POV Andi
Mata ku juga menatap wajah mengerikan itu, malah sekarang aku tidak bisa menggerakkan badan ku, rasanya mati rasa semua dan kini kuntilanak berbaju merah itu semakin tajam menatap ku, aku pun kembali menatap nya.
"Aduh, kenapa sih ni mata udah tau itu hantu wajahnya serem malah gue lihatin lagi" aku menepuk jidat.
"Pergi kamu, kalau tidak awas kamu" ucapku menggertak hantu itu agar pergi dari hadapan ku.
Dia masih diam dan terus memandang ku, apa mungkin dia naksir sama aku ya.
"Ngapain kamu lihatin aku terus, kamu suka ya sama aku" aku bertanya pada kuntilanak merah tapi wajahnya malah terlihat semakin marah.
"Dasar manusia tidak berguna" suaranya serak dan terdengar sangat menakutkan.
Dia menghentakkan kakinya dan membuat bumi ini bergetar aku langsung terjatuh karena kaget.
"Waduh, kuat juga itu hantu, sekali hentakan bumi aja langsung terguncang, lebih baik aku pergi dari sini" aku langsung berlari dan tidak lupa membawa buah yang susah payah aku dapatkan.
"Jangan lari kamu" teriaknya lagi.
Kuntilanak itu langsung terbang dan mengejar ku, aku semakin berlari dengan kencang dan sesekali menoleh ke belakang memastikan kuntilanak itu belum mendekat, tapi suara cekikikan tawanya masih terdengar itu tandanya dia masih mengejar ku.
"Gila itu Kunti di bilangin alku gak suka sama dia masih aja ngejar-ngejar aku sampai sini, sadar kek kalau mukanya itu jelek dan gak mungkin gue mau sama dia" aku mulai kesal karena terus di ikuti hantu jelek itu.
Aku terus berlari sambil melihat ke belakang dan terus berdoa dalam hati semoga dia bisa kepanasan mendengar ayat kursi yang aku baca.
Tapi dugaan ku salah, dia justru semakin mendekat ke arahku dan ingin mencengkeram tangan ku tapi
untungnya aku bisa menghindar dari makhluk menyeramkan itu.
"Eh gak kena, awas jangan pegang-pegang tangan Lo kan bau" aku terus menghindar.
"Kurang ajar, aku akan buat kamu menyesal selamanya dengan apa yang kamu ucapkan itu, manusia gak tau diri" kini dia terbang ke atas dan tubuhnya mengeluarkan api, tanda nya dia sangat marah.
"Sebelum dia melakukan sesuatu yang lebih serem, lebih baik gue cepat lari dari sini" aku langsung mengambil jurus kaki seribu sebelum dia semakin marah.
Aku berlari terus walau sudah merasa lelah, sedangkan hantu itu masih terus mengejar ku dengan tatapan yang sangat menakutkan, entah apa yang akan dia lakukan kalau aku sampai tertangkap.
"Itu dia sasa, tidak butuh waktu lama aku sudah sampai di tempat tadi aku meninggalkan Sasa sendirian, ternyata dia masih di tempat yang sama dan masih setia menunggu ku" aku langsung berlari mendekati Sasa.
"Ayo cepetan ikut aku" aku langsung menarik tangan Sasa, dia terlihat kebingungan karena tiba-tiba aku menarik tangan nya.
"Ada apa sih, kok Lo tiba-tiba narik tangan gue dan nyuruh gue lari" dia masih mengomel karena tiba-tiba tangannya gue tarik.
"Gue di kejar kuntilanak merah, mangkanya gue ngajak Lo lari biar kita gak ketangkap" jelas ku sambil terus berlari dan masih menarik tangan Sasa.
"Itu ada batu besar, kita sembunyi di situ dulu" ucap sasa langsung mengajak ku bersembunyi.
Ternyata benar hantu itu mengejar ku sampai ke sini, dia celingukan mencari keberadaan ku.
"Kemana manusia sialan itu, cepat sekali larinya" dia terlihat sangat marah.
"Sialan" geramnya dan terlihat mengeluarkan api dari tubuhnya, mungkin dia sangat marah karena tidak menemukanku.
Lagi-lagi dia menghentakkan kakinya ke tanah dan membuat bumi bergetar seperti sedang ada gempa bumi, kuat sekali kuntilanak merah itu, hanya menghentakkan kakinya dia bisa menggetarkan bumi.
Aku menaruh jari telunjuk ku ke mulut memberi tanda peringatan Sasa untuk tetap diam agar tidak ketahuan, mungkin Sasa kaget dengan kejadian barusan yang di lakukan oleh si kuntilanak merah.
Setelah memastikan kalau dia sudah pergi menjauh aku mulai bernafas lega karena bisa lolos dari serangannya yang dahsyat dan menakutkan.
"Kenapa Lo bisa bawa hantu ke sini sih" ucap sasa terlihat jengkel.
"Gila Lo, di kira gue sengaja bawa itu kuntilanak