POV Andi
Aku tidalk menjawab lagi perkataan sasa, aku hanya diam dan termenung sambil memikirkan bagaimana caranya agar bisa segera keluar dari sini, tapi rasanya otak ku malah buntu dan tidak menemukan jalan keluar sama sekali.
"Ndi" Sasa memanggil namaku.
"Apa" jawab ku singkat dan membalikkan badan sambil menatapnya.
"Aku minta maaf ya karena tadi aku nangis, aku tau kamu semakin pusing saat mendengar aku selalu menangis" sambil mnenundukkan kepalanya dan memilin ujung bajunya.
"Mangkanya jangan nangis terus dong, kita itu ada di alam bebas jadi harus pintar-pintar bertahan hidup, kalau cuma nangis mana bisa menyelesaikan masalah, yang ada malah makin rumit" aku menasihati Sasa walaupun entah di dengar apa tidak.
"Iya aku tahu kok kalau aku salah, mangkanya aku minta maaf, aku akan lebih mengontrol emosi agar tidak mudah nangis, dan makasih karena kamu udah ngerti sifat aku" Sasa memegang tangan ku dan seperti ada efek setrum nya tangan ku langsung bergetar dan merambat ke jantung ku dan semakin cepat berdetak dengan kencang.
Ya Allah, semoga saja aku tidak pingsan karena merasakan getaran yang luar biasa, apa ini yang dinamakan dengan cinta.
"Minta maaf terus gak capek apa" jawabku asal.
"Gue serius Andi, udah capek-capek merangkai kata-kata yang pas untuk minta maaf malah jawabannya begitu, yaudah gak jadi baikan, aku ngambek lagi deh" ucapnya sambil melipat tangan
di dada sambil manyun.
Jujur aku sangat senang melihat sikapnya yang manja itu, apalagi melihat raut wajahnya yang cemberut semakin menambah kecantikannya yang alami itu.
"Udah jangan ngambek lagi, nanti aku tinggal di sini sendirian baru tau rasa" aku mencolek tangan nya sasa.
"Emang kamu tega ninggalin cewek secantik aku disini sendirian, pasti gak akan tega lah" sasa sambil mengibaskan rambutnya dengan PD.
"Pede banget sih" ucapku tanpa menatapnya karena takut jantung ini semakin tidak terkontrol.
"Terus gimana, malam ini kita tidur disini dulu apa lanjutin perjalanan" Sasa bertanya padaku.
"Emmm gimana ya, kayaknya kita istirahat disini dulu lah, lagian disana tidak aman, banyak makhluk halus yang akan mengganggu kita, lebih baik kita lanjutkan perjalanan besok aja, kalau pagi kita pasti akan lebih aman" Rombongan hantu pendaki itu pasti masih ada di sekitar sini, dan akan terus mencari kita sampai ketemu, jadi aku berfikir lebih baik berhenti disini dulu karena tempat ini cukup aman untuk kita istirahat.
"Tidur dulu yuk, gue udah ngantuk banget capek lari-lari capek dibuat spot jantung juga sama penunggu di gunung ini" aku merebahkan tubuh di tanah.
"Sama gue juga ngantuk banget" Sasa merebahkan tubuhnya di sebelah ku.
"Ngapain Lo madep sini, sana agak jauhan jangan deket-deket" dia tiba-tiba ngomel gak jelas.
"Kan gue duluan yang tiduran di sini, harusnya kamu yang agak jauhan, ngapain deket-deket aku" aku tidak mau kalah juga.
"Bantah terus sih, udah madep sana gak usah lihat gue" ucapnya lagi.
"Mau tidur aja cerewet banget sih" jawab ku ketus pada sasa.
"Awas Lo ya kalau sampai macam-macam gue tonjok Lo" Sasa sambil mengepalkan tangannya.
"Dih, ngarep banget sih Lo gue apa-apa in, gak nafsu juga kali gue sama Lo" aku tanpa melihat ke arah nya lagi.
"Apanya orang gue cantik gini kok" Sasa sambil mendekatkan wajahnya yang memang cantik.
"Cewek gue lebih cantik" jawabku singkat dengan pura-pura.
"Haha, gue kenal siapa lo dan gue tau banget kalau lo itu masih belum lagu, kan lo udah lama gak punya pacar" dia malah tertawa terbahak-bahak.
"Sok tau Lo, udah merem jangan ganggu gue lagi" aku langsung memunggungi dia yang masih saja tertawa karena ucapan ku tadi.
Dia gak tau sih, kalau gue belum pacaran itu karena orang yang gue taksir ya dia sendiri, mana mungkin gue pacaran sama orang lain kalau hati gue penuh dengan nama dia.
Aku menengok ke belakang memastikan kalau dia sudah tidur dengan nyenyak, dia terlihat kedinginan, memang hawanya sangat dingin sekali.
"Makin cantik juga nih cewek kalau tidur" alku senyum-senyum sambil memandang wajahnya.
"Kasian dia kedinginan" aku langsung memberikan jaket ku ke tubuh nya agar dia tidak kedinginan.
Malam ini akan terasa indah, karena tidur ku di temani oleh seseorang yang aku cinta, ya walaupun aku tidak akan berani untuk mengungkapkan nya, biarkan aku Dan Tuhan saja yang tau tentang perasaan ini.
Aku juga ikut tidur agar besok punya tenaga untuk mencari teman-teman ku yang lain, aku harus segera menemukan mereka.
Tiba-tiba aku terbangun dan sudah berada di tempat yang asing, suasananya sangat gelap, seperti nya ini masih di dalam hutan tapi hutan ini seperti nya aku belum pernah kesini dan aku tidak melewati hutan ini sama sekali.
Aku seperti melihat Anton dari kejauhan, dan melihat dia berjalan terus lurus ke depan.
"Antoonnn " aku memanggilnya tapi dia tidak merespon sama sekali.
"Anton" suara ku mnakin kencang agar dia mendengarkan suara ku.
Tapi aneh sekali, Anton sama sekali tidak melihat ke arahku, dia masih tetap berjalan tanpa menoleh ke belakang, aku mulai mengejar Anton karena dia semakin menjauh aku terus mengejarnya tapi anehnya semakin kencang aku berlari semakin Anton menjauh.
Aku tidalk menyerah sama sekali, aku terus berlari mengejar Anton tapi tidak juga sampai, ini aneh sekali padahal Anton hanya berjalan dan aku berlari dengan kencang tapi kenapa jarak kami semakin jauh, hingga Anton hilang dari pandangan ku.
Aku terus memanggil nama Anton siapa tau dia dengar dan mau berhenti, tapi hasilnya nihil, Anto. sama sekali tidak menyahut bahkan aku tidak lagi mendengar langkah kaki nya, sepertinya aku sudah kehilangan jejak.
Aku masih belum menyerah, bahkan aku lari semakin kencang berharap bisa menemukan keberadaan.
Anton, kasihan dia sendirian dan sepertinya dia sedang kebingungan mencari jalan.
Aku berfikir sejenak, kenapa Anton sendirian kemana Gilang dan Heni kenapa mereka tidak bersama Anton, apa jangan-jangan mereka juga terpisah.
"Anton" aku terus berteriak Ya Allah, kenapa jadi seperti ini ternyata mereka juga terpisah dan Anton sekarang sedang sendirian, apa Gilang dan Heni juga terpisah ya, ini pasti akan lebih menyusahkan kita untuk bisa bertemu dan berkumpul kembali.
"Anton" aku terbangun ternyata itu hanya mimpi tapi kenapa seperti nyata.
Sasa terbangun mungkin dia kaget karena aku tiba-tiba berteriak dan memanggil nama Anton.
"Ada apa sih teriak-teriak gitu, ngagetin aja" ucap Sasa sambil mengucek mata karena baru terbangun.
"Tadi gue mimpi Anton ada di dalam hutan dan dia sedang sendirian" aku menceritakan tentang mimpi yang barusan aku alami, tapi aku seperti merasakan kalau itu benar-benar nyata.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments