'Semakin aku menjaga jarak dengan Yasmin, kenapa hatiku semakin terpaut dengannya. Ku pikir perasaanku padanya hanya sementara. Ternyata perasaanku kepadanya semakin lama semakin berkembang dan besar hingga aku tak bisa mengingkarinya lagi kalau aku mencintainya. Sangat mencintainya,' lamun Bayu sambil menyetir mobilnya.
Bayu memang sengaja untuk pulang dari kantor agak cepat. Memang dia sudah berencana meminta Yasmin untuk menemaninya mencari perhiasan untuk calon istrinya nanti. Padahal Bayu hanya ingin melihat bagaimana reaksi Yasmin. Setahu Yasmin, Bayu kan tidak pernah jalan dengan wanita mana pun. Apakah Yasmin bisa menebak siapakah wanita yang akan menjadi calon istrinya itu.
Bayu lalu tersenyum geli. Masih terbayang olehnya bagaimana reaksi Yasmin ketika di toko perhiasan tadi. Yasmin tidak banyak bicara dan lebih banyak melamun.
“Ketika aku memintanya menemani beli bahan, kelihatan banget dia mau marah karena tidak mau ikut. Harusnya dia itu berpikir kalau aku belum punya calon istri sama sekali. Jadi wajahnya, ditekuk melulu,” gumam Bayu lalu tertawa. Dia menjadi geli sendiri.
Bayu juga teringat bagaimana Yasmin turun dari mobilnya tadi, tanpa senyuman sedikit pun. Yasmin juga berlalu begitu saja meninggalkannya tanpa mengucapkan salam seperti biasanya.
“Aku sudah membuat hatinya galau,” Bayu terkekeh sendiri di dalam mobil. “Aku tahu Yasmin, You love me too,” gumam Bayu.
Laki-laki tampan itu melajukan mobilnya dengan perasaan bahagia. Tiba di rumah dia tidak bisa menahan wajahnya untuk tidak tersenyum. Hingga Maminya menyadari ada yang aneh dengan sikap putranya itu.
"Bay," tegur Adeline melihat Bayu melewatinya yang sedang duduk santai di ruang tengah.
"Eh, Mami. Ada apa, Mi?" toleh Bayu sedikit kaget. Dia tidak tahu kalau ada maminya di ruang tengah, saking bahagianya tadi karena sudah berhasil membuat hati Yasmin galau.
"Kenapa kamu senyum-senyum terus? Lagi bahagia banget, kayaknya," tanya Adeline sambil menebak sendiri.
"Aku mau mandi dulu, Mi," ujar Bayu mengelak.
"Tidak bisa. Kamu harus cerita sama Mami, apa yang sudah membuat kamu tersenyum terus begitu," ujar Adeline tidak terima.
Setelah selesai mandi, Bayu menemui Maminya. Dia pun duduk santai di samping Adeline.
"Ayo, cerita," todong Adeline.
"Nggak ada, Mi," ujar Bayu masih tidak mau cerita dengan Maminya.
"Bay, kamu kapan mau nikah?," tanya Adeline. Karena Bayu tidak mau memberitahu kepadanya alasan anaknya itu senyam-senyum, maka topik pembicaraan beralih tentang pernikahan.
Bayu hanya diam, lalu mencomot kacang kulit yang ada di meja.
"Tuh kan, kalau bahas soal nikah. Mendadak budek telinganya," omel Adeline ikut mencomot kacang kulit juga.
"Bukannya nggak mau bahas, Mi. Memang siapa yang mau dibahas. Calonnya saja belum ada," ujar Bayu masih menutupi tentang perasaan terhadap Yasmin kepada Maminya.
"Kamu itu mau cari istri tipe seperti apa, sih," tanya Adeline heran. Berbagai macam gadis sudah dia kenalkan kepada putra semata wayangnya itu, namun tidak ada satu pun yang cocok.
"Yang jelas Mi, aku sreg dulu dengannya. Kemudian aku merasa nyaman jika berada di dekatnya. Dengan memandang wajahnya, hatiku merasa adem dan tenang. Wanita itu harus seperti berlian. Tidak sembarangan orang bisa memilikinya. Dia begitu istimewa dan belum terjamah oleh laki-laki manapun," jawab Bayu sambil membayangkan wajah Yasmin.
"Huh, mana ada wanita seperti itu," sungut Adeline.
"Ada, Mi. Mami saja yang tidak tahu. Pergaulan Mami hanya dengan ibu-ibu sosialita dan aku mau dijodohkan dengan anak mereka. Nggak banget!!," sindir Bayu.
Maminya berdecak kesal. "Ya sudah, cari sana berlian yang kamu maksud. Awas ya kalau tidak ketemu, jangan nyesel kamu kalau mami jodohkan lagi," ancam Adeline lalu beranjak dari tempat duduknya.
Kalau bicara dengan Bayu, dia selalu saja kalah. Bayu memang tidak mau diatur oleh siapapun. Apalagi soal jodohnya.
'Pasti, Mi. Dan aku sudah menemukannya,' batin Bayu menyahut ucapan maminya.
Bayu tersenyum geli melihat maminya berjalan meninggalkannya sendirian di ruang tengah. Maminya kalau sudah kesal ya begitu, main pergi saja. Padahal dia tadi yang menyuruh Bayu untuk bercerita.
***
Di tempat lain
Yasmin menyesali semua kebodohannya. Rasanya dia ingin tertawa karena sudah tenggelam dalam perasaannya sendiri. Harusnya dia ingat dengan alarm yang sudah dia buat. Wanita seperti dirinya bukanlah tipe Bayu. Kenapa masih saja nekad memendam perasaan terhadap atasannya itu.
Air mata Yasmin menetes, menangisi kebodohannya. Seperti pungguk merindukan bulan. Itulah pepatah yang tepat untuk menggambarkan status sosial antara dia dan atasannya itu.
Tring!
Sebuah pesan masuk di ponsel Yasmin. Yasmin meraih ponselnya sambil menghapus sisa air matanya.
'Ngapain lagi pake SMS segala!' omel Yasmil melihat nama Bayu tertera di layar ponselnya.
(Yas, terima kasih. Kamu tadi sudah menemaniku. Calon istriku pasti akan bahagia dan dia tidak akan melupakan moment aku membelikan perhiasan itu untuknya)
"Huh, tentu saja. Aku juga tidak akan melupakan kejadian itu. Karena kejadian itulah membuat aku sadar," gumam Yasmin. Dia mengabaikan SMS dari Bayu.
"Males banget balas SMS-nya," Yasmin melempar ponselnya di atas ranjang.
Tok.Tok.Tok
"Yas...Yasmin," panggil Umi Lusi sambil mengetuk pintu kamar anaknya.
"Ya, Mi. Sebentar...," Yasmin bergegas mengelap wajahnya agar tidak terlihat seperti habis menangis. Setelah itu baru dia keluar dari kamar.
"Ada apa, Mi?," tanya Yasmin.
"Duduk sini," perintah Umi Lusi. Di samping uminya juga ada Dahlia.
'Eh tumben ini. Ada apa mereka berdua?' pikir Yasmin curiga.
Yasmin lalu duduk di dekat umi dan adiknya itu.
"Yas, temannya Yusuf mau kenalan dengan kamu. Mau nggak? Ya siapa tahu saja berjodoh," ujar Umi Lusi membuka pembicaraan sambil tersenyum.
Yasmin tampak berpikir. Jika dalam keadaan hati sedang kacau begini dia menerima tawaran uminya itu tidak akan baik.
"Nanti saja, Mi. Aku belum memikirkan itu. Sekarang kita fokus saja dengan persiapan pernikahan Lia," tolak Yasmin.
"Ya Allah, Kak. Teman Mas Yusuf hanya mau kenalan dulu. Bukan berarti langsung mau ngajak nikah," sela Dahlia.
"Sama aja, Lia!!. Alasan dia mau kenalan apa ? Kalau tujuannya bukan untuk serius ke jenjang pernikahan ya untuk apa. Dia mau kenalan dengan Kakak pasti karena dia udah pernah lihat Kakak, kan?," jelas Yasmin.
"Iya. Waktu acara lamaran, teman Mas Yusuf ikut," ujar Dahlia.
Hmm. Pantas saja. Di sana temannya Yusuf melihat Yasmin.
"Ya sudah kalau kamu tidak mau, Yas. Kalau ada laki-laki Sholeh mau mengajak kenalan kan tidak ada salahnya. Tapi sepertinya Kakakmu belum sreg, Lia," ujar Umi Lusi.
"Maaf, Mi," ucap Yasmin pelan.
Yasmin sebenarnya tidak mau mengecewakan hati uminya, tapi mau bagaimana lagi. Saat ini dia belum mau memikirkan tentang pernikahan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 215 Episodes
Comments
HARTIN MARLIN
hati Yas udah tertanam satu nama yaitu Bayu
2023-01-26
0
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
karna Yasmin dah kecantol sama atasannya yg bernama Bayu 🤭🤭🤭🤭🤭
2021-04-08
0
Ai Solihah
jangaaan yasmiin, tunggu kejutan mas bayu aja yaaa
2021-03-25
2