Lanjutan POV Andi...
Sasa terlihat sangat cantik saat tertawa, sebenarnya sudah cukup lama aku memperhatikan Sasa, entah kenapa seperti ada rasa yang berbeda selain rasa sayang sebagai sahabat, aku selalu deg-deg an saat dia ada di dekat ku.
"Tadi katanya gak enak, kok sampai belepotan gitu makannya" ejek ku sambil mengusap pipi Sasa yang kotor.
"Biarin orang gue emang laper banget, kan tadi siang cuma makan pakai roti" dia terus saja mengunyah buah itu, sepertinya dia memang benar-benar kelaparan.
Baru kali ini aku bisa berduaan dengan Sasa, karena biasanya kita pasti kemanapun berlima, entah sejak kapan rasa ini mulai muncul, aku pun tidak menyadari nya aku hanya merasa seperti ada rasa yang berbeda saat aku duduk di sampingnya, tapi aku tidak pernah berani mengungkapkan nya karena Sasa selalu bilang kalau dia sudah menganggap aku, Gilang, Anton dan juga Heni adalah keluarga.
Kita selalu bersama dalam keadaan apapun, bahkan kalau salah satu dari kita ada yang lupa mengerjakan PR pasti kita pura-pura tidak mengerjakan juga, agar bisa di hukumn bersama.
Ya, memang kami berlima sedekat itu, bahkan kalau salah satu dari kita ada yang terluka maka kita akan maju sama-sama, kita selalu saling melengkapi dan saling melindungi satu sama lain.
"Kenapa Lo ngelamun" Sasa tiba- tiba mengagetkan ku.
"Apaan sih, siapa juga yang ngelamun" jawab ku asal kepada Sasa.
"Pasti Lo sedang mikirin gue ya, ngaku aja" sambil senyum-senyum menggoda.
"Kepedean banget sih Sa, jangan berkhayal terlalu tinggi, nama Lo tidak ada di daftar hati gue" aku berbohong padahal ucapannya sangat benar dan tepat sekali.
"Kenyang banget nih gue, untungnya tadi kita udah ambil air, jadi kita gak kehausan" dia langsung minum karena sudah kenyang.
"Kalau begitu sekarang kita istirahat dulu disini, biar isi perut melorot dulu" aku menyandarkan tubuh ku di batu besar tempat kita bersembunyi.
"Ya udah kita disini dulu" dia juga melakukan hal yang samna menyenderkan tubuhnya di batu.
Tiba-tiba telinga ku mendengar sesuatu, seperti orang yang sedang berbicara dan sepertinya jumlah mereka lebih dari satu.
"Lo denger sesuatu gak" tanyaku pada Sasa.
"Iya, kayak ada orang yang bicara" kita menajamkan pendengaran.
"Mungkin itu pendaki sama seperti kita, ayo kita keluar dan meminta tolong kepada mereka" Sasa mau berdiri dan langsung aku cegah.
"Jangan dulu, takutnya itu bukan manusia, kita perhatikan saja mereka dulu, kalau kita sudah yakin mereka manusia baru kita minta tolong" Sasa terlihat kesal dengan keputusan ku.
"Terserah lo aja, nanti kalau mereka sudah semakin jauh baru Lo nyesel" Sasa mengomel dan tidak peduli kan karena aku masih memperhatikan mereka.
"Kita harus terus mencari mereka sampai ketemu" ucap salah satu dari mereka.
"Pasti kita akan menemukan nya" jawab salah satu temannya.
Apa yang sebenarnya mereka cari, tingkah mereka sangat mencurigakan, mereka mengendus seperti sedang mencari sesuatu.
"Kenapa diem aja sih, cepat minta bantuan" Sasa masih saja ngeyel dan tidak mau sabar.
"Diem dulu kenapa, mereka itu mencurigakan, masak mereka ngendus-ngendus kayak hewan" ucapku sambil melihat wajah manyun Sasa.
Aku terus memperhatikan mereka, dan setelah lama aku perhatikan ternyata aku baru sadar kalau kaki mereka tidak menyentuh tanah, mereka berjalan tapi seperti melayang.
"Astaghfirullah" aku langsung istighfar karena kaget melihat penampakan itu.
"Ada apa sih, ngagetin aja" jawab Sasa judes.
"Tuh lihat, kaki mereka tidak menyentuh tanah sama sekali, itu artinya mereka bukan manusia tapi hantu pendaki" aku menunjuk ke arah mereka.
"Hah" Sasa menutup mulutnya karena kaget dengan apa yang dia lihat.
Tubuh Sasa tiba-tiba bergetar mungkin dia ketakutan aku hanya bisa menyuruh dia untuk banyak-banyak
berdoa dan istighfar agar dia tidak terlalu talkut lagi, dan agar hatinya bisa sedikit tenang.
Aku mengintip mereka lagi, dan saat mereka mulai mendekat ke arahku dan Sasa, aku mengajak Sasa untuk tiarap agar mereka tidak bisa melihat
keberadaan ku dan Sasa.
Dari suaranya mnereka terus mendekat, aku terus berdoa dalam hati tanpa henti, berharap mereka segera pergi dari sini, aku melihat tangan Sasa
gemetaran dan wajahnya berubah pucat, aku memegang tangan sasa untuk menguatkan nya dan memberikan isyarat semua akan baik-baik saja.
"Sepertinya memang mereka tidak ada disini, ayo kita cari lagi pasti mereka tidak akan pergi jauh" ucap hantu pendaki itu.
Aku sedilkit terkejut mendengar ucapan mereka, apa itu berarti para hantu pendaki itu mencari kita dan berusaha untuk menangkap kita.
"Manusia-manusia itu sangat pintar bersembunyi, kita harus terus mencari mereka sampai dapat, jangan sampai mereka lolos begitu saja" masih terdengar obrolan mereka.
"Mereka tidak akan bisa keluar dari gunung ini, kita sudah menyesatkan mereka sampai ke dalam hutan yang bahkan belum pernah di jamah oleh manusia, jalan untuk keluar dari tempat ini sudah di jaga oleh penunggu gunung ini, dan pasti nya mereka tidak akan bisa melihat jalan keluar dari hutan ini" Ucapan itu disambut tawa oleh teman-temannya.
"Kita juga sudah membuat mereka terpisah cukup jauh agar mereka tidak bisa berkumpul lagi"' suara itu semakin menjauh, itu tandanya mereka sudah pergi menjauh dari tempat ini.
"Jadi mereka sengaja membuat kita tersesat, dan membuat kita terpisah dari yang lainnya, terus kita tidak akan bisa keluar dari sini" Sasa langsung menangis.
"Kita tidak boleh menyerah, pasti ada jalan keluar" aku memberi harapan.
"Tapi kita sudah tersesat jauh, bahkan mereka akan terus mencari kita sampai ketemu, gimana nasib kita kalau sampai tertangkap" Sasa semakin sesenggukan.
Aku mengacak-acak rambut ku karena merasa lelah, apalagi melihat Sasa menangis, perasaanku semakin tidak karuan pikiran ku sudah bunyi dan gak tau harus berbuat apa lagi, tapi selama aku masih hidup aku tidak akan menyerah aku akan terus berusaha untuk keluar dari tempat ini.
Setelah lelah menangis Sasa berhenti dengan sendirinya, atau mungkin air matanya sudah habis terkuras.
"Udah capek nangisnya" tanyaku Sebenarnya ada rasa kesal karena sasa hanya bisa menangis, sedang kan dengan menangis tidak akan bisa merubah apapun.
"Udah" jawabnya singkat tanpa ada rasa bersalah.
"Tuh, Lo nangis sampai air mata Lo habis juga gak bakal bisa merubah apapun, lebih baik Lo simpen tenaga Lo agar nanti tidak kecapekan, jangan sampai tenaga Lo habis hanya untuk nangis" alku memarahi Sasa agar dia tidak cengeng.
"Ya kan gue takut, makanya gue nangis, gimana sih dasar cowok" jawabnya ketus lalu membelakangi ku.
Itulah perempuan, mereka tidak pernah mau disalahkan dan gak pernah mau mendengarkan, mereka selalu merasa benar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments