Malam pun tiba, dan mereka bertiga masih duduk dibawah pohon yang sama karena mereka tidak membawa tenda untuk tidur dan istirahat.
"Laper nih, masak yuk masih ada kan persediaan nya" ucap Anton mulai merasakan lapar.
"Iya nih, gue juga laper, kita masak dulu" jawab Gilang.
Gilang yang membawa logistik mulai mengeluarkan makanan dan mulai memasaknya, mereka merasa sangat lapar, setelah menunggu akhirnya mie yang di masak matang juga.
"Ayo makan, mumpung belum terlalu gelap" ucap Gilang yang telah menyiapkan makanan.
Mereka makan bersama walaupun ada rasa sedih memikirkan kedua sahabatnya yang sama sekali tidak membawa logistik untuk persediaan makan mereka, entah bagaimana nasib Andi dan Sasa pasti mereka kelaparan ataupun kehausan.
"Makan yang banyak biar kita punya tenaga" ucap gilang untuk ke dua temannya heni dan Anton.
"Persediaan logistik kita cukup sampai kapan" tanya Heni pada Gilang.
"Cuma sampai besok pagi, kan kita gak ada niatan buat nginep sini, kan rencana awal kita sore udah turun lagi" Gilang mencoba menjelaskan.
"Terus gimana, apa kita besok turun aja dan minta bantuan" tanya Gilang.
"Gak mungkin, kan nek Ngah udah bilang, warga sini gak ada yang berani naik gunung ini, apalagi ke dalam hutan yang lebih dalam lagi" jelas Anton kepada ke dua temanya.
"Tapi logistik kita udah habis, gimana kalau kita mati kelaparan disini, siapa yang mau nolong" Heni sambil
menangis.
Mereka mulai berfikir untuk turun ke bawah dan meminta bantuan kepada warga desa, agar mau membantu mencari teman mereka yang menghilang.
"Yaudah, besok kita turun dan minta bantuan ke bawah" Keputusan mereka sudah bulat untuk turun dan meminta bantuan, karena logistik mereka pun sudah habis, air pun sudah menipis.
Srak srak srak
"Kalian dengar gak, ada suara" ucap lirih Anton sambil menajamkan pendengarannya.
"Iya gue juga dengar" timpal Heni ketakutan.
Sekelebat bayangan hitam muncul dan hilang dalam sekejap di depan mereka.
"Apa itu" Heni memegang erat tangan kedua temannya.
"Berdoa aja terus jangan sampai putus" ucap Gilang kepada kedua temannya dan mereka mulai berdoa dalam hati.
Srak srak srak
Suara itu semakin dekat dan terdengar sangat banyak di dekat mereka.
"Gue talkut. hubuhu" rengek hani menangis karena sangat ketakutan.
Tiba-tiba datang makhluk tinggi besar yang hendak menyerang mereka, reflek mereka berlari tunggang langgang karena saking ketakutannya.
Setelah lari dan sudah cukup jauh dari makhluk itu, mereka berhenti dan menoleh ke belakang, makhluk itu sudah tidak terlihat lagi.
Tapi saat mereka melihat sekeliling mereka baru sadar kalau mereka sudah terpisah satu sama lain, dan kini mereka sendiri-sendiri.
POV Heni
"Capek banget gue, lari udah jauh banget gara-gara makhluk serem tadi, kita berhenti dulu ya" aku bicara dengan kedua temanku.
Aku langsung duduk dan mungkin Gialng dan Anton sudah ikut duduk di belakangku, tapi kok mereka gak
bersuara sama sekali, apa karena mereka saking lelahnya karena capek berlari.
"Lang, ton ayo kita minum, haus banget nih gue" aku langsung mencopot ransel dan mengeluarkan botol minum dari ransel dan meminumnya.
"Air gue tinggal dikit nih, punya kalian gimana" sambil menutup botol air yang besar.
Lama menunggu jawaban dari mereka tapi kok tidak ada jawaban, aku lalu menengok kebelakang, dan betapa terkejutnya aku, ternyata Gilang dan Anton tidak ada di belakangku lalu dimana mereka sekarang apa kita tadi terpisah saat berlari.
Aku langsung berdiri dan mencari Gilang dan Anton, aku takut disini sendiri.
"Gilangg, Antoon dimana kalian'" aku berteriak sekencang mungkin agar mereka mendengar suaraku.
Aku terus saja memanggil nama mereka berdua agar bisa menemukan mereka, aku terus berjalan dan tanpa lelah terus mencari mereka berdua.
"Huhuhu, Gilang anton kalian dimana sih gue takut sendirian disini" aku terus saja menangis.
Aku terus menangis karena ketakutan, karena merasa lelah terus berjalan tanpa tujuan, ingin balik ke tempat tadi tapi takut kalau ada makhluk tadi.
Aku akhirnya duduk di bawah pohon sambil terus menangis berharap mereka akan datang dan menemukanku disini.
"Gilang, itu beneran kamu" aku melihat Gilanh mendekat ke arahku dan dia semakin dekat aku tersenyum senang karena bisa bertemu dengan Gilang tapi dia sendirian.
Dimana Anton kok gak ada, apa mungkin Anton juga terpisah.
"Lang, gue disini" aku berteriak dan Gilang mendekat ke arahku.
"Lang, dimana Anton Lo gak bareng sama dia" tanyaku pada Gilang.
Entah kenapa Gilang hanya diam saja tanpa bicara dan wajahnya pun datar tanpa ekspresi.
"Lang gimana nih, kok Lo diem aja, lo sakit apa gimana?" Tanyaku tapi Gilang tetap saja diam tanpa bicara dan tanpa ekspresi.
Akhirnya aku memegang tangan dan dahi Gilang untuk memastikan apakah dia baik-baik saja atau dia
sedang sakit.
Tapi setelah aku memegang tangan dan dahi nya kenapa sangat dingin sekali, aku takut dia kedinginan.
"Kamu sakit Lang, kok dingin banget apa kamu kedinginan" aku bertanya pada Gilang.
Gilang hanya diam dan tatapannya kosong aku jadi sangat khawatir dengan keadaan Gilang.
Lalu Gilang tiba-tiba pergi berjalan masuk kedalam hutan yang sangat gelap, aku terus berteriak memanggil namanya tapi dia sama sekali tidak mendengarkan, aku langsung mengejarnya karena aku takut sendirian di sini.
"Lang, tunggu gue Lo mau kemana sih" aku terus mengejarnya agar tidak kehilangan jejak.
Tapi Gilang terus saja berjalan dan tidak peduli dengan suaraku yang terus memanggilnya, bahkan langkahnya semakin dipercepat.
Akhirnya aku bisa menyusul langkah Gilang dan sudah sejajar dengannya walau harus ngos-ngosan karena terus berlari.
"Mau kemana sih Lang, Lo pasti mau cari Anton kan, tapi jangan cepet-cepet dong jalannya gue kan capek lari-lari terus dari tadi" aku ngomel tapi tetap tidak ada jawaban dari Gilang.
"Cepat jangan lambat jalannya" Gilang tiba-tiba terlihat marah.
"Kok lo marah sih, biasanya kan lo yang selalu sabar nunggu kita-kita kalau jalannya lama" ucapku sambil menatap Gilang.
Dia hanya terdiam dan tidak menjawab lagi, langkahnya terus lurus ke depan tanpa menoleh sama sekali, bahkan dia tidak mempedulikan keadaan sekitar.
"Hihihi" terdengar seperti suara kuntilanak tertawa di atas pohon.
"Lang gue takut itu apa" gue mencoba memegang tangan Gilang.
"Lang kok lo diem aja si, itu ada suara kuntilanak di atas pohon" aku mengguncang tubuh Gilang dan dia sama sekali tidak peduli.
"Lo marah sama gue apa gimana sih, kok diem terus" ucapku sambil berteriak karena mulai emosi.
"Ayo ikut aku dan jangan banyak bicara" ucapnya lalu diringi suara tawa.
"Siapa kamu, itu bukan suara Gilang" aku mulai ketakutan badanku rasanya lemas tapi aku paksakan untuk tidak ambruk agar tidak tertangkap oleh Gilang
palsu ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments