"Ndi, Lo masih di situ kan" ucap Sasa panik dan ketakutan.
"Iya, cepetan deh biar kita bisa
cepat balik, takut kabutnya makin tebal nih" Andi berteriak agar Sasa mendengar nya.
Suasana semakin mencekam, hari sudah agak siang tapi mendung malah datang dan kabut semakin tebal
menutupi penglihatan mereka, membuat mereka semakin panik.
"Gimana udah selesai" tanya Andi.
"Udah, tapi gimana nih kita baliknya, gue takut kita nyasar kabutnya juga tebal banget kita gak tau kondisi di depan" ucap Sasa sangat ketakutan.
"Gimana ya, apa kita tunggu sampai kabutnya hilang dulu baru kita kembali ke tempat tadi, lagian kita kan gak bisa lihat jalan karena tertutup kabut" jawab Andi memberi saran.
"Terserah lo deh, tapi pasti mereka kawatir dengan kita kalau kita lama gak kembali" Sasa duduk sambil memeluk lutut karena merasa takut.
"Aduh, gimana ya ini, kita harus apa dong" Andi juga bingung.
"Hihihi"
"Suara apa itu Ndi " ucap Sasa seraya menangis ketakutan.
"Aku juga gak tau" Andi pun merasakan hal yang sama.
"Hihihi" suara itu semakin mendekat dan terdengar menakutkan.
"Astaghfirullah" itu Lo lihat di atas pohon Sasa melilhat ke atas pohon yang di tunjuk oleh Andi, ternyata di sana anak kuntilanak yang sedang duduk di atas pohon sambil tertawa cekikikan dengan suara khasnya yang melengking.
"Di, gue takut ayo kita pergi dari sini" Sasa semakin terisak karena ketakutan.
"Ayo kita lari, pegang ransel gue jangan sampai lepas, kita tidak boleh pisah" Andi langsung berlari.
"Emang Lo tau jalannya, kan kabutnya tebal banget jarak pandang kita cuma satu meter" sasa berbicara sambil terus mengikuti langkah Andi dan terus memegang erat ranselnya.
"Udah pokoknya kita menjauh dulu dari makhluk sialan itu" ucap Andi panik.
"Ahh, gue capek kita istirahat dulu yuk, lagian kita juga udah jauh dari tempat tadi" Sasa berhenti sambil ngos-ngosan.
"Yaudah kita berhenti dulu" Andi langsung duduk di pinggir Sasa.
Mereka tidak tau kalau permainan baru dimulai, penampakan itu hanya awal dari teror mereka, dan teror yang sesungguhnya sudah menanti mereka.
"Di, kok tempat ini beda ya gak seperti yang kita lewati tadi, kayaknya kita gak lewat sini deh" Sasa mulai panik.
"Iya bener, walaupun tertutup kabut tapi gue masih bisa ngenalin tempat yang tadi kita lewatin" jawab Andi sambil melihat sekeliling.
Sepertinya Andi dan Sasa mulai sadar kalau mereka sudah tersesat dan semakin jauh dari teman-temannya, membuat mereka semakin panik dan ketakutan, karena mereka juga baru pertama kali naik gunung ini.
Salah mereka tidak mencari tau dulu tentang gunung ini, mengingat gunung ini sangat awam bagi mereka, bahkan mungkin banyak orang yang tidak mengetahui keberadaan gunung ini.
"ndi, gue takut ayo kita pulang, kita sudah tersesat" Sasa menangis sejadinya.
"Sabar Sa, kita pasti pulang, setelah kabut ini hilang kita akan cari teman-teman kita sampai ketemu" Andi berusaha menenangkan Sasa walaupun dia sendiri ketakutan.
"Suara apa itu ndi " tanya sasa langsung berdiri.
"Sepertinya suara gamelan" jawab Andi panik.
"Ayo kita pulang" ucap Sasa semakin menangis.
"Ayo kita pergi dari sini, tempat ini tidak aman" Andi langsung berjalan dikuti Sasa.
