Sinar mentari pagi menyelinap lewat jendela kamarku. silau mengetuk mataku yang masih tertutup nyaman. Tubuhku masih setia terpeluk selimut. Lalu aku terbangun, merenggangkan tubuh kaku ini. Menghabiskan sisa sisa kantuk yang ada.
kubuat segelas kopi hitam panas,dan memadukannya dengan sebatang rokok sisa semalam.
Jam menunjukan pukul 6. sebetulnya tidak biasa aku bangun jam segini. Tidurku sepertinya tidak nyenyak setelah kejadian kemarin.
Kubuka jendela kamarku dan duduk di ruasnya, mungkin ini adalah spot ternyaman bagiku dikamar ini. sembari memandang gedung-gedung penghuni Ibu Kota yang kokoh berdiri.
pikiranku mulai liar. Aku masih tak menyangka bisa melihat lagi ayahku di kota ini. kurang luas kah dunia ini?
kupikir kemarin aku membuat keputusan yang tepat dangan tidak menemuinya. Dimana kutaruh harga diri ini jika memperlihatkan diriku yang sekarang. hal itu semakin membuat motivasiku bertambah. Akan aku perlihatkan padanya bahwa Ibu tidak gagal membesarkan anaknya.
Ibu juga masih nggan membalas pesan-pesan yang kukirim, atau mengangkat telpon dariku. Tapi tetap kucoba kirimi pesan. Hanya terbaca saja sudah buatku sedikit tenang.
Ibu apa kabar? semoga Ibu baik disana. Damir cuma mau bilang, Damir baik juga disini. Yaa... Walau mungkin sudah hilang khawatir Ibu buatku.
Bu, Damir terkejut, Ternyata Ayah juga ada di Jakarta. Kemaren Damir sempat bertemu tapi enggan bercakap. Dia juga sepertinya sudah lupa wajahku bu. Damir pikir Ibu berhak tahu.
Itu saja yang Damir ingin sampaikan. Damir Rindu.
banyak rindu tak tertuang, banyak pertanyaan masa depan yang tak bisa terhabiskan. Sementara kehidupan terasa monoton, tak berjalan maju dan tidak juga mundur. Aku seperti terdiam disebuah jalan sunyi, penuh bimbang untuk melangkah lagi.
...****************...
But I.... Can't help Falling in love.... With..... You
"keren... Udah mulai lancar kayaknya nih" ujarku pada Ninda
"yeayyy.... bisa kan.." Ninda tertawa girang
Malamnya, Ninda datang ke kostanku untuk diajari lagi bermain gitar. kebetulan aku saat itu sedang tidak terlalu fit untuk mengamen.
Kehadirannya benar-benar mengisi sunyinya kamarku. Selalu ada cerita menarik darinya setiap kali kamu bertemu. Ninda seperti perpustakaan berjalan, penuh dengan kabar dan cerita yang bisa membuatku tidak pernah bosan. Seperti saat ia bercerita tentang pilunya kehidupan masyarakat Malawi, hutan amazon, dan hal lainnya. Mungkin karena dia gemar membaca. Dibalik keluguannya, Ninda adalah seorang wanita yang berwawasan luas, kritis dan memiliki rasa penasaran yang tinggi.
"kamu kelihatannya udah cukup tenang, boleh aku nanya?" tanya Ninda
"nanya apa?"
Kemudian dia bertanya tentang apa yang terjadi padaku kemarin malam. Aku sebenarnya enggan membicarakan itu,tapi aku juga merasa tidak enak bila menolak memberi jawaban padanya. Lantas kuceritakan saja semuanya.
"kamu lelaki tangguh Mir, itu yang harus kamu ingat ya." ujar Ninda tersenyum ringan setelah mendengar ceritaku.
hari semakin larut. Tak terasa waktu dengan cepat kami habiskan. Sekitar pukul 10 malam, Ninda pamit untuk pulang. Katanya ada kelas pagi besok. Aku mengantarnya sampai depan jalan, hingga taksi online datang menjemputnya.
...****************...
Dua hari kemudian, kondisiku semakin kurang baik, Sepertinya aku sedikit demam. Aku hanya bisa terbaring seharian. Tidur, bangun, tidur, bangun dan begitu terus.
sisa berasku sepertinya hanya cukup untuk 3 hari lagi. Aku harus menghemat lagi sepertinya. Jadi kuputuskan untuk membuatnya menjadi bubur untuk beberapa hari ini, agar bisa menjadi lebih banyak. Ya setidaknya hingga aku cukup sembuh untuk mencari uang lagi.
Ketika sedang menikmati bubur buatanku yang seadanya. tiba-tiba....
Tok
Tok
Tok
Suara pintuku terketuk. Saat kubuka ternyata itu Ninda yang datang bersama temanya Reiya, Katanya dia ingin menjengukku, lantas kupersilahkan mereka masuk.
"padahal gak usah dijenguk juga gapapa, sakitku gak parah kok. Cuma demam biasa aja ini." ujarku
"shuut... Yang lagi sakit gak usah banyak omong ya. Lagian kan kamu juga jenguk aku di rumah sakit. Masa sekarang kamu sakit aku gak jenguk... Keadilan harus ditegakkan heheh... Iya kan Rey?" celotehnya tertawa kecil
"hmm gimana lo aja dah" timbal Reiya.
Dia juga membawakanku tiga buah kelapa utuh. Katanya cuma buah kelapa yang paling ampuh untuk orang sakit. Meskipun aku bingung bagaimana cara mengupasnya, tapi aku tetap berterima kasih padanya.
"kamu tahu kenapa aku gak beli air kelapanya aja?"
"kenapa" tanyaku
"suka kw kalo yang gitu. Mending yang gini, dijamin original hasil ciptaan Tuhan." celoteh Ninda
Reiya sedikit tertawa mendengar itu, Aku pun demikian.
kemudian perbincangan kami terpotong saat ada pesan masuk lewat Hpku. ternyata pesan itu dari Mang Dodo, paman Vikram di Ciwidey. mungkin Mang Dodo tahu nomor teleponku dari Vikram.
Mang Dodo bilang bahwa Ibuku tadi pagi dibawa kerumah sakit saat ditemukan pingsan di depan teras. Mang Dodo juga mengirimkan alamat rumah sakit tempat Ibu dirawat.
sontak itu membuat pikiranku kacau, dilanda badai khawatir.
"aku harus pulang sekarang Nin" kataku sedikit panik
"ada apa?" Ninda mengerutkan dahinya terheran-heran
"Ibuku sakit. Aku harus pulang sekarang."
"iya kamu harus pulang, tapi gak sendirian dengan kondisi begini. Biar aku sama Reiya antar ya."
Ninda bersikeras untuk ikut, aku kehabisan akal untuk menghentikannya. Alhasil, sore itu aku diantar mereka dengan menggunakan mobil milik Reiya.
Jujur, akan sangat merepotkan jika harus melakukan perjalanan jauh dengan kondisi tubuhku yang seperti ini. Oleh karena itu aku lagi-lagi menelan pil itu. Efeknya akan membuat tubuhku normal untuk 12 jam kedepan. Bisa dibilang pil itu seperti doping.
Ninda juga tidak curiga saat aku menelan pil itu dihadapannya. Mungking ia mengira itu hanya obat demam biasa. Masalah pil itu adalah satu-satunya hal yang sampai saat ini aku rahasiakan pada Ninda.
Setelah berkemas, kemudian berangkatlah kami ke Ciwidey. Reiya yang menyetir dengan didampingin Ninda disebelahnya, sementara aku duduk dikursi belakang.
aku duduk dengan penuh khawatir saat itu. pikiranku mulai liar, membayangkan hal-hal buruk terjadi. Kekhawatiran membuatku sulit berpikir positif.
Diperjalanan kami sempat terhambat kemacetan. Disaat-saat begini, itu benar-benar membuatku kesal.
ahh sial!!
di perjalanan aku berusaha untuk menghubungi Mang Dodo, aku hendak memintanya untuk menemani Ibu untuk sementara waktu hingga aku tiba, aku takut kalau-kalau terjadi apa-apa. Tapi sialnya Mang Dodo tidak dapat dihubungi. hal itu semakin membuatku sulit berpikir tenang.
Pasalnya aku tahu kalau Ibu selama ini punya masalah dengan lambung dan ginjalnya, tapi aku tidak tahu pasti penyakit apa yang diidapnya. Setiap aku bertanya, Ibu selalu merahasiakan hal itu. Katanya itu hanya penyakit biasa. Tapi aku tahu kalau Ibu berbohong soal itu.
"Tuhan ini kali pertama aku berdoa lagi padaMu setelah sekian lama. Kumohon, jaga Ibuku hingga aku sampai. Jangan biarkan hal buruk dalam kepalaku benar-benar terjadi padanya. Tolong aku kali ini Tuhan. Jika tidak, mungkin ini akan menjadi kali terakhir aku berdoa, dan mengemis padaMu."
aku sudah tidak tahu lagi harus melakukan apa, selain mempertaruhkan setetes iman yang kumiliki untuk menaruh harapan pada Tuhan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 17 Episodes
Comments
el zahra
kak ayoo semangat lanjutkan. seru banget nih
2023-04-18
2
el zahra
kasian banget damir
2023-04-18
2