluarga satu orang lagi. Yusuf, menantu Umi Lusi.
"Gimana kalau kalian tinggal di sini saja," tawar Umi Lusi kepada Dahlia dan Yusuf.
Pasangan pengantin baru itu saling pandang. Yusuf merasa canggung jika harus tinggal seatap dengan mertuanya. Di rumah itu ada kakak iparnya, Yasmin yang masih gadis. Dia pun tidak mau membuat kakak ipar itu nanti menjadi risih dengan kehadirannya di rumah mertuanya.
"Maaf sebelumnya, Umi. Aku dan Lia sudah sepakat. Kami akan mengontrak saja," tolak Yusuf secara halus.
"Iya, Mi. Kami ingin belajar mandiri," sela Dahlia ikut mendukung keputusan suaminya.
"Ya sudah, kalau itu memang keputusan kalian berdua. Kontrakannya sudah dapat?," tanya Umi Lusi.
"Sudah, Mi," jawab Yusuf.
"Syukurlah kalau begitu," gumam Umi Lusi sambil melanjutkan lagi menghabiskan sarapannya.
Yasmin hanya menyimak saja pembicaraan mereka. Sejujurnya dia juga mendukung, sangat mendukung sekali kalau adiknya mengontrak rumah. Yasmin akan merasa tidak nyaman sekali jika adik iparnya mau tinggal di rumah Uminya. Karena otomatis dia harus memakai jilbab terus di rumah kecuali di dalam kamarnya.
"Tapi kalian tidak buru-buru mau langsung pindah, kan," ujar Yasmin akhirnya buka suara.
"Tidaklah, Kak," sahut Yusuf.
"Paling juga dua hari lagi, Kak," sela Dahlia.
"Kado kalian kok belum dibuka?," tanya Umi Lusi.
Yusuf dan Dahlia tertawa kecil. "Kami belum sempat membukanya, Mi," ucap Yusuf.
"Kayaknya, nggak butuh kado deh," sindir Yasmin sambil tersenyum melirik Dahlia.
"Kak Yasmin. Apaan, sih," ujar Dahlia tersipu malu.
Yasmin lihat tumpukan kado di meja ruang tamu masih tersusun rapi di sana. Lumayan banyak juga teman-teman Dahlia yang memberinya kado bukan angpau. Yah, namanya juga masih mahasiswi. Ngasih kado patungan sama temen. Yasmin tersenyum mengingat pengalaman dia sendiri ketika menghadiri pernikahan teman satu kampusnya dulu.
"Masih cuti juga, kan. Lia juga masih izin. Maaf saja kalau aku nggak bisa bantu bukain kado," ujar Yasmin memberitahu.
"Iya, Lia tahu. Kakak sekarang sudah sibuk. Pulang saja sore banget," balas Dahlia mengerti.
Yasmin tersenyum. Setelah selesai sarapan dia pun pamit berangkat kerja.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 215 Episodes
Comments
HARTIN MARLIN
lanjut lagi thor bikin penasaran banget
2023-01-26
1
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
Yasmin tikung aja di sepertiga malam🤭🤭🤭
2021-04-08
0
Titiek Yeti
pernah baca dech.tp dimana lupa
2021-02-11
2