"Ingat pegang terus ransel gue, jangan sampai lepas, kita harus terus bersama jangan sampai kita pisah" Andi mengingatkan Sasa dan di balas anggukan oleh Sasa mereka terus berjalan menyusuri hutan ini dan mencari teman-temannya, mereka hanya berharap bisa bertemu dengan teman-temannya dan langsung
turun dari gunung itu.
Penyesalan mulai mereka rasakan, karena mereka bandel dan tidak mendengarkan nasilhat nek Ngah, mereka terlalu bersemangat bahkan tidak memikirkan resiko yang akan mereka alami.
Waktu terus berjalan, Andi dan sasa sudah berjalan cukup lama tapi mereka belum juga menemukan ketiga temannya, mereka mulai frustasi dan kelelahan.
"Ahh, gue laper, dari tadi pagi kita belum makan sama sekali" ucap Sasa kembali duduk.
"Sama gue juga laper, tapi kita mau makan apa, kan logistik di bawa sama Heru" Andi pun ikut duduk.
"Gue bawa roti kok di dalam tas, kita makan itu aja ya buat ganjel perut" ucap Sasa yang letih setelah berjalan sangan jauh.
"Untung kita bawa minum masing-masing, jadi gak kehausan apalagi dehidrasi" Andi meminum air yang mereka isi dari rumah nek Ngah.
"Tapi kita harus cari air, punya gue udah tinggal setengah, kita kan tidak tau sampai kapan ada di hutan ini" jawab sasa.
"Iya, Lo bener kita bharus cari air lagi setelah ini, kita istirahat dulu disini" Andi langsung memakan roti dari Sasa.
Andi dan Sasa istirahat di bawah pohon yang rindang, kabut pun sudah mulai menghilang dan membuat jarak pandang mereka normal kembali, mereka bisa melihat sekitar dengan jelas.
"Hujan Ndi, gimana nih" ucap sasa dan mereka semakin panik.
"Gak papa lagian gak deres kok hujannya" jawab Andi mereka masih bertahan di bawah pohon.
"Lo lihat kesana deh, itu ada gua, kita kesana dulu, kayaknya hujannya bakal deres nih" ucap sasa sambil berdiri dan berjalan kearah gua yang tadi dia tunjuk.
"Kita kumpulin ranting dulu nanti bisa buat api unggun biar hangat" perintah Andi.
"Ya mumpung belum deres hujannya" jawab sasa dan mereka langsung mencari ranting yang masih kering agar tidak kedinginan di dalam gua itu.
Saat sedang memungut ranting, Andi seperti melihat ada orang duduk di atas batu yang agak besar, karena penasaran Andi pun mendekati wanita itu.
"Kamu siapa, apa kamu salah satu pendaki di sini" tanya Andi karena perempuan itu tidak menjawab akhirnya Andi kembali bertanya.
"Apa mbak juga tersesat" tanya Andi lagi agak keras karena merasa mungkin perempuan ini tidak mendengar karena suara hujan.
Wanita itu masih diam ditempat tapi sesekali terdengar seperti orang bernyanyi tapi sangat pelan. Lalu tiba-tiba wanita itu menoleh pada Andi sambil menyeringai.
"Setiap manusia yang masuk ke sini tidak akan bisa keluar lagi" langsung tertawa cekikikan dan berubah menjadi kuntilanak yang tadi dia lihat.
"Aaaaaaa" Andi langsung berlari ke gua tadi dan ternyata di sana sudah ada sasa.
"Lo kemana aja sih, gue cari dari tadi kok gak ada" Lia langsung memberondong Aldi dengan banyak pertanyaan.
"Emm. Tadi gue habis cari kayu agak jauh sana" jawab andi sambil garuk-garuk kepala.
"Terus mana kayunya, kok gak bawa apa-apa" sasa bertanya lagi.
"Itu, tadi kayunya basah kena hujan jadi gak gue bawa, kan percuma gak akan bisa nyala" kilah Andi.
Andi sengaja tidak jujur pada sasa, karena Andi tau Sasa pasti akan menangis dan semakin takut, dan itu akan memperburuk keadaan, mereka tidak akan bisa berfikir jernih karena hanya merasa ketakutan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments
suzana
lanjut
2024-02-19
0