Intinya Aska tak keberatan berhubungan romantis dengan wanita mana pun asal tak ada ikatan, itulah kenapa dia dijuluki playboy cap kupu-kupu. Yang suka hingap kesana kemari tanpa pegangan hidup. Barulah setelah dia mengenal Ratih, Aska berusaha untuk merubah gaya hidup bebasnya.
Tapi seseorang telah mengoyahkan pendiriannya yang belom lama Aska kelakarkan. Dan seseorang itu telah memporak-porandakan hati, fikiran, nafsu dan juga ingatan Aska. Dia masih membayangkan semua hal tentang Utari yang belum lama ini selalu bertemu dengannya.
"Kenapa aku jadi begini!" teriak Aska frustasi, untung di ruangan guru itu tak ada siapa pun.
Hari semakin sore dan Aska sudah melengang pulang dari tempat bekerjanya dengan motor bebek empat tak yang sudah beberapa tahun menemani Aska hilir mudik menyusuri jalanan ibu kota semenjak petengahan kuliah sampai sekarang.
Alhasil meski sering perawatan rutin di bengkel, namanya mesin yang sudah dipakai lama yaaaa sering ngadat dan pilek. Tapi hari ini si hitam julukan Honda Supra Fit milik Aska nggak rewel dan dengan mulus mengantar si kusir sampai ke kosannya.
Setelah Aska memarkirkan motornya di teras depan kosan dia masuk ke dalam bangunan kosannya yang bermodel menjulur lurus ke dalam, di sana ada 10 kamar kosan yang meski sempit kamar mandi sudah ada di dalam kamar. Seperti biasa sore itu banyak bocil duduk di meja depan untuk main game, mereka numpang WiFi kosan untuk menghemat kuota.
Aska yang sudah masuk ke dalam kamar, melepas tasnya dan meletakkannya di meja pojokan dekat meja dia menyimpan peralatannya membuat kopi. Dia membuka kemejanya dan memperlihatkan dada bidangnya yang cukup kekar meski jarang olahraga. Karena merasa hari ini cukup panas dan melelahkan Aska memutuskan untuk langsung mandi.
Mandi, bagi si pecinta kebersihan seperti Aska itu adalah hal yang sangat penting, di kamar mandi dia mengosokkan sabun ke tubuh sempurnanya. Entah kenapa bayangan sentuhan Utari padanya seakan terpatri di ingatannya, Aska tak bisa melupakannya.
Pada saat mandi pun dia harus mendesah kesal karena ingatan itu muncul lagi, Aska berusaha menghilangkan ingatan itu dengan menguyur kepalanya dengan air dingin dari sower cukup lama. Aska harus mengusir gambaran-gambaran mesum tentang Utari yang sudah bertumpuk di dalam kepalanya.
Selesai mandi Aska mengenakan baju santai untuk bersiap menunaikan ibadah sholat Ashar yang tertunda, Aska berharap setelah sholat fikirannya menjadi jernih kembali. Usaha Aska membuahkan hasil, tak salah dia memetuskan menekuni ibadah dan mendalami Al Quran akhir-akhir ini, karena hal ini sangat manjur untuk menjernihkan fikirannya dan juga hatinya.
Setelah hari semakin sore Aska kembali menunikan ibadah sholat magrib dan juga isya di masjit, seperti biasa Aska akan bertemu Pak Husein ayah Ratih dan juga Ratih yang selalu tekun beribadah di masjit ini.
Ratih, Pak Husein, Ibu Huda istri Pak Husein tak ketingalan calon mantu yang sempura yaitu Aska. Telah duduk di ruang tamu yang dipenuhi pemandangan islami dari semua parabotan di sana.
"Nak Aska, tempo hari saya sudah menjelaskan tentang hukum pacaran pada Nak Aska. Sekarang bagaimana kalau kita membahas tentang hubunganmu dengan putri saya Ratih!"
jeng jeng jeng
Aska sebenarnya sudah menduga, pembicaraan tema ini yang akan dicetuskan oleh calon mertuanya itu.
"Maaf Pak! Jika bapak berbicara tentang pernikahan, sepertinya saya belum siap!" entah keberanian dari mana dan ide siapa Aska bisa mengucapkan kata-kata itu di depan wajah serius nan bengis calon mertua lelakinya itu.
.
.
.
.
Di sebuah Istana yang sangat megah bernuansa gelap yang mencekam, ******* seorang wanita dan lelaki bergema saling bersahutan memenuhi ruangan bebatuan yang dihias indah menjadi kamar lengkap dengan kasur yang empuk dan sangat nyaman.
Kanaya sedang memadu kasih dengan suami kesayangannya Jelio, pria berkebangsaan Italia itu seperti tak punya rasa lelah untuk memuaskan hasrat Kanaya yang semakin hari semakin mengebu saja.
Tubuh sintal nan seksi Kanaya bergetar hebat tak kala mencapai puncak kenikmatannya, tubuh indah yang tak sehelai kain pun menutupinya sedang mencapai *******. Sepasang kekasih itu masih melanjutkan aktifitas dewasanya bahkan setelah berkali-kali mencapai puncaknya dengan berbagai posisi tentunya.
Tanpa mereka sadar ada sepasang mata yang menyaksikan persetubuhan mereka dengan wajah malasnya. Kencana Utari, dengan masih mengenakan gaun merah di atas lutut dan jaket kulit serta sepatu buts kulit yang senada dengan jaketnya. Beberapa perhiasan berlian yang mahal juga turut meramaikan penampilan Utari yang selalu paripurna.
Utari hanya menghela nafas panjang dan duduk di salah satu kursi kuno di sana, pemandangan mesum di depannya membuat fikirannya menerawang ke aktifitas yang dilakukan Kanaya dengan suaminya Jelio. Di atas ranjang yang hanya dihalangi sehelai kain kelambu hitam yang membuat suasana panas persetubuhan siluman dan manusia itu semakin membara. Tapi terawangan tak senonoh, di otak Utari bukan Kanaya dan Jelio tapi dirinya dan Aska yang merupakan reinkarnasi Salendra.
Seperti apa bentuk tubuh pria itu jika tanpa pakaian sehelai pun, bagaimana rasanya sentuhan romantis yang akan diberikan Aska pada tubuh Utari yang sudah di bawah tubuh telanjang Aska.
"Kau harus kembali!" kata Salendra 900 tahun yang lalu.
"Kenapa kau sangat cemas kalau aku tak kembali?" tanya Utari yang belum menjadi imortal, dia masih di kamarnya untuk mempersiapkan diri menjalani Topo Sukmo selama setahun penuh.
"Setelah kau pulang dari Topo Sukmomu bagaimana kalau kita menikah?" kata Salendra.
Utari menatap mata Salendra dengan penuh pertanyaan, dia tak menyangka sahabatnya ini akan melamarnya. Karena setahu Utari, Salendra selalu menganggapnya teman saja.
"Apa kau sedang bercanda?" tanya Utari yang masih dalam kebingungan.
Salendra dengan berani mendekat ke tubuh Kanjeng Ndoro Putri Kencana Utari, lelaki gagah yang berpakaian seragam Senopati itu mendekap tubuh langsing Utari dengan satu tangannya yang sangat kekar. Utari hanya diam, dia terdiam karena menikahi Salendra juga sudah menjadi rencana keluarganya agar Utari dapat naik tahta ketika kakaknya Tara tak tertarik menjadi Putra Mahkota setelah ayahnya menduduki kursi Kekaisaran nanti.
Tangan kekar dan kuat itu dengan lembut membelai wajah Utari yang masih diam dengan pandangan ke arah wajah Salendra yang semakin rupawan di mata Utari, perlahan tapi pasti Salendra mendekatkan wajahnya ke arah wajah Utari dan kecupan-kecupan mesra dan lembut Salendra berubah menjadi kecupan buas yang penuh nafsu.
"Kenapa aku bahkan tak bisa membayangkan hal yang romantis dengan pria lain, setelah 900 tahun!" desah Utari.
"Apa kau mau mencoba dengan salah satu suamiku?" tanya Kanaya yang sedang berjalan perlahan ke arah Utari, wanita siluman ular itu tanpa rasa malu hanya menutupi tubuh telanjangnya yang seksi dengan sehelai kain hitam panjang yang mengelantung asal di bahunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments