Mereka semakin bingung, masak siang saja sudah ada gangguan apalagi kalau malam tiba, entah seperti apa nasib mereka.
"Kita gak bawa tenda lagi, gimana dong kalau sampai malam kita masih di gunung ini" Anton semakin bingung.
"Gimana nih kita harus apa sekarang" Heni malah menangis ketakutan.
"Udah kita tenang aja, pasti kita akan selamat dan bisa nemuin andi dan sasa" jawab Gilang sambil terus memberikan semangat.
Mereka hanya duduk-duduk dan istirahat karena sangat lelah berjalan terlalu jauh, Untung mereka sudah makan jadi tenaganya masih tersisa dan mereka tidak lemas.
Tiba-tiba kabut tebal mulai datang dan mengganggu jarak pandang mereka angin kencang menerpa tubuh mereka, keadaan semakin mencekanm saat mereka kembali melihat para pendaki yang tadi di lihat oleh Gilang.
"Itu kan orang-orang yang tadi" teriak Heni panik.
Gilang langsung menarik Anton dan Heni kebalik semak belukar yang cukup tinggi agar tidak terlihat oleh hantu pendaki itu, yang entah apa tujuannya seolah mengejar mereka.
"Gue takut, kenapa mereka ada di sini" Heni kembali ketakutan dan menangis.
"Diam, kita bisa tertangkap kalau mereka dengar suara mereka" Anton sambil mengarahkan telunjuknya ke mulut.
Para hantu pendaki itu terus berjalan dan tatapannya kosong melihat ke depan, tanpa ada yang bicara satu
sama lain, yang membuat bulu kuduk semakin berdiri adalah saat wujud mereka bisa berubah ubah, kadang mereka jadi pendaki biasa yang kakinya nampak di tanah, kadang kaki nmereka tidak nampak, dan kadang wujud mereka berubah jadi mengerikan.
Mereka semakin ketakutan tapi hanya bisa diam saat melihat penampakan yang ada di depan mereka, semakin dekat rombongan itu semakin tercium bau busuk dari tubuh mereka, bau yang sangat busuk seperti mayat yang sudah lama dan membusuk.
"Hoek Hoek" Heni ingin muntah ketika mencium baunya dan segera di tahan oleh Anton.
"Diem dulu nanti mereka denger" ucap Anton sambil memegang tangan Heni.
"Gue takut" Heni menangis dalam diamnya.
"Udah tenang aja, asal kita diam dan tidak bicara pasti mereka tidak akan tau keberadaan kita" Gilang menenangkan.
Saat rombongan pendaki yang seperti mayat hidup itu sudah menjauh mereka keluar dari tempat persembunyiannya dan benar saja Heni langsung muntah karena mencium bau para pendaki itu.
"Hoek, kaya bangkai tau baunya" Ucap Heni sambil memuntahkan isi perutnya.
"Iya, malkhluk apa ya mereka itu, dan apa tujuannya ngikutin kita" Ucap Anton.
Mereka kembali duduk di tempat semula karena merasa sudah aman dari para pendaki itu.
"Minum dulu deh, ngos-ngosan nih gue" ucap Anton langsung mengambil air yang ada di tasnya.
"Gue mau pulang" rengek Heni.
"Kita pasti pulang, tapi setelah kita menemukan andi dan sasa, kita harus pulang sama-sama" gilang menyakinkan.
"Iya, kita harus semangat mencari mereka" tambah Anton.
Mereka tidak sadar kalau para hantu pendaki itu hanya berniat untuk menyesatkan mereka, agar mereka berlari masuk kedalam hutan semakin dalam, dan mereka bisa masuk ke alam gaib yang ada di gunung itu.
Waktu terus berjalan sebentar lagi sore hari dan mereka masih ada di atas gunung yang mereka sendiri pasti sudah lupa jalan untuk turun.
"Kayaknya mau hujan nih, kita cari tempat berteduh dulu" usul Anton.
Merekapun mencari tempat untuk berteduh sekalian beristirahat di tempat yang aman.
"Di situ aja, ada pohon yang cukup besar, kita bisa berteduh di sana agar tidak kehujanan" ucap Gilang sanmbil menunjuk pohon yang cukup tinggi dan besar.
Saat mendekat ke pohon yang cukup besar itu, mereka seperti melihat sekelebat bayangan putih di atas pohon besar itu.
"Itu apa" tanya Heni nampak ragu-ragu mendekati pohon itu.
"Tidak apa-apa, kita terus saja berjalan ke pohon itu, hujan semakin deras, jangan sampai kita kedinginan
dan kehujanan" jawab Gilang tenanng dan mereka kembali berjalan ke pohon.
"Udah kita istirahat disini dulu, keadaan tidak memungkinkan kita untuk melanjutkan perjalanan, karena kabut cukup tebal, dan jarak pandang kita mungkin hanya satu meter, itu bahaya buat kita karena kita tidak hafal medan di gunung ini" Ucap gilang lagi sambil menjelaskan.
"Iya, jangan sampai kita jatuh ke jurang karena tidak bisa melihat keadaan sekitar yang tertutup kabut" timpal Anton.
"Hihihi" tiba-tiba terdengar suara ketawa.
"Itu apa" Ucap Heni ketakutan
"Hihihi" suara itu semakin jelas terdengar melengking di telinga mereka.
"Kita berdoa saja ya, jangan sampai kita lari, karena kabutnya tebal dan hujan semakin deras" Gilang memberi peringatan.
"Hihihi" suara tawa itu terus terdengar membuat jantung mereka berdetak kencang karena rasa takut.
Banyak sekali penampakan berterbangan di atas pohon-pohon yang cukup besar itu, sepertinya para
makhluk di gunung ini sudah tau kedatangan mereka, seakan hantu-hantu itu mentertawakan nasib buruk mereka.
"Apa itu di atas sana" ucap Henu sambil menunjuk ke atas.
"Abaikan, mereka hanya mengganggu kita' perintah Gilang.
Sebenarnya Gilang juga merasa takut sama seperti kedua temannya, tapi kalau dia terlihat takut teman-temannya akan semakin ketakutan dan akan langsung lari dari tempat ini, dan justru akan membahavakan mereka.
"Kita merem aja biar gak lihat mereka, dan kita tidak akan takut kalau gak lihat mereka" lalu mereka bertiga memejamkan mata bersamaan.
Suara tawa itu masih terus menggema dan lama kelamaan hilang ditelan derasnya hujan yang masih terus mengguyur bumi.
Tidak terasa ternyata mereka terlelap dalam tidurnya, mungkin karena hawa dingin dan tubuh yang sudah mnerasa lelah, mereka tidur bersandar di batang pohon yang rindang sehingga mereka tidak kehujanan tapi tetap kedinginan.
Hari sudah berganti sore, hujan semakin reda dan kabut tebal perlahan menipis. Anton terbangun dari tidurnya karena merasa kedinginan, dingin yang serasa menusuk hingga ke tulang.
"Bangun Lang, Hen bangun udah agak reda hujannya" bisik Anton sambil mengguncang tubuh kedua temannya.
"Kita ketiduran ya disini" Heni menjawab sambil mengucek mata.
"Iya kita ketiduran" jawab Gilang sambil mengucek mata.
"Gimana nih, kita lanjutin perjalanan gak, hujannya juga udah reda, kabutnya juga udah menipis" tanya Anton.
"Tapi ini udah hampir malam, sedangkan kita tidak membawa tenda, takutnya nanti hujan lagi, dan kita juga tidak tau jalan" jawab Gilang yang masih belum sepenuhnya sadar dri tidurnya.
"Apa kita akan bertahan di sini sampai pagi" tanya Heni.
"Ya mau bagaimana lagi, daripada kita nyasar lebih jauh, mending kita lanjutin besok pagi aja" ucap Anton memberi masukan.
Mereka masih bertahan dibawah pohon karena hari sudah mau malanm dan mereka tidak membawa peralatan yang memadai untuk pendakian malam.
"Tujuan kita kesini kan mau liburan, kenapa jadi begini sih, pusing gue jadinya" Keluh anton sambil memijit kepala.
"Ya kita juga gak mau ada kejadian seperti ini kan" Gilang menimpali.
Mereka hanya bisa menunggu waktu pagi tiba agar bisa melanjutkan perjalanan mencari kedua temannya, sayangnya tidak semudah yang mereka
bayangkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments