Selama perjalanan menuju kantor mereka hanya diam membisu. Yasmin sudah malu setengah mati, menjawab pertanyaan Bayu. Masih terngiang ucapannya sendiri di restoran tadi. ‘Kalau bapak menjadi suami saya'
Yasmin juga merasa terjebak dengan pertanyaan Pak Bayu itu. Membuat dia malu saja.
'Ah jangan-jangan dia berpikir kalau aku mengharapkan itu,' batin Yasmin.
Kalau mau jujur, Yasmin mau punya suami seperti Bayu, tapi...
'Tidak!! Tidak boleh jatuh cinta dengannya. Aku tidak mau kehilangan pekerjaanku kalau dia tahu kalau aku menyukainya. Tidaaaak!!!,' teriak hati Yasmin menyadarkan dirinya sendiri.
Memang baru kali ini Yasmin melihat Bayu tertawa lepas karena pertanyaan konyol dari dirinya. Bayu terlihat lebih tampan kalau dia sedang tertawa. Wajah dinginnya hilang entah ke mana. Beberapa kali Yasmin melihat Bayu sering tersenyum ketika di restoran tadi.
'Coba setiap hari wajahnya seperti itu,' hayal Yasmin.
Tiba di kantor, Yasmin meminta izin untuk sholat. Yasmin pun melihat Bayu juga menuju ke musholla. Ada perasaan bahagia di hati Yasmin ketika melihat atasannya itu berjalan ke mushola untuk sholat juga. Paling tidak Bayu kan bisa menjadi contoh yang baik untuk karyawan lainnya.
***
“Yas, kamu tadi ke mana. Aku tungguin di kantin, kok nggak nongol-nongol?,” tanya Ririn ketika bertemu di mushola.
“Maaf Rin. Aku ditodong bos makan siang di luar,” jawab Yasmin pelan.
“Berdua saja?,” tanya Ririn tidak percaya. Yasmin hanya mengangguk, mengiyakan.
“Ehem...ehem...ada sinyal-sinyal, nih,” goda Ririn.
“Sinyal apaan, sih,” ucap Yasmin tersipu malu.
“Yas, kamu tuh tidak peka banget sih jadi cewek. Pak Bayu itu, kayaknya suka deh sama kamu,” Yasmin tampak kaget lalu membekap mulut Ririn dengan tangannya. Yasmin takut kalau sampai ada karyawan yang masih berada di musholla mendengarkan ucapannya. Bisa malu, dia.
“Jangan ngomong sembarang kamu, Rin,” bisik Yasmin mengingatkan Ririn.
“Yasmin, lepasin!!,” teriak Ririn sambil mencoba untuk melepaskan tangan Yasmin dari mulutnya agar dia bisa bernapas.
“Kamu apa-apaan sih, bisa mati aku,” gerutu Ririn setelah bisa menghirup udara. Yasmin hanya terdiam mencerna kata-kata Ririn barusan.
“Aku tidak percaya. Tidak ada bukti,” sanggah Yasmin.
“Yas, waktu kamu izin tidak masuk. Pak Bayu memanggil ku nanyain kamu,” Yasmin terperanjat mendengarkan pengakuan Ririn.
“Aku bilang aja, kamu mau dilamar seseorang,” sambung Ririn.
“What!! Oh, jadi kamu ya, yang bilang ke Pak Bayu kalau yang dilamar itu aku. Pantesan saja Pak Bayu nanya begitu. Yaa, aku bingung wong yang dilamar itu adikku,” ujar Yasmin baru nyambung kenapa sampai Bayu bicara dengan nada marah waktu itu.
“Eh...kamu mau tau tidak, reaksi Pak Bayu waktu aku bilang begitu,” tawar Ririn sambil mengedipkan matanya.
“Apa?” tanya Yasmin penasaran.
“Mukanya itu, Yas. Ya ampun, kayak tidak suka banget dan kelihatan sedih waktu dengar kamu mau dilamar seseorang. Nah, dari ekspresinya itu aku bisa menebak kalau Pak Bayu tuh suka sama kamu. Kalau tidak ada perasaan apa-apa, ngapain juga kayak gitu..biasa aja kale,” cerocos Ririn panjang lebar menjawab rasa penasaran Yasmin.
Yasmin tampak diam setelah mendengarkan penjelasan Ririn.
“Terus, Yas. Seumur-umur aku bekerja di perusahaan ini, aku belum pernah mendengar atau melihat Pak Bayu makan sama perempuan mana pun. Apalagi pake acara berdua segala. Ngerti nggak kamu!,” tambah Ririn agar Yasmin tahu kalau bosnya itu menyukainya.
“Nggak ah, Rin. Mungkin karena aku sekretarisnya saja. Aku tidak mau kehilangan pekerjaan gara-gara aku suka dengannya,” ujar Yasmin sedih.
Kalau memang dugaan Ririn benar, hati Yasmin merasa tersanjung dan terbang ke awan. Tapi dia tidak mau terhempas ke bumi kalau ternyata dugaan itu salah.
"Eh, Yas. Waktu itu kamu mau cerita apa? Waktu aku mengantar berkas dari bosku," tanya Ririn sambil mengingatkan Yasmin.
"Oh itu. Aku menumpahkan ampas kopi di kemeja Pak Bayu. Kalau kemeja dan jasnya yang ku cuci nanti tidak bersih. Maka, gajiku selama satu bulan akan dia potong," jawab Yasmin dengan raut wajah sedih.
"Oh My God. Sadis juga ya, Pak Bayu," seru Ririn.
Yasmin hanya mengangguk. Baru tahu kan Ririn. Jadi tidak mungkin kalau Bayu menaruh hati kepadanya.
"Udah, buruan sholat sana. Kalau ngobrol bakalan lama. Bentar lagi waktu istirahat habis," ujar Yasmin.
"Tunggu aku, ya," pinta Ririn.
"Iya...iya," sahut Yasmin.
Yasmin bersandar di dinding musholla. Tempat sholat antara laki-laki dan perempuan juga ada sutrah (pembatas sholat) yang tinggi jadi tidak kelihatan jika Yasmin berbaring sekalipun.
'Pak Bayu kok bisa ya ?. Udah balik lagi ke kantor senyuman di wajahnya tiba-tiba hilang,' pikir Yasmin.
Tring!
Ponsel Yasmin berbunyi, tanda ada pesan yang masuk. Yasmin membuka pesan tersebut.
"Pak Bayu,!" seru Yasmin menutup mulutnya.
Yasmin kemudian membaca pesan dari Bayu. Rupanya Bayu sudah berada di ruangannya.
(Yas, kamu di mana? Kalau masih di musholla, nanti tolong belikan aku coffee latte)
Yasmin pun membalas pesan dari atasannya itu.
(Baik, Pak)
Send. Pesan pun terkirim.
Tring!
(Kalau ada cemilan yang enak, beli juga. Stok di kulkas habis)
Yasmin mengeryitkan keningnya. 'Ya Allah, aku lupa mengisi stok di kulkas Pak Bayu,' ucap batin Yasmin.
(Iya, Pak)
Yasmin melihat Ririn sedang melipat mukena yang dia pakai. Setelah selesai dia pun menghampiri Yasmin.
"Rin, nanti kita mampir ke cafetaria sebentar ya," ujar Yasmin.
"Lho, bukannya kamu udah makan di luar. Masa mau makan lagi, Yas," protes Ririn.
"Bukannya mau makan, Rin. Protes aja," sungut Yasmin. "Pak Bayu minta dibelikan coffee latte dan cemilan,"
"Cemilan? Emang di kulkasnya nggak ada makanan?," tanya Ririn heran.
"Nah itu dia. Aku lupa mengisinya, paling juga nanti diomelinnya," jawab Yasmin sambil nyengir kuda.
"Ya udah, kita langsung ke sana," ajak Ririn.
Mereka berdua pun meninggalkan mushola dan langsung menuju ke cafetaria.
"Pak, ini makanan kecilnya nggak ada lagi, ya?" tanya Yasmin sambil melihat etalase yang biasa memajang makanan kecil sudah kosong melompong.
"Habis, Bu Yasmin," jawab Pak Edo pengurus cafetaria.
"Yah, gimana dong," toleh Yasmin ke arah Ririn.
"Kopinya dulu kamu antar ke ruangan. Nanti kamu izin saja dengan Pak Bayu, kita cari cemilannya di luar," ujar Ririn memberi saran.Yasmin pun mengangguk setuju.
"Ya udah, kopinya aja Pak. Coffee latte ya, Pak," ujar Yasmin.
Setelah coffee latte pesan Bayu dibuatkan. Yasmin dan Ririn kembali ke ruangan CEO.
Tok.Tok.Tok
"Masuklah," perintah Bayu.
"Ini Pak, kopinya," Yasmin meletakkan kopi pesanan Bayu tadi di atas meja kerjanya.
"Makasih," ucap Bayu lalu meraih cangkir kopi yang aromanya sudah mengganggu Indra penciumannya.
"Oya, Pak. Makanan kecilnya habis semua. Saya minta temani Ririn untuk mencari di luar saja," ujar Yasmin sambil meminta izin.
"Nggak usah. Nanti kita cari berdua, besok," tolak Bayu sambil menyesap coffee latte di tangannya.
Yasmin bengong saja mendengarkan ucapan Bayu. Dia hanya bisa pasrah menuruti perintah Bayu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 215 Episodes
Comments
Sulis Aidah
waaaaah,,,,,,
benih2 cinta dah mulai bersemi rupanya
2021-08-17
0
Shakira Keyyila Zahra
c bayu byk modusnya
2021-04-17
0
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
Bayu trus modusin Yasmin biar bisa Deket"
2021-04-08
0