Lelaki Jahat

Utari berdiri di depan pohon kehidupan dan membuka buku yang dia bawa, dan buku kuno itu mengeluarkan arwah Julian dan seketika pohon kehidupan itu menghisab arwah tamak Julian.

Pandangan mata biru Utari tertuju pada kuncup baru di ranting yang sama di mana kuncup lain muncul kemarin.

Sebenarnya apa yang membuat pohon ini mau berbunga...?

Ku rasa aku tak melakukan hal-hal yang istimewa...

Apa membuat Salendra kesal....

Apa itu alasannya, aku harus membuktikannya lagi supaya jelas.

.

.

Aku sudah berdiri di depan ruangan guru di sekolahan tempat Aska mengajar dan tempat Varo bersekolah.

Aku harus selalu berada di dekat Aska....

Tapi bagaimana caranya....

Tidak mungkinkan, aku bersekolah di sini...

.

.

Bunyi bel tanda kelas berakhir berbunyi, dan suara keras itu membuat Utari kaget dan seketika itu juga dia memanggil pedang esnya karena refleks dengan suasana yang dia anggap sebagai bahaya.

Pemandangan itu tak luput dari perhatian Aska yang baru saja keluar dari kelasnya yang kebetulan berada tak jauh dari kantor.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Aska pada Utari yang masih diselimuti kekuatan esnya.

Utari yang baru saja sadar bahwa ada manusia yang mengajaknya bicara padahal dia ada di mode tak terlihat. Utari memandang ke arah asal suara maskulin itu dan dia tak merasa aneh karena Aska yang melihatnya.

Aska satu-satunya manusia yang tak terpengaruh akan sihir Utari, karena itu Utari merasa Aska adalah alasan pohon kehidupan bisa berbunga.

"Apa yang membuatmu kesal?" tanya Utari to the point.

"Kamu!" jawab Aska cepat.

Utari yang merasa sudah menemukan jawaban akan keinginannya pun menarik Aska yang masih di depan ruangan kantor dan memepetkan tubuh gagah Aska di tembok ruangan tersebut.

"Apa yang akan kau lakukan?" tanya Aska dengan nada takut.

Aska mungkin adalah pria yang sehat dan memiliki tenaga tetapi siapa yang bisa melawan tenaga gaib yang dimiliki oleh Utari.

Utari mengelilingi tubuh mereka berdua dengan kekuatannya agar Aska tidak kabur, dan Aska merasa sangat ke dinginan karena suhu yang dihasilkan perisai es Utari berada di bawah titik beku.

"Jika kau benci padaku, kau pasti sangat kesal jika aku menciummu--kan?" pertanyaan Utari membuat Aska membeku karena kaget. Bagaimana bisa wanita ini mengatakan hal tabu itu dengan santainya.

Tanpa aba-aba Utari sudah menempelkan bibir manisnya ke bibir Aska, kecupan lembut bibir Utari membuat Aska terbelalak kaget. Tapi Aska tak bisa menolak bibir manis Utari yang dengan lembutnya mengecup bibirnya, karena sebuah ingatan muncul di otak Aska.

Aska merasa pernah berciuman dengan Utari, bibir ini perasaan ini. Aska merasa pernah di satu situasi yang sama. Karena terbawa alam bawah sadarnya yang mengingat ingatan Salendra, Aska membalas ciuman Utari dan tangannya mengunci pingang dan tengkuk Utari agar kenikmatan berciumannya semakin bertambah.

Seakan mengulang masa lalu, di mana kedua manusia itu saling mencintai dan juga saling merindukan. Kecupan-kecupan liar Aska membuat Utari terdiam tak berdaya, baginya ciuman buas yang penuh cinta dari Salendra 900 tahun yang lalu hanyalah di anggap mimpi bagi Utari. Tapi kini hal itu tampak sangat nyata karena seperti mengulangi hal yang sama.

Utari mendorong dada Aska agar menjauh dari tubuh Utari, nafas keduanya terengah karena aktifitas peraduan bibir yang membuat keduanya mengenang masa 900 tahun yang lalu.

"Kenapa?" Aska bertanya pada Utari dengan nada yang mirip dengan Salendra.

--------______------____------____

Lelaki jahat...

Untuk apa kau muncul lagi...

Apa untuk mengetarkan hatiku lagi...

Tapi apa kau tau aku sudah tak mempunyai hati....

_______---------_________-----------________

"Kau mau mati?" sorot mata dengan penuh dendam ditunjukkan Utari pada Aska yang masih mengatur nafasnya yang tersengal.

"Kau menciumku lebih dulu!" kilah Aska, dia tak tau harus berkata apa. Dia juga bingung kenapa dia begitu mengebu mencium bibir Utari seakan dia sangat merindukan sosok Utari.

Utari masih memandang Aska dengan penuh dendam, tapi dia juga sadar ciuman ini tak akan terjadi jika dia tak memulai duluan. Utari merasa sangat kesal, dia yang awalnya ingin membuat Aska kesal sekarang malah dirinya yang dibuat dongkol oleh Aska karena reaksi pria itu tak sesuai dengan ekspetasi yang dibayangkan oleh Utari.

Seperti biasa Utari melakukan teleportasi untuk meninggalkan Aska yang masih bengong di tempat.

Aska mencoba mencerna kejadian barusan dan dia baru ingat tentang sosok yang sangat mirip dengannya yang pernah mencium Utari.

'Apa ingatan itu ada hubungannya dengan nenek moyangku, Jangan-jangan nenek moyangku adalah kekasih dari gadis iblis itu?!' batin Aska.

'Jika dulu kekasih Utari adalah orang yang mirip dengan aku, maka pemandangan ingatan yang tak sengaja kuingat pagi itu dan barusan adalah ingatan siapa?!'

Rasa sakit yang amat sangat kembali menjalar di dada Aska, dia sampai terduduk dan mengeluarkan air mata dari pelupuk matanya karena rasa sakitnya yang tak tertahankan. Rasanya ada batu besar yang menghantam dadanya dan menusuknya menuju kegelapan yang paling dasar dan menguncinya di sana. Aska merasakan perasaan ketakutan yang sangat dalam, entah apa yang dia takutkan tapi rasa takut yang menyakitkan itu seperti cukup untuk membunuhnya saat ini.

"Apa yang terjadi padaku?" gumam Aska.

Aska terduduk di lantai yang dingin di depan kantor itu, seorang guru yang baru saja kembali mengajar mendekat ke arah Aska yang sedang menahan rasa sakit di dadanya.

"Ada apa Pak Aska, mau saya bawa ke UKS?" tanya Bu Rohaya, dia adalah wakil kepala sekolah Neverland.

"Nggak papa kok buk, saya baik-baik saja!" kata Aska, karena menang rasa sakitnya sudah mulai berkurang.

Setelah sakitnya agak reda Aska kembali beraktifitas mengajar lagi seperti biasa, tapi fikirannya sama sekali tak bisa fokus, dia harus memgerahkan banyak usaha agar tetap kosentrasi pada pelajarannya. Karena di otak dan hatinya hanya ada bayangan rasa, tentang ciumannya bersama Utari barusan.

Rasanya Aska tak pernah merasakan perasaan yang amat dalam seperti itu. Perasaan rindu yang mendalam dan cinta yang tak berujung.

******* nafas panjang yang berat dihembuskan Aska yang sudah frustasi, dia bersandar di kursi kantornya dan memadangi langit-langit ruangan itu. Bayangan ciumannya dengan Utari kembali terpampang nyata di hadapannya, bibirnya seakan masih bisa merasakan sentuhan manis dan lembut bibir Utari.

'Kenapa aku harus membalas ciuman wanita sinting itu, kenapa tubuhku bereaksi berlebihan begini?!' Aska begitu sangat menyesali apa yang baru saja dia lakukan terhadap Utari.

Ciuman ini bukan ciuman pertama Aska, karena saat kuliah Aska dikenal si playboy Kupu-Kupu. Dia lebih bahaya dari buaya yang menebar pesona dan kata-kata manis saja. Aska adalah pecinta yang seperti kupu-kupu, mempesona dan menarik tapi tak bisa dimiliki oleh siapa pun.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!