Malam ini malam minggu. Malam paling sibuk dari malam biasanya di Jakarta. Sebagian orang sibuk membuang uang, dan sebagian lagi sibuk mencari uang. Aku? Ya sudah pasti termasuk yang sibuk mencari uang.
Malam ini aku tidak berperan sebagai pengamen jalanan yang berharapan menghasilkan uang receh dari setiap petikan gitarnya. Malam ini aku menjadi pelayan disebuah restoran jepang sebagai pekerja lepas yang hanya dipanggil jika butuh tenaga lebih. Aku bisa disini berkat temanku Dimas, dia sudah bekerja sebagai karyawan tetap selama 6 bulan disini. Aku mengenalnya dari tempat kostku yang dulu, kamar kami dulu bersebelahan.
Dimas satu satunya teman dekatku. kita sudah berteman sejak pertama kali aku tiba di Jakarta. Mungkin karena memiliki latar belakanh dan tujuan yang sama, kami jadi mudah akrab. Dia juga sedang berjuang untuk kuliahnya. berbeda denganku, dia saat ini sedang berkuliah di salah satu universitas ekonomi. Sekarang dia sudah masuk semester 6, perjuangannya sebentar lagi mungkin akan membuahkan hasil. Di hari sabtu&minggu dia bisa bekerja full karena kuliahnya memang libur hari itu, sedangkan di hari biasa dia akan bertukar shift dengan rekannya supaya bisa masuk kerja selepas pulang kuliah.
Sesekali sempat terlintas dalam kepalaku, kenapa hidupnya begitu tertata. Seperti setiap langkah yang diambilnya tak menyandung satupun batu kesalahan. Setiap langkah yang diambilnya seperti semakin mendekatkanknya dengan tujuan. sementara setiap langkah yang kuambil selalu tersandung batu kendala. Tapi apa gunanya membandingkan hidup dengan orang lain. Tak akan merubah hidupku juga, lagi pula setiap orang mungkin punya jalannya masing-masing.
Sekitar mulai jam 8 malam restoran mulai sibuk. Semua meja sudah terisi penuh. hampir tak ada waktu untuk duduk, aku terus bolak balik mengantarkan pesanan.
"Mir ini ke meja 33 ya." ucap Dimas
"oke oke"
aku lekas bergegas mengantarkan pesanan itu. Di meja 33, tiga orang wanita sedang asyik berbincang, hingga aku datang menghentikan sejenak perbincangan mereka.
"permisi, ini pesanannya kak" kutaruh satu persatu makanan dan minuman yang ada diatas nampanku
"maaf mas tadi saya pesannya steak medium well. Ini kok malah yang well done" tegas salah satu wanita dengan dress hitam.
"ohh maaf kak. biar saya tukar saja sama yang baru. Mohon tunggu sebentar ya kak. Kataku
"ahh lama lagi dong. yang ini aja nunggunya udah lama. Masa saya harus nunggu lagi sih" wanita itu mengomel
mendengar itu ingin sekali aku berkata padanya,"terus saya harus gimana mbak? Harus saya sulap gitu makanannya?". Tapi tak mungkin aku berkata demikian, bagaimanapun pembeli adalah raja, sementara aku hanyalah budak sang raja.
"udah udah jangan ribet deh. Nih gini aja" ucap salah satu wanita lain dengan kacamata. ia tersenyum lalu menukarkan makanan itu dengan miliknya. Kebetulan mereka memesan menu yang sama.
"ihh udah gak usah, biar diganti aja kali"
"biarin santai aja. Gue suka yang well done kok."
kemudian wanita berkacamata itu berterima kasih padaku, dan akupun permisi pergi.
mungkin seharusnya aku yang berterima kasih, karena berkat dia aku tidak mendapatkan masalah. Tadi kemungkinan memang salahku. Aku mungkin melakuka kesalahan saat menulis pesanan mereka.
Hingga pukul 11 malam aku masih belum bisa beristirahat. melelahkan memang, tapi mau bagaimana lagi, aku butuh uang lebih untuk mengirimi Ibuku.
Tapi dengan kesibukan,waktu jadi tak terasa berlalu cepat,hingga akhirnya restoran tutup. Setelah semua pekerjaan selesai ,dipintu belakang restoran, aku dan Dimas bersantai sejenak. Duduk melemaskan tubuh dengan meminum kopi yang Dimas beli dari penjual keliling.
Kunyalakan sebatang rokok dari dalam saku, dan tentu Dimas juga kutawari. Kami seperti melepaskan penat dalam setiap hembusannya.
"gimana kuliah lu Dim?" tanyaku
" yaaa gitulah. Agak ribet mau skripsi. Elu gimana? Masih make permen begituan?"
"hmm ya gitulah Dim, gue masih butuh tenang"
"Gapapa kalo lo belum mau lepas Mir, nanti juga kalo lo udah dapet penggantinya, lo pasti bisa lepas" ucap Dimas dengan santainya
"maksud lo gimana?"
"heh, lu pikir kita baru kenal sehari dua hari apa? Lu kan tau dulu juga gue make. Alasan lu make sama kayak alasan gue make. Kita ini pemake yang sebenernya terdorong sama keadaan, yang kita ambil dari barang gituan cuma ketenangan bukan kebahagiaan. Beda sama orang berduit yang tolol pengen bahagia lewat sabu, putaw atau suntikan. Gue berhenti karena udah nemuin ketenangan, gue yakin lu juga nanti pasti bisa nemuin itu Mir."
Itulah Dimas, selalu selangkah lebih dulu dariku. Mendengar itu, aku lagi lagi menaruh hormat padanya, dan disaat bersamaan aku juga menghina diriku sendiri.
"yaa kita liat nanti lah Dim kedepannya gimana. Yang pasti untuk sekarang gue masih nyaman begini."
"iya gapapa men jalani aja dulu, oh iya ini payment lu yang dititipin ke gue tadi."
aku kemudian mengambil uang itu.
"thanks ya Dim. Lain kali kalo ada lagi kerjaan, kabarin gue ya. Gue lagi butuh nih"
"iya iya santai pasti gua kabarin."
Setelah itu kami memutuskan untuk pulang. Dimas mengajakku pulang dengan motornya, tapi kutolak. Aku tidak ingin terlalu merepotkannya. Sudah cukup kebaikan yang ia beri hari ini.
"heh lu mau pulang pake apa jam segini? Pake taksi? Abislah tuh payment lo hari ini. Tegas Dimas
Dimas benar juga. Jam segini mana ada angkot. bus juga susah kalo jam segini. pilihannya cuma dua, taksi atau ojek online yang ongkosnya agak lumayan untuk sampai ke kostan ku.
"oke deh, sorry ya ngerepotin mulu." kuterima ajakannya
"santai kayak sama siapa aja"
Akhrinya kuterima tawaran Dimas.
Sesampainya dikostan aku langsung menghitung tabunganku dalam kaleng dengan uang yang berhasil kudapat hari ini. Jumlahnya sekitar 2 setengah juta. Mungkin akan kusimpan beberapa ratus untuk kebutuhanku bulan ini, dan sisanya akan kukirim pada Ibuku dikampung.
semua nanti akan membaik
semua nanti akan membaik
semua nanti akan membaik
gumamku dalam hati untuk meredam kekhawatiran dalam kepalaku. Dengan berbaring diranjang aku kelelahan, tapi tetap tak bisa tidur.
aku sendiri sekarang sudah lupa kapan terakhir kali aku bisa tidur tanpa gemuruh dalam kepala yang mengganggu. Aku merasa jiwaku sudah mati. Aku sedih tapi tak menangis, aku senang tapi tak tersenyum, aku lelah tapi tak tertidur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 17 Episodes
Comments
el zahra
semangat kak
2023-03-30
1