Dilain tempat yang berada tidak tau di mana Andi dan Sasa masih menunggu teman-temannya menemuka mereka di bawah pohon sambil menunggu hujan reda.
POV Andi
"Hujannya deras banget lagi, bisa kedinginan ini kita, mana gak bawa tenda lagi" Ucap Sasa duduk sambil memeluk lutut nya.
"Kamu kedinginan" tanyaku sambil menatap wajah sasa yang sedikit pucat.
"Iya lah, hujannya deras gini" jawabnya .
" Kita buat api unggun aja dari kayu yang udah kita kumpulin" usul ku dan langsung di jawab anggukan oleh Sasa.
Kita langsung menyusun kayu itu dan menyalakannya sebagai api unggun, Sasa mendekat dan menggosokkan tangannya di depan api unggun agar tidak kedinginan, dan aku pun melakukan hal yang sama.
"Bentar lagi malam, dan kita cuma makan pakai roti, jadi gak ada tenaga sama sekali" ucap Sasa yang terlihat sudah lemas.
"Nanti setelah hujan reda, kita cari makan apapun yang bisa kita makan, gue juga laper banget, mending kita minum dulu biar rasa laparnya hilang usul ku.
"Ya udah gue minum air putilh dulu buat ganjel perut" Sasa langsung meminum air yang ada di botolnya.
"Sama gue juga mau minum" aku pun melakukan hal yang sama dengan Sasa.
"Kemana ya teman-teman kita yang lain, apa mereka sudah turun atau masih mencari kita" Sasa bertanya pada ku.
"Gak tau juga gue, semoga saja mereka mencari kita, atau mencari bantuan agar kita bisa ketemu" jawabku.
Hujan terus mengguyur bumi dengan derasnya, suara kilat terus bersahutan membuat suasana semakin mencekam, aku berdoa semoga teman-teman ku bisa menemukan aku dan Sasa agar kita bisa cepat turun dari gunung ini dan segera pulang.
"Kita tidur disini dulu ya sampai hujannya reda, nanti kita cari makan dan juga cari jalan keluar dari gunung ini" aku memberi masukan.
"Benar yang Lo omongin lebih baik sekarang kita tidur biar nanti kalau hujan nya udah reda kita bisa pergi dari sini" ternyata Sasa juga menyetujui saran ku.
Kita merebahkan diri di dalam gua ini dan hanya beralaskan tanah karena kita tidak membawa persiapan apapun untuk menginap di sini.
Setelah cukup lama tertidur dengan pulas aku terbangun, ternyata langit sudah gelap menandakan kalau hari sudah malam, hujan pun sudah reda hanya meninggalkan suara kodok yang beradu dengan merdu.
"Bangun Sa, sudah malam hujan juga udah reda, ayo kita pergi dari sini dan mencari teman-teman kita yang lain" aku menggoncang tubuh Sasa, dan Sasa menggeliat karena aku bangun kan, ternyata kalau di lihat dari dekat wajah Sasa cantik juga.
"Gue lagi enak-enak tidur nih, masih ngantuk" jawab Sasa sambil kembali ke posisi semula.
"Hey, mau keluar dari gunung ini gak" ucapku kembali menggoncang tubuh Sasa lagi.
Dia langsung berdiri, mungkin tadi dia lupa kalau masih tersesat di atas gunung saking lelapnya saat tidur.
"Ayo, laper banget nih gue" ucap nya sambil memegang perutnya yang belum terisi nasi sama sekali.
Aku mengambil ranselku dan menaruhnya di pundak kembali berjalan meninggalkan gua tempat kita beristirahat.
Kita berjalan lurus menembus pekat nya malam dan dinginnya malam agar bisa mencari sesuatu yang bisa di makan.
"Apa itu An" ucap Sasa berteriak mengagetkan ku dan tiba-tilba dia merangkul tanganku.
"Apa sih Sa" ucap ku penuh tanya
"Itu disana" dia menunjuk ke arah pohon.
Aku melihat ke arah pohon yang di tunjuk Sasa dan betapa terkejutnya aku ternyata sosok tinggi besar dan bermata merah sudah menyambut kedatangan kita di sini, dia hanya diam dan terus menatap kita, tanpa pikir panjang aku langsung mengajak Sasa untuk lari sebelum hantu itu mendekat.
"Ayo lari sa " aku langsung menarik tangan Sasa agar lebih cepat saat berlari.
Kami terus berlari menerobos ilalang yang cukup panjang tidak peduli walaupun kaki terasa gatal dan perih, kami hanya ingin cepat menjauh dari makhluk menyeramkan itu.
Kami berhenti sambil ngos-ngosan dan celingukan melihat apakah hantu itu sudah pergi atau masih mengejar kita.
"Gimana sudah aman belum" tanya Sasa dengan nafas yang masih belum beraturan.
"Kayaknya sudah tidak ada dan sudah tidak terlihat lagi makhluk menyeramkan itu" ucap ku tidak kalah
ngos-ngosan.
"Kenapa kita di ganggu terus sih sama para hantu di gunung ini" Keluh Sasa terlihat kesal.
"Ya kan memang ini rumah mereka, tempat mereka berkumpul" jelas ku kepada sasa.
"Iya juga sih" tambahnya pasrah.
"Ayo kita lanjut lagi biar cepat dapet makanan biar kita gak mati kelaparan" aku berdiri dan mulai berjalan lagi disusul oleh sasa di belakang.
Kami melanjutkan perjalanan ke arah yang berbeda karena di jalan tadi ada hantu yang mengejar kita, jadi lebih baik kita berjalan ke arah lain.
"Kita mau jalan kemana lagi, dari tadi kita jalan tanpa arah, gue takut kita semakin nyasar ke dalam hutan" ucap Sasa malah berhenti dan cemberut.
"Kita gak boleh menyerah, kalau kita gak usaha dan hanya diam maka kita akan mati sia-sia di gunung ini" ucap ku memberi nasihat kepada Sasa.
"Tapi gue capek ndi, gue lapar,perut gue rasanya perih banget" ucap Sasa memegang perutnya sambil menangis.
Memang Sasa ini anak yang manja dan cengeng, aku sudah mengenalnya sejak lama, jadi aku hanya diam dan membiarkan dia menangis dulu biar hatinya lega.
Setelah Sasa berhenti menangis aku langsung memeluknya seakan memberikan kekuatan agar Sasa bisa bertahan dan tidak putus asa.
"Kita harus kuat dan kita harus berjuang sama-sama, kita tidak boleh menyeralh, ini alam kalau kita menyerah kita akan mati sia-sia di sini dan sampai kapan pun tidak akan ada yang bisa menemukan mayat kita, apa kamu mau itu terjadi" aku memberinya senmangat kepada sasa.
"Tidak" jawabnya sambil menggeleng kan kepala.
"Kalau begitu jangan menyerah, dan tadi Lo bilang laper an" ucapku dan di balas anggukan oleh Sasa.
"Ya udah Lo tunggu disini gue mau cari makanan yang bisa kita makan" Ucap ku pada sasa.
"Iya, tapi Lo hati-hati ya dan cepat kembali gue takut sendirian disini" Ucap sasa memasang wajah melas.
"Oke Lo tunggu disini" aku langsung berdiri dan meninggalkan Sasa disini.
Aku berjalan sambil celingukan mencari sesuatu yang bisa di makan atau bisa mengganjal perut agar bisa cepat makan.
Setelah lama mencari aku seperti menemukan buah yang dapat di makan, aku mendekati pohonnya dan benar buah itu bisa di makan.
"Aku akan memanjatnya" aku bermonolog sendiri.
Aku langsung memanjat pohon itu dan mengambil buahnya agar bisa dimakan, kasian Sasa sudah kelaparan dan pasti dia sedang menunggu ku
disana.
Setelah mendapatkan banyak buah aku langsung turun dan akan kembali ke tempat Sasa yang sedang menunggu ku.
Di perjalanan aku melihat sosok kuntilanak yang sedang melihat ku dengan tatapan yang marah, entah apa lagi ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments