Rumah Kediaman Mahendra
“Pi, lihat tidak perubahan Bayu akhir-akhir ini. Mami seneng banget lihat Bayu sering ke masjid. Dan itu di kamarnya banyak buku bacaan islami,” cerita Adelina, Mami Bayu melihat suaminya sedang santai di teras belakang rumah.
“Iya, Mi. Itu yang Papi harapkan juga. Tapi siapa ya, Mi yang bisa merubah Bayu bisa jadi kayak gitu? Papi jadi penasaran,” Papi Bayu lalu meletakkan koran yang dibacanya di atas meja.
“Hmm...mungkin sekretaris baru Bayu, Pi. Mami dengar, Bayu tidak ribut lagi gonta-ganti sekretaris. Kayaknya yang ini, udah dua bulan lebih bertahan,” tebak Mami Bayu tersenyum simpul.
“Mami senang kalau Bayu udah membuka hatinya untuk perempuan. Siapa aja Pi, yang penting anak kita menikah. Mami udah capek ngenalin Bayu dengan anak teman-teman mami. Sikapnya dingin dan ketus. Siapa yang mau coba,” keluh Adeline.
“Makanya Mami jangan banyak kriteria, yang mau menjalani kehidupan rumah tangga kan Bayu, bukan kita. Biarkan dia menemukan sendiri calon istri yang sesuai keinginannya,” ujar Mahendra.
“Iya, Pi. Mami khawatir aja kalau anak kita nggak nikah-nikah,” gumam Adeline khawatir.
Mami dan Papi Bayu berhenti bicara ketika mendengar Bayu seperti sedang menelpon seseorang.
Mereka berdua pun saling lirik. Sepertinya bakalan ada tamu.
***
Jas dan kemeja Bayu yang kotor kemarin sudah Yasmin bersihkan.
'Alhamdulillah gajiku satu bulan ngga jadi dipotong,' batin Yasmin bersyukur.
Kemarin Yasmin lupa membawanya ke kantor, jadi dia berinisiatif mengabari Bayu lewat sms.
(Assalamualaikum. Pak, pakaian Bapak yang kotor kemarin udah bersih, tapi maaf lupa saya bawa)
Tak lama ponsel Yasmin berbunyi. 'Ya Allah, Pak Bayu langsung menelpon, bukannya balas saja sms dariku,' gumam Yasmin.
Gadis itu deg-degan mengangkat telpon dari Bayu.
[Bersih nggak? Antar ke rumah saja, besok mau saya pakai] kata Bayu langsung.
[Bersih, Pak. Besok saya bawa ke kantor aja ya, Pak]
[Nggak, jangan di kantor. Ke rumah aja]
'Hah masa mau ku antar ke rumahnya,' ucap batin Yasmin.
[Saya nggak tau rumah Bapak] elak Yasmin mencari alasan.
[Nggak apa, nanti saya kasih arahan, biar ngga bingung naik taksi aja] Bayu tidak mau mendengar penolakan.
[Tapi, Pak...]
[Saya tunggu]
Tutup Bayu, dia tidak mau mendengar alasan Yasmin lagi.
'Ya Tuhan, aku tidak pernah ke perumahan Elite itu,' Yasmin menggigit bibirnya.
Akhirnya dengan pasrah Yasmin mengantar pakaian Bayu ke rumahnya. Dia sudah kayak jasa laundry saja. Yasmin pun bersiap-siap lalu mencari taksi yang bisa membawanya ke perumahan Elite.
[Pak, saya udah di dalam perumahan Elite. Rumah Bapak yang mana?]
Yasmin pun menelpon Bayu. Setelah Bayu memberikan arahan dan memberitahu ciri-ciri rumah papinya. Taksi yang Yasmin tumpangi berhenti tepat di depan sebuah rumah mewah berlantai dua dengan halaman yang luas. Kayaknya bisa buat satu rumah mewah lagi, saking luas halamannya. Yasmin pun ragu mau masuk ke dalam rumah itu.
[Yasmin, kamu udah di mana?]
Tanya Bayu, dia ternyata belum menutup telpon dari Yasmin.
[Kayaknya udah di depan rumah Pak Bayu, deh]
[Oh..iya saya lihat taksi kamu. Udah turun, ngapain lagi]
Perintah Bayu lalu nada sambung telpon pun terputus.
Setelah membayar taksi yang dia tumpangi, Yasmin berjalan masuk ke dalam setelah disambut oleh satpam yang sudah tahu akan kedatangannya. Yasmin melihat Bayu sudah menunggu di depan pintu rumahnya. Pakaian Bayu terlihat santai sekali, kemeja kaos dan celana jeans pendek selutut. Penampilannya tetap keren walaupun sedang santai begitu.
“Assalamualaikum,” sapa Yasmin.
“Waalaikumsalam,” balas Bayu tersenyum.
Hati Yasmin rasanya meleleh ketika melihat Bayu tersenyum dan baru kali ini juga dia mendengar Bayu membalas salamnya.
“Ayo, masuk,” ajak Bayu.
“Ng...nggak usah, Pak. Saya cuma mau nganter ini aja, kok,” tolak Yasmin. Dia tidak mau masuk ke dalam rumah mewah itu.
“Siapa, Bay ? Kenapa tamunya nggak disuruh masuk ke dalam,” terdengar suara perempuan dari dalam rumah.
“Makasih, Pak. Saya masih ada urusan lain. Assalamualaikum,” pamit Yasmin. Dia berbalik sambil berlari kecil menjauh dari Bayu sebelum laki-laki itu memaksanya untuk masuk ke dalam rumah.
Mungkin suara perempuan tadi adalah suara ibunya. Dibayangan Yasmin, ibu Bayu pasti galak. Tidak jauh beda dengan anaknya.
“Yasmin!! Kamu nggak bisa keluar dari perumahan ini, karena nggak ada taksi,” teriak Bayu memberitahu.
Teriakan Bayu sayup-sayup masih terdengar di telinga Yasmin.
'What!! Ya Tuhan, aku lupa minta tunggu taksi tadi,' batin Yasmin kesal.
Gadis itu sudah keluar dari pintu pagar rumah Bayu. Yasmin hanya pasrah saja. Siapa tahu ada taksi yang masuk ke perumahan ini.
***
“Bayu, siapa gadis berjilbab tadi?,” tanya Mami Bayu menghampiri Bayu di luar pintu.
“Sekretaris Bayu, Mi,” jawab Bayu melihat pakaiannya sudah dibungkus rapi dalam plastik bening.
“Sayang, terus kamu biarin dia pulang jalan kaki, gitu. Susah lho cari taksi kalau udah di dalam perumahan kita,” ujar Mami Bayu mengingatkan Bayu.
“Ah..iya, Mi,” Bayu segera ke dalam rumah untuk mengambil kunci mobilnya.
Maminya tersenyum melihat tingkah Bayu. Mami Bayu merasa kalau anak semata wayangnya itu ada hati dengan sekretaris barunya itu. Feeling seorang ibu tidak akan salah.
'Dasar gadis bodoh!! Kalau mau menghindar agar tidak berdua denganku, kenapa taksinya tadi tidak diminta untuk menunggu,' omel Bayu.
Setelah mengeluarkan mobilnya, Bayu menyusuri jalan perumahan.
"Ke mana Yasmin? Aku tidak melihat sosoknya. Apa dia sudah dapat taksi, ya," gumam Bayu sambil mengamati kiri kanan jalanan.
Bayu masih menyusuri jalan perumahan, sampai di persimpangan dia melihat Yasmin berdiri di bawah pohon. Bayu mendekatkan mobilnya ke arah Yasmin sambil membunyikan klakson. Yasmin menoleh sekilas lalu melihat ke arah lain lagi.
"Apa dia tidak tahu kalau mobilku yang menghampirinya," ucap Bayu lalu membuka kaca pintu mobil sambil mengeluarkan kepalanya memanggil Yasmin.
“Yasmin!!”panggil Bayu.
Yasmin tampak kaget melihat Bayu memanggilnya. Bayu pun melihat wajah Yasmin tampak terlihat keringat menetes di sudut alisnya. Cukup jauh juga Yasmin sudah berjalan kaki.
“Ayo naik. Aku antar pulang,” ajak Bayu.
Mata Yasmin masih melihat ke kiri dan ke kanan, berharap ada taksi yang lewat di perumahan itu.
“Harusnya taksi tadi jangan disuruh pergi. Buruan, mumpung saya lagi berbaik hati,” kata Bayu sambil menatapnya.
Bayu pun melihat wajah Yasmin seperti terpaksa naik ke mobilnya. Bayu hanya tersenyum kecil melihat Yasmin.
“Tapi saya masih ada urusan lain, Pak. Belum mau pulang,” kata Yasmin pelan setelah duduk di samping Bayu.
“Mau ke mana?,” tanya Bayu.
“Mencari bahan untuk acara akad nikah adik saya,” jawab Yasmin.
“Fine, akan saya antar,” kata Bayu santai, lagi pula hari minggu begini dua lagi tidak ada acara.
“Saya tidak mau ngerepotin, Bapak,” gumam Yasmin sekilas melirik Bayu.
“Saya tidak mau mendengar penolakan,” tegas Bayu. Yasmin hanya membisu.
Sepanjang perjalanan mereka hanya diam. Sesekali Bayu melirik Yasmin.
'Ah,kenapa dia kelihatan gelisah sekali. Aku tahu kondisi ini membuatnya tidak nyaman, tapi aku menyukainya,' batin Bayu.
Yasmin mengarahkan Bayu untuk berhenti di sebuah butik pakaian pengantin. Setelah tiba di butik tersebut, Bayu pun berjalan mengikuti Yasmin dari belakang masuk juga ke dalam butik.
“Bapak kok tidak menunggu di mobil saja,” ujar Yasmin protes, dia kaget karena melihat Bayu ada di belakangnya.
“Saya bukan sopir kamu, harus menunggu di mobil,” gerutu Bayu.
“Ihh, terserah,” balas Yasmin kesal karena diiringi bosnya ke dalam butik. Bayu pun hanya cuek saja dengan sikap Yasmin.
“Selamat datang, Mba dan Mas,” sambut seorang perempuan di dalam butik ketika melihat mereka berdua masuk.
“Mba dan Mas mau pesan baju pengantin, ya?” tebak pelayan butik.
“Calon suami Mba, ganteng banget. Beruntung sekali Mba,” goda pelayan lainnya terpesona sambil melihat ke arah Bayu.
Bayu dan Yasmin pun saling pandang.
“Eh bukan, Mba. Saya dengan dia nggak ada...”
“Ah, Mba nggak usah malu-malu. Kalau calon suami ikut juga menemani untuk membuat gaun pengantin, itu tandanya si Mas sayang banget sama Mba,” potong si Mba pelayan langsung.
Yasmin tercengang mendengarkan ucapan pelayan butik itu. Bayu hanya mesem-mesem melihat Yasmin tampak salah tingkah digoda si Mba pelayan.
“Ihh terserah Mba, deh,” gerutu Yasmin kesal karena tidak percaya kalau mereka sebenarnya tidak ada hubungan apa-apa.
“Saya mau mencari bahan untuk akad nikah,” ujar Yasmin tanpa basa-basi lagi.
“Oh..di sini, Mba. Silahkan pilih bahan mana yang cocok,” ajak si Mba.
“Ya udah Mba, saya ambil yang warna peach ini untuk tiga baju,ya,” ujar Yasmin memilih bahan pakaian untuk acara akad nikah adiknya nanti.
Setelah urusan Yasmin selesai, Bayu pun mengantar Yasmin pulang ke rumahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 215 Episodes
Comments
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
jd senyum" sendiri bacanya
2021-04-08
0
Erlinda
Yasmin terkesan ga sopan gitu katanya kuat agama nya tapi kok kampungan..ga ada sopan santun nya.jelas dia tau orang tua Bayu menyuruh tamu nya masuk malah ngacir ga punya adab
2021-03-31
2
Andrean Brima
kalo d sini jodoh yg ngatur kk authornya umi..🤭🤭
2021-03-16
1