Putri Yang Dikutuk

Putri Yang Dikutuk

Putri Kencana Utari

Putri Kencana Utari

Seorang wanita dengan baju jirah perang yang berlumuran darah, dia berdiri tegak dan menatap bayi yang tergeletak di ayunan di sebuah kamar kerajaan yang megah dan kacau.

Ibu bayi yang sudah sangat lemah itu mencoba merangkak di lantai dengan luka tusukan pedang di perutnya, darah segar mengucur deras dari lukanya dan membasahi lantai kamar yang sangat mewah dan indah itu.

Kedua tangan munggil Anjani yang berlumuran darah itu menyentuh sepatu perang Maha Patih Kencana Utari yang masih menatap benci pada bayi munggil yang tertidur pulas di dalam ayunan.

"Jangannnnn lukaaaai putraaaaku, akuuuuu moooohon Puttttri Utari!"

Perkataan tulus tapi terputus-putus itu keluar dari mulut seorang Putri Anjani yang mempunyai kedudukan di istana ini sebagai seorang anak perempuan dari Kaisar Wanara.

Perawakannya yang mungil dan sangat santun, kepibadiannya yang lembut dan sabar membuatnya tak bisa membantah perintah ayahnya untuk menikahi Raden Senopati Salendra yang merupakan kekasih dari sahabatnya Putri Utari.

Maha Patih Kencana Utari hanya memperlihatkan wajah cantiknya yang di penuhi dendam yang berkobar, kekecewaannya pada Anjani bukan hanya tentang pernikahan gadis itu dengan Salendra tapi pembantaian keluarganya beberapa tahun yang lalu yang hanya menyisakan dirinya sebagi penghianat.

"Seharusnya kau hentikan ayahmu saat mau menghabisi seluruh keluargaku, kau bukannya malah mendukungnya?" tanya Utari, dia berjongkok dan menyentuh wajah ayu Putri Anjani dengan tangan kasar yang dibalut kain kotor yang telah berlumuran darah.

"Maaf kan aku Tuan Putri aku tak bisa melakukan apa pun!" kata Anjani.

"Jangan pernah memanggilku seperti itu lagi Putri Anjani! Itu terdengar sangat menjijikan di telingaku!" Utari masih mengobarkan dendam di hatinya.

Air mata Anjani menetes deras membasahi pipinya yang merona. Tangisan Anjani bukan karena rasa sakit akibat tusukan pedang di perutnya, tapi karena dia yang lemah tak bisa melakukan apa pun saat kudeta penurunan Putra Mahkota terdahulu yang merupakan Ayah Utari.

"Utari jangan sakiti... Anak dan Istriku!" kata seorang pria gagah yang baru saja masuk dia mengunakan baju Jirah perang tapi berbeda model dan warna dengan yang dikenakan Utari.

Setelah menjadi buronan Utari tak bisa lagi tingal di tanah kelahirannya lagi. Dia harus mengungsi ke negara lain dan Utari memutuskan untuk menghianati negaranya dengan berkerjasama dengan negara musuh tanah kelahirannya, yaitu kerajaan Maladewa untuk membalaskan dendamnya pada pemimpin di tanah kelahirannya yang disandang oleh pamannya sendiri.

Dengan wajah sedih pria gagah perkasa itu mendekat tanpa berkata apa-apa, dia mengayunkan pedangnya ke arah Utari.

'Mari kita mati bersama-sama'

Hanya itu yang di fikirkan Utari kala itu. Wanita kuat yang sangat cantik ini sudah membunuh seluruh petinggi Kerajaan dan menghancurkan tanah kerajaan Wanara ini. Utari juga pasti akan sangat malu untuk hidup di bumi karena dia adalah penghianat tanah kelahirannya sendiri.

Kedua pasang kekasih itu saling menghunuskan pedang tapi Salendra membelokkan pedangnya hinga hanya pedang Utari yang menghunus ke jantungnya.

Utari tertegun, saat tak merasakan apa pun dia hanya merasakan pelukan dari Salendra dan darah mengalir dari perut Salendra ke tangannya dan menetes ke lantai.

"Semoga kau berumur panjang dan selalu bahagia! Aku titip putraku, tolong jaga dia!" kata Salendra diiringi oleh darah segar keluar dari mulut Salendra.

.

.

.

.

900 tahun kemudian

Seorang wanita sedang bercermin dia memasang anting berlian yang sangat indah dan bersinar, dia juga memakai kalung yang selaras dengan anting itu. Wajahnya yang putih mulus dan rambut hitam bergelombang yang indah panjang.

Dia adalah Kencana Utari yang dikutuk oleh Dewa karena ketamakan dan rasa dendamnya terhadap manusia. Kutukan untuk menjaga pohon kehidupan dan menjadi budak dari pohon itu. Dia harus mencari jiwa-jiwa yang tamak dari seluruh dunia untuk dihisap pohon kehidupan.

Dengan gaun bermotif bunga-bunga dari brend Italia yang sangat terkenal dia berjalan menyusuri koridor di rumah megahnya. Kaki jenjangnya yang beralaskan sepatu high heels Dior berwarna merah. Dentuman suara hak sepatu mahal itu memecah keheningan di rumah mewah bak Buckingham palace.

Seluruh penghuni istananya pun bergegas berkumpul di lantai dasar dan menunduk hormat pada Kencana Utari yang hendak melihat pohon Kehidupan yang tumbuh di lantai dasar rumahnya.

"900 tahun sudah, tapi kenapa dia tak mau berbunga!" desah Utari, dia sangat kesal karena hanya dengan membuat pohon ini berbunga maka dia baru bisa mati.

"Bukankah malah bagus kakak bisa di sini untuk selama-lamanya?" tanya seorang wanita yang sangat cantik dengan gaun hitam yang angun dia adalah Kanaya, Selir raja yang dikutuk menjadi Siluman ular karena ketamakannya.

"Ada perlu apa siluman rendahan sepertimu datang ke tempatku?" tanya Utari tanpa melihat Kanaya yang berdiri di belakangnya.

"Hissss, aku tak rendahan!" kata Kanaya yang tak berani meninggikan suaranya di hadapan Utari, meski dia ingin membunuh mahluk cantik di depannya itu.

"Apa ada mahluk yang lebih rendah dari kamu, yang kerjaannya hanya mengumpulkan lelaki untuk melayanimu sepanjang hari?! Benar-benar menjijikan!" kata Utari sambil tersenyum meremehkan ke arah Kanaya yang sudah ingin meledak karena amarah.

"Aku dikutuk seperti itu, aku dikutuk tak akan pernah puas dengan lelaki mana pun!" kata Kanaya geram, tapi dia masih berusaha mengontrol tekanan dalam suaranya.

"Kenapa kau tak mencoba dengan wanita?! Akhir-akhir ini sedang buming percintaan dengan sesama jenis!" perkataan Utari sama sekali tak membuat Kanaya tertarik, meski dia siluman ular tapi dia masih normal secara hormon.

"Ratu Retno menyuruh kakak menghadap padanya!" kata Kanaya, dia tak mau berdebat lagi dengan Utari yang bersetatus Dewi Penjaga yang akan dengan mudah melenyapkannya. Kanaya belum mau mati karena masih sayang dengan suami-suaminya.

"Apa aku melakukan kesalahan?! Kurasa tidak!" Utari ternyata bisa panik, dia segera bergegas menemui Ratu Retno.

.

.

.

.

Ada beberapa hal yang tak bisa dikendalikan oleh manusia.

Bukan takdir.

Tapi kekuatan hati mereka.

Hati yang tak pernah goyah, hati yang selalu hanya mencintai satu orang saja.

Hati yang tak pernah goyah itu masih mencari cintanya, masih mencari pilihannya.

Namun ada harga yang sangat mahal yang harus dibayar untuk merubah sebuah takdir. Harga yang tak bisa disangka-sangka oleh seorang manusia.

Namun harga mahal itu sudah dibayar selama ribuan tahun hidup sebagai manusia di Neraka Es, Api dan Pisau. Dia menjalani semua itu hanya untuk dilahirkan di dunia sekali lagi.

Dia ingin kembali ke dunia dan menjadi sebuah bunga yang mekar untuk kekasihnya. Tak apa baginya mati sia-sia asal dia bisa membuat kekasihnya bahagia sekali saja.

Jadi dia bisa meminta maaf karena dengan berani, dia pernah mencintai pujaaan hatinya itu.

Terpopuler

Comments

Rizavi

Rizavi

Awalannya mirip cerita di Hotel De Luna
moga ada cumak terinspirasi ya neng

2023-02-17

2

ⱮαLєƒι¢єηт

ⱮαLєƒι¢єηт

Weeeee.
uda baca guw.....

welkambek Utari..👏👏👏

2023-02-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!