Masih POV Gilang
"Itulah kalian, susah sekali di bilangin" aku memasang wajah kesal.
"Iya iya maaf, eh makasih ya udah bantuin aku dan nemuin aku, tadi aku kira aku bakalan sendirian sampai mati di sini" ucap Heni memasang wajah sendu.
"Ngomong apa sih kamu, sekarang kita sudah aman, tinggal nyari yang lain" ucapku kepada heni.
"Anton gak sama kamu" Ucap Heni celingukan.
"Enggak, orang dari tadi aku sendiri" jawabku
"Kasian si Anton sendirian" kata si sipit heni.
"Oh ya, tadi kenapa kamu nyuruh aku pergi aneh kamu" aku merasa aneh dengan sikap heni tadi.
"Ceritanya panjang banget, dan itu yang buat gue sampai keseleo kaya gini, hampir aja gue mati ketakutan" jawabnya.
"Ya udah ceritain gimana kejadian nya Lo bisa kayak gini" jawab Gilang.
"Tadi tuh, waktu gue sadar kalau kita pisah gue langsung nyari kalian, gue teriak-teriak sambil manggil nama kalian dan disaat gue sendiri banyak sekali gangguan banyak hantu di sini, dan gue di kejar-kejar sama hantu pendaki yang waktu itu kita lihat dan yang paling parah adalah saat gue lihat Lo" cerita nya terjeda sambil dia ngelihat gue.
"Emang lo lihat gue dimana, dan kenapa gak nyamperin gue sih" aku kesal dengan cerita Heni.
"Dengerin dulu dong, gue itu lihat lo kayak aneh gitu terus gue ikutin lo lari, terus gue ngejar lo habisnya lo di panggil diem aja dan setelah gue bisa ngimbangin posisi lo ternyata itu bukan lo tapi hantu yang menyerupai lo, dia narik tangan gue dan gue langsung lari mangkanya tadi gue mau lari karena gue kira itu makhluk tadi" dia bercerita dengan panjang lebar.
"Hah, kok bisa sih" gue masih bingung.
"Gak tau deh, gue juga bingung, kalau tadi gue gak cepat sadar kalau dia bukan elo, gak tau deh gimana jadinya, mungkin gue udah gak ada di dunia ini" sambil terus bercerita.
"Ya udah sekarang kan sudah aman, terus gimana kaki Lo masih sakit" tanyaku pada Heni.
"Masih lah, bengkak ini" jawabnya.
"Bentar gue urut dulu ya, kebetulan gue bawa minyak gosok" aku mulai mengurut kaki Heni dengan pelan
berharap bisa cepat sembuh dan membaik.
"Aaaa, sakit pelan-pelan" pekik Heni kesakitan.
"Iya, ini juga udah pelan tahan aja dulu nanti pasti lebih baik" aku menenangkan.
"Tapi sakit lang, sakit banget rasanya badan ku rasanya perih" Heni merasa kesakitan.
"Iya itu badan lo kayak nya tergores sesuatu, sabar dulu ya nanti selesai gue ngirit luka di tubuh Lo gue kasih betadine biar cepat sembuh biar kita bisa lanjutin perjalanan" aku bicara panjang lebar agar dia bisa tenang.
"Makasih ya Lo udah banyak bantuin gue, gak tau lagi deh gimana kalau Lo gak nemuin gue bisa-bisa gue mati ketakutan di sini" sambil meringis kesakitan memegang kakinya yang terlilit.
"Justru gue yang minta mnaaf sama kalian, kalau aja gue gak ngajak kalian kesini dan kalau saja gue mau dengerin ucapan nenek gue pasti kita semua tidak akan terjebak di gunung larangan ini, dan pasti sekarang kita udah liburan dan senang-senang" aku bicara sambil berurai air mata baru kali ini aku menangis di depan teman ku karena aku merasakan penyesalan yang amat mendalam.
"Jangan bicara seperti itu, ini bukan salah lo, kita kan ambil keputusan ini bareng-bareng dan lo gak pernah maksa kita buat ikut kesini kan, kita memang sama-sama salah karena tidak mendengarkan ucapan nek Ngah malah kita bohongin dia dan pergi diam-diam kesini itu pun keputusan kita bersama bukan kamu saja" ucap heni terus saja menenangkan aku yang sudah berlinang air mata.
"Tetap saja gue merasa bersalah atas musibah yang kita alami, para hantu pendaki itu ternyata ingin menangkap kita dan ingin menjadikan kita salah satu dari mereka, mangkanya mereka terus mengejar kita" aku menjelaskan pada Heni agar kita lebih
berhati-hati.
"Iya, tadi juga mereka mengejar ku dan untungnya aku bisa selamat dan bersembunyi di dalam gua ini" jelasnya.
"Jadi mereka juga ngejar-ngejar kamu sampai sini" aku kaget dengan ucapan Heni.
"Iya mangkanya kita harus lebih berhati-hati lagi karena mereka ada di mana-mana mereka akan terus
mengincar kita karena tujuan mereka adalah membawa kita ke alam mereka dan menjadi kan kita bagian dari mereka" ucapku menggebu.
"Oh ya dimana ya Anton sekarang, kasihan kalau dia sendirian dan aku khawatir kalau dia sampai tertangkap oleh hantu pendaki yang sedang mengincar kita" ucap Heni terlihat khawatir dan sedih.
"Besok kalau kamu sudah baikan kita akan cari Anto sampai ketemu setelah itu kita akan cari Sasa dan Andi kita harus berkumpul dan setelah itu kita cari jalan keluar sama-sama" itulah rencana ku dari awal agar kita bisa keluar bareng dari gunung ini.
"Gue haus nih, tapi air gue udah habis, gimana ya kalau kita kebhausan" ucap Heni sambil memegang tenggorokan.
"Nih punya gue masih sedikit Lo minum aja sampai habis biar gue cari air" aku membuka tas ranselku dan memberikan botol air ku untuk Heni agar dia minum dan ada tenaga.
"Emang Lo mau nyari kemana, di luar kan banyak bahaya, besok saja kita cari air" Heni tidak mengizinkan.
"Gak Lo tenang aja, kita mungkin bisa hidup tanpa makan seharian tapi kita tidak bisa hidup tanpa air" jawab Gilang.
"Iya tapi kan kondisinya gak memungkinkan gue takut Lo kenapa-napa gue takut Lo ketangkap sama hantu pendaki itu dan gue juga takut sendirian disini lagi" ucap Heni memelas.
"Kamu tenang aja, kamu tunggu saja disini jangan kemana-mana aku cuma sebentar kok, lagian tadi aku seperti melihat sungai kecil disana dan aku bisa mengambil air dari sana" aku berbohong padahal aku sama sekali tidak melihat sungai, itu aku lakukan
agar Heni mengizinkan aku untuk pergi dan mencari air karena kondisi Heni lagi sakit kalau tidak ada air kondisinya akan lebih buruk dia bisa lemas.
"Ya udah kalau begitu kamu hati-hati ya, cepat balik kesini" akhirnya Heni mengizinkan aku pergi.
"Kamu tunggu di sini dan jangan kemana-mana, kalau ada suara apapun jangan keluar tetap disini" aku memperingati Heni agar kejadian tadi tidak terulang lagi.
Aku langsung pergi dan kembali berjalan menyusuri hutan yang lebat ini, mata ku terus mengawasi keadaan sekitar takut kalau pendaki itu kembali muncul dan mengejar ku, kali ini aku akan lebilh waspada dan berhati-hati.
"Dimana ya sungai nya atau sumber air gitu yang bisa mengisi botol air ini" aku bermonolog sendiri.
"Berjalanlah ke arah Utara cucuku, kamu akan menemukan sumber mata air di sana" tiba-tiba terdengar suara tanpa wujud, tapi suara itu sepertinya aku kenal, itu seperti suara kakek-kakek tadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments