Lelaki itu lagi
"Aku yakin telah menyimpannya! Kenapa tidak ada di kontak???" kata Varo kesal.
Dia sedang di kamarnya yang luas, segala macam barang elektronik yang berhubungan dengan game berjajar rapi di salah satu sisi dinding kamarnya.
Satu set sofa di tengah ruangan dan ranjang besar nan empuk di sisi lain. Dengan semua fasilitas yang ada di kamarnya, harusnya Varo tak merasa bosan.
Acap kali pemuda yang masih belia itu bosan dan bermain di luar rumah. Baginya rumahnya ini, hanya tempat yang harus ia kunjungi dan tiduri ketika malam tiba.
Ibu Varo Nyonya Adelia Wijaya masuk ke dalam kamar anaknya setelah mengetuk tiga kali pintu kamar Varo.
Wanita paruh baya yang bertubuh masih indah dan angun itu, masuk ke dalam kamar anak bungsunya dan mendekati Vero yang tampak kesal dengan ponsel di genggamannya.
"Ada apa sih, Ro?" tanya Adelia.
"Mah, gadis yang namanya Utari itu cantik banget, lho! Dia terlihat sangat keren dan pintar, pokoknya Utari itu tipe cewek idamanku banget mah!" kata Varo gemas pada ponselnya yang telah menghilangkan nomor handphone pujaan hatinya itu.
"Kapan kau bertemu dengannya?" wajah Adelia yang semula tampak biasa sekarang menjadi ketakutan.
"Tadi siang, dia datang ke sekolahku dengan kerennya! Apa dia mengemudi sendiri mobilnya? Kayaknya dia nggak bawa supir!" kata Varo.
"Dia bilang apa sama kamu?" tanya Adelia, ibu itu terlihat sangat penasaran sekali.
"Dia bilang dia suka cowok yang berambut hitam, dan suka cowok yang rapi serta wangi!
"Mulai sekarang aku akan menjadi cowok, seperti keinginannya!
"Mahhhh, dia tipeku banget!" fikiran Varo sudah berjalan-jalan ke alam lain karena visual Utari yang sangat cantik, tak pernah dia menemui wanita secantik Utari selama ini.
"Varo...!" Nyonya Adelia duduk di depan putra bungsunya yang sedang bersandar di sandaran tempat tidurnya dan memandang penuh arti pada putranya itu.
"Apa Mah?" seperti biasa Varo selalu bertingkah manja di depan mamanya yang sangat menyayanginya.
"Utari dia...!" Nyonya Adelia tak sangup melanjutkan perkataannya, apa pun yang dia ingin ucapkan kini pasti akan menyakiti putranya itu.
"Utari kenapa Mah?" Varo menatap wajah mamanya dengan antusias, pembicaraan apa pun tentang Utari menjadi begitu sangat menarik di telinganya kini.
"Apa kau yakin bisa menyukai Utari itu?" tanya Mamanya,
"Tenang saja Ma...! Aku janji tak akan mengecewakan mama dan papa!" perkataan Varo yang sederhana itu membuat butiran air bening menetes dari pelupuk mata Natali.
Bagaimana pun rahasia bahwa putra bungsunya yang akan menikah dengan mahluk bukan manusia, membuatnya ingin mencegah perjodohan ini. Tapi segala cara telah dilakukan oleh suami dan dirinya, namun tak membuahkan hasil apa pun. Ibu mana yang mau jika putranya menikah dengan mahluk yang bukan dari golongan manusia, meski wanita yang akan menikahi putranya itu sangat cantik, kaya dan juga sakti.
"Mama kenapa?" kegundahan di hati Adelia terbaca juga oleh Varo.
"Enggak kok Ro! Kakak kamu bilang mau tinggal lagi dengan kita!" Adelia berusaha tersenyum manis, karena kedatangan putra pertamanya Aska ke dalam keluarga ini lagi adalah kebahagian yang besar.
Meski ia juga sedih, jika harus merelakan Putra bungsunya menikahi perempuan gaib seperti Utari.
"Bener Mah? Emang papa ngijinin?" dengan wajah yang begitu sumringah.
"Papamu yang meminta Aska untuk tinggal lagi bersama kita!" ucap Adelia.
Varo segera menghubungi kakaknya, yang kini sedang berdiam diri di kamar kos sempitnya. Beberapa kali terlihat lampu ponselnya menyala karena panggilan ponsel dari Varo, tapi tak ada sambutan dari si empunya meski benda tipis yang pintar itu tergeletak di lantai yang berada tepat di depan Aska.
Tersirat banyak hal yang Aska fikirkan malam itu, pandangan kosongnya dikagetkan dengan ketukan bar-bar di pintu masuk kosannya.
"Ka...bukak, ini Ibrahim!" suara manusia lelaki menggema di dalam ruangan sempit itu, lamunan Aska pun buyar.
Dengan sangat malas Aska membuka pintu kamar kosnya dan ditemuinya sesosok manusia berambut klimis dengan kemeja biru kotak-kotak yang ia masukkan ke dalam celananya.
Namun wajah tersenyum ceria milik Ibramin, yang tampak lebih menyebalkan di mata Aska.
"Ada apa Im?" pertanyaan Aska tak digubris lelaki bertubuh kurus dan berkulit coklat yang cenderung hitam itu, karena sering berjemur karena pekerjaannya sebagai atlet bola yang Ibrahim geluti.
"Kamu jadian sama Ratih ya?" pertanyaan Ibrahim itu menambah jajaran list yang harus difikirkan Aska saat ini.
"Belum lama juga!" Aska mempersilahkan teman karipnya itu untuk masuk ke dalam ruangan kosan kecilnya yang cukup lapang, karena parabotan yang mimim dan tampak bersih.
"Kamu yakin pacaran sama si cewek syari itu?" pertanyaan Ibrahim yang ini mengingatkan akan ceramah tausiah yang belum lama ini didengar Aska dari Bapak Ratih yang tinggal tak jauh dari tempat Aska mengontrak sekarang.
"Im, apa kau percara tentang adanya mahluk halus di dunia kita?" Ibrahim yang baru saja menempelkan bokong teposnya ke lantai keramik tanpa alas di kamar kos Aska pun cukup tersentak, karena tak biasanya Aska yang selalu juara satu di sekolah mengengah berbicara tentang hal tak logis begitu.
"Aku tanya apa?! Kamu jawabnya apa?!
"Emang kenapa sih, ka? Kamu diganggu mahluk halus ya?" Ibrahim membuka bungkusan plastik putih beningnya yang berisi martabak manis di lantai dan Aska pun tak diam saja dia segera menyambangi meja di pojokan ruangan kamarnya itu dan membuat kopi hitam untuk mereka berdua. Sebagai pelengkap percakapan mereka, yang akan terjadi semalam suntuk.
Ibrahim sangat sulit libur dari pekerjaannya sebagai seorang altet sepak bola amatir, jadi Aska tak keberatan jika harus menghabiskan malamnya dengan sahabatnya dari SMP itu.
"Bisa dibilang begitu, Im!"
"Bacain aja ayat kursi!" jawaban Ibrahim itu mungkin masuk akal, tapi apa iya akan berhasil.
Apa Utari bisa diusir dengan bacaan ayat kursi?
"Apa bisa?"
"Biasanya manjur, coba aja!"
.
.
.
.
"Beberapa tahun yang lalu kakak bilang akan mencarikanku suami, apa kakak ingin menjodohkanku dengan Orang itu?" pertanyaan Utari membuat Ratu Retno terdiam sejenak, padahal dia sedang mengkagumi sebuah kalung berlian permata bernuansa hijau yang ditunjukkan oleh salah satu staf menejer toko.
Ratu Retno mengajak Utari dan Kanaya berbelanja lagi, ribuan tahun tak pernah berbelanja membuat Ratu Retno menyadari betapa asyiknya menghabiskan uangnya yang tak pernah terpakai.
"Apa yang kau katakan?" Retno mencoba tetap tenang, tapi bawahannya yang mempunyai kekuatan setara dengannya itu membuatnya cukup khawatif juga.
"Salendra, manusia busuk itu! Kenapa dia bisa di lahirkan lagi?
"Bukankah jiwanya adalah salah satu jiwa yang dihisap oleh pohon kehidupan?" Utari mengunakan sihir menghentikan waktu untuk menekan Ratu Retno yang sudah dia anggap sebagai kakaknya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Ara
Aska sih menawan🥰🥰🥰, tapi Varo imut bgt 😍😍😍
2023-02-17
1