Rupanya siluman ular yang dikenal dengan sebutan Nyai Blorong oleh masyarakat Negara ini sudah selesai melakukan ritual cintanya dengan Jelio.
"Jangan memancing emosiku Kanaya, atau akan kuporak-porandakan istanamu yang mirip kandang tikus ini!" ancam Utari, dia masih menerawang melihat ke arah ranjang yang di
gunakan Kanaya dan Jelio.
Tentu saja arwah Jelio sudah di
kirim kembali ke alamnya, karena ritual pesugihan yang menjijikan Kanaya hanya dilakukan oleh sukma manusia yang sudah terikat kontrak dengan Kanaya.
"Maaf, tapi apa kakak masih punya ketertarikan dengan hal semacam itu?" hal yang ditanyakan Kanaya membuat Utari berfikir lagi. Selama 900 tahun lebih hidupnya, dia hanya mendapat dua tindakan romantis dan bisa dibilang oleh pria yang sama.
"Aku juga tidak tau!" kata Utari.
"Kakak bersenang-senanglah, hubungan badan dengan manusia itu sangat menyenangkan!" kata Kanaya dengan nada ******* yang sangat seksi.
"Bersiaplah, kita harus mengambil nyawa di Gunung Larasan!" bentak Utari,
Kanaya segera lari dari ruangan itu untuk menghindari amukan Utari yang lebih menyeramkan dari Nyai Ratu Retno kalau sudah emosi karena tersingung.
Mendapatkan keabadian dengan pikiran dan juga hati seorang manusia, membuat Utari sama sekali tak tertarik dengan banyak hal. Bahkan bersenang-senang dengan lawan jenis, bukanlah sebuah hal yang dia inginkan ketika suntuk. Dia hanya fokus dengan Pohon Kutukannya yang tak kunjung berbunga.
.
.
.
.
Gunung yang dulunya ramai dengan aktifitas pertanian kini sepi. Angin sepoy-sepoy yang mengoyangkan dedaunan di pohon-pohon yang menjulang tinggi juga bergema sangat menyeramkan.
Apa pun, entah itu tempat terbuka atau bangunan yang diduduki oleh mahluk gaib, akan tampak menyeramkan dan cenderung beraura gelap yang menakutkan di dalam batin manusia biasa. Manusia juga bisa merasakan hal semacam itu tanpa harus punya Indra ke enam, karena makhluk halus juga adalah makhluk hidup yang punya energi.
Gunung Larasan tempat tinggal siluman ular Sembring yang amat ditakuti manusia.
Ular Sembring di gunung itu adalah mahluk iblis yang berhasil kabur dari neraka, Utari sebagai penjaga pohon kehidupan mempunyai tugas lain selain mengumpulkan jiwa manusia yang tamak. Tugas lain Utari adalah menjaga kesetabilan bumi dan Ular Sembring di gunung Larasan ini sudah amat meresahkan warga sekitar dan juga penduduk kayangan.
Utari dan Kanaya memutuskan mengunakan angkutan umum yaitu pesawat terbang dan mengendarai mobil dari bandara ke lokasi gunung yang berada jauh dari pusat kota.
Utari dan Kanaya harus menghemat tenaga mereka. Meski setatusnya adalah seorang Dewi Penjaga, Utari hanya dianugrahi sihir manipulasi untuk menjalankan tugasnya tanpa diketahui manusia dan juga tak bisa mati tapi masih bisa terluka seperti manusia biasa meski regenerasinya sangat cepat.
Utari bisa merasakan rasa sakit dari lukanya, tapi separah apa pun lukanya tak bisa membuat gadis itu mati.
Itu bukan Angugrah, tapi Hukuman.
Cuaca cerah tapi udara sangat dingin khas udara pegunungan.
Bersih dan menyegarkan, tapi jika tak dalam kondisi yang bagus tentu saja bisa flu.
Beberapa penduduk desa yang lalu lalang di jalan utama desa itu tampak sangat antusias melihat penampilan Utari dan Kanaya yang baru saja keluar dari mobil Ferrari merah yang berpintu Up, bak dua model papan atas yang sedang menjalani pemotretan alam pedesaan.
Utari dengan jaket kulit merah yang pas di badannya dan celana leging hitam dipadukan boots hitam yang menambah aura drak meski makeupnya bergaya flawless, rambut hitam panjang yang indah dia kucir kuda agar tak mengangu saat bertarung dengan ular Sembring nanti.
Kanaya yang tak kalah keren dengan balutan mantel berbulu hitam yang elegan dengan kaus hitam panjang ketat dan juga leging yang menutupi kaki jejangnya dilengkapi sepatu kets chanel hitam yang akan dia tangisi kalau sampai rusak.
Utari yang tak suka membuang waktu langsung mengunakan sihirnya untuk melacak keberadaan ular bersayap itu. Matanya yang membiru membuat aura di sekitar dia berpijak semakin dingin. Seketika Utari dan Kanaya menghilang dari tempat itu, tentu saja tanpa sepengetahuan warga sekitar yang langsung lupa akan keberadaan dua orang model cantik di dekat mobil Ferrari merah yang terparkir di jalan utama desa terdekat dengan Gunung Larasan.
Sebuah gua yang cukup besar di dasar tebing yang tak mungkin dijamah manusia. Utari dan Kanaya berdiri tegak di depan mulut gua setinggi empat meter itu tanpa rasa takut, mereka berdua merasakan aura aneh di dalam gua itu. Utari yang masih di mode sihirnya bisa melihat apa yang terjadi di dalam gua tersebut.
Wajah cantik keduanya tampak sangat waspada, karena mereka mengetahui jika siluman di dalam gua itu bisa membahayakan manusia.
Bukan berarti Utari dan Kanaya peduli akan keselamatan orang di sekitar gunung, mereka hanya tidak mau dihukum karena lalai akan keselamatan manusia. Sudah berkali-kali Utari dihukum karena hal semacam itu.
Angin mulai berhembus tak tenang, awan-awan hitam mulai bermunculan tepat di atas berdirinya dua wanita itu. Mahluk di dalam sana tau akan kemunculan penjaga pohon kehidupan dan antek-anteknya.
Tak seperti tebakan Utari, ular Sembring yang menurut legenda sangat menyeramkan dan menjijikan itu keluar dari goa dengan penampilan yang berbeda.
Dari dalam gua berjalan seorang lelaki tampan berambut hitam yang panjang dengan mengenakan pakaian kerajaan jaman dahulu yang juga berwarna serba hitam. Lelaki tampan itu tersenyum ke arah Utari dan Kanaya yang ternyata bersembunyi di belakang pungung Utari.
"Kembalilah ke neraka!" kata Utari.
"Jika aku tidak mau!" kata pria itu.
Samar-samar Utari mendengar suara para manusia yang berteriak minta tolong dari dalam gua. Tentu saja suara-suara itu tak bisa didengar oleh manusia biasa.
"Maka aku akan membunuhmu!" kata Utari, tubuhnya sudah diselimuti aura biru yang membuat angin semakin bertiup kencang tak beraturan. Kanaya yang tau seperti apa kekuatan Utari di Mode ini segera mundur untuk menghindari malapetaka yang mungkin tak sengaja menyambarnya.
Pedang Es sudah di tangan Utari dia menggengam gagangnya dengan sangat erat, pedang Es yang mempunyai nyawa yang bisa menyerang musuh sendiri bahkan tanpa dikendalikan empunya.
Pedang peninggalan ayahnya yang berhasil Utari rebut meski dia harus membunuh Maha Patih Jatmiko yang merupakan ayah Salendra. Jatmiko otak dan dalang pembantaian keluarga Utari 900 tahun yang lalu.
Lelaki jelmaan ular Sembring itu juga tengah mengeluarkan kekuatannya yang berelemen api karena asal ular itu dari neraka. Cuaca sekitaran gunung Larasan seketika menjadi buruk seperti akan terjadi bencana yang amat besar.
Dua mahluk berkekuatan Dewa tapi beda energi itu sudah bersiap untuk menyerang satu sama lain. Keduanya saling melayang di udara untuk beradu pedang beda ukuran mereka di atas angin yang berputar mengelilingi tempat itu. Gemuruh dan petir mengelegar mengikuti hantaman-hantaman senjata langit yang digunakan keduanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments