"Ada manusia yang datang kemari tadi siang dan meninggalkan surat ini nona!" kata mbok Jumi yang sudah seperti biasa berbusana rapi dengan busana pelayan hitam putih yang tampak sangat cocok di tubuh gempalnya.
Utari menerima surat itu dan mendesah kesal. 917 tahun dia hidup di bumi ini, tapi baru kali ini dia mendapat surat dari PLN.
"Kalian tau apa maksutnya?" tanya Utari yang meski bisa membaca tapi dia sama sekali tak faham dengan angka-angka yang tertera di secarik kertas putih itu.
"Sudah tiga bulan listrik rumah ini tidak dibayar, dan petugas PLN memadamkan listrik rumah ini tadi siang Nona!" jelas Haruto.
Utari memegang kepala dengan satu tangannya. Siapa yang tak frustasi, seorang Kencana Utari yang mempunyai banyak kekayaan meski hanya rebahan di rumah, telat mbayar PLN selama tiga bulan dan harus mengalami pemadaman listrik di rumah yang bak istana ini.
"Lalu kemana si manusia itu?! Dukun cabul itu!!!Siapa namanya?!" teriak Utari tanpa menahan amarah di hatinya lagi.
Alhasil langit yang semula terang benderang karena bantuan sinar bulan separuh, seketika penuh dengan kabut dan beberapa petir yang cukup besar menyambar secara acak di daerah tempat tinggal Utari.
"Yanuar, ndoro!" sahut Mbok Jumi.
Mbok-mbok yang berpenampilan modern meski ia berasal dari jaman Kerajaan itu, sebenarnya juga sangat takut jika Utari sudah marah separah itu. Tetapi Mbok Jumi juga tidak punya pilihan lain, karena tidak ada malaikat maut yang memberi kabar jika Dukun Yanuar akan segera meninggal.
Jadi mereka tidak mempersiapkan diri untuk mencari seseorang yang harusnya menjadi tangan kanan Utari di dunia manusia.
Utari harus punya menejer manusia yang biasa mengurusi semua hal tentang hal semacam ini, bahkan dia masih bisa menghubungi dukun cabul itu untuk mendapatkan tiket pesawatnya dan Kanaya kemarin.
"Dukun Yanuar meninggal pagi tadi Nona!" kata Mbok Jumi yang malah mewek nggak jelas.
"Berani sekali dia meninggal tanpa sepengetahuanku?! Dasar dukun cabul tak tau diri!!! Lalu bagaimana ini!!! Apa yang harus kulakukan!!!" teriak Utari.
Alhasil malam itu Utari tidur di kamar dengan jendela terbuka saking panasnya ruangan karena tanpa AC atau kipas angin.
Pagi harinya Utari bertambah frustasi karena dia tak bisa mandi air hangat, mengeringkan rambut atau sekedar mengisi daya ponselnya yang sedang koit.
Mata indah nan bulat itu memandang pantulan dirinya yang berantakan di dalam kaca, dan sekali lagi teriakan melengking mengema di seluruh ruangan itu, tentu saja itu adalah teriakan Utari yang sedang dalam kondisi emosi tingkat tinggi.
Ting tong....ting tong....ting tong.
Utari kembali melihat pantulan wajahnya di kaca, karena mendengar bunyi aneh yang baru saja mengema di telinganya.
"Mbok bunyi apa itu?" tanya Utari pada Mbok Jumi yang dari tadi berdiri di dekat Utari.
"Itu bunyi suara bel rumah kita, Nona!" kata Mbok Jumi.
"Ohhhh bel Rumah kita!" kata Utari yang seketika langsung bengong.
"Bel rumah kita, mahluk apa yang datang kemari membunyikan bel?" tanya Utari bingung, dia segera berdiri dan mondar-mandir di kamarnya untuk berfikir.
Tapi bel rumah itu masih saja berbunyi. Dan pandangan ketakutan nampak di wajah polos Utari yang masih tanpa MakeUp karena habis mandi.
Jegrekkkkk
Utari membuka pintu depan rumahnya, dia masih mengenakan piama mandinya dan dengan rambut setengah basah yang tidak bisa dia keringkan karena tak ada aliran listrik yang mengalir di rumahnya.
Aska yang dari tadi sudah kesal karena Utari lama sekali membuka pintu rumahnya, serta hal yang membawa Aska ke kediaman terpencil itu membuatnya langsung naik pitam ketika sampai di kediaman Utari.
Tapi ketika mata Aska melihat wajah polos Utari yang sangat manis yang terbingkai indah dengan rambut panjangnya yang masih setengah basah membuat Aska terdiam sejenak, penampilan Utari semakin erotis dengan piyama mandinya yang terbilang cukup tipis melekat di tubuhnya yang sempurnanya.
Sebagai lelaki jantan yang normal pemandangan di depan Aska itu adalah sebuah surga. Apa lagi, Aska seperti memendam perasaan aneh untuk Utari di masa lalu.
"Dari mana kau tau alamat rumahku?" tanya Utari, nada ketus Utari malah terdengar seperti ******* di telinga Aska.
"Aku bertanya pada ayahku!" jawab Aska lembut, mana mungkin dia marah pada gadis imut yang masih polos itu.
"Kau tak menyuruhku masuk?" tanya Aska yang memang penasaran bagaimana isi rumah mahluk seperti Utari yang tak masuk dalam golongan jenis makhluk apa pun.
Rumah Utari tampak sangat bersih tapi cukup bersuasana kelam karena listrik dipadamkan oleh pihak yang berwajib tentang hal itu.
Utari mempersilahkan Aska duduk di sofa di dekat pohon kehidupan yang tampak menyala kebiruan. Utari ikut duduk, ia memilih sofa tepat di depan Aska. Pandangan Aska tak pernah lepas dari penampilan polos Utari yang dinilai Aska lebih tampak cantik, sangat berbeda ketika di luar yang memakai riasan tebal dan berpenampilan nyeleneh menurut Aska.
"Ada perlu apa kau jauh-jauh datang kemari?" tanya Utari.
"Apa kau mengatakan pada Ratih, bahwa aku dan dia tak ditakdirkan bersama?" tanya Aska, dia tak bisa marah lagi pada Utari. Padahal niat awalnya dia ingin menghajar wanita itu sampai meminta ampun pada Aska.
Dua perasaan
"Iya!" kata Utari dengan santainya,
"Kenapa kau tak suka kami bersama?" tanya Aska, meski tak bisa marah pada Utari tapi raut wajah Aska tampak berubah kesal dengan jawaban Utari yang sangat tanpa dosa itu.
"Meski aku jahat, tapi aku bukan manusia yang suka berbohong!" desah Utari, dia mengambil secangkir kopi di depannya yang baru saja di sajikan oleh mbok Jumi yang terlihat seperti pembantu yang normal.
"Kau masih bisa menyebut dirimu manusia, setelah melakukan banyak hal aneh di hidupku?" tanya Aska,
"Tidak juga!" jawab Utari, tentu saja setelah menyeruput kopi hitam panas yang menyegarkan otaknya yang sangat menderita dari malam tadi.
"Kenapa kau menganguku, bukankah adikku yang akan di jodohkan denganmu?" Aska mencoba menahan amarah,
Pemuda tampan itu tak mau melontarkan kata-kata kotor yang kasar yang akan memancing Utari mengeluarkan pedang Goibnya. Bagaimana pun juga Aska tau Utari bukan tandingannya yang hanya seorang manusia biasa.
"Karena kau reingkarnasi musuhku!"
jawaban Utari membuat Aska mematung, "reingkarnasi" kata yang hanya dia jumpai di novel-novel fiksi, kini dia dengar dari mulut seorang mahluk aneh bernama Utari, serasa mimpi di pagi hari.
"Lalu Ratih?, kenapa kau juga mengangunya?" tanya Aska,
Utari terdiam sejenak, dia tak mungkin bilang dan menjelaskan siapa Ratih di masa lalu. Atau Aska akan sulit untuk di manfaatkannya untuk kepentingan bunga di pohon Kehidupan.
Tak mengatakan bukan berarti bohong kan...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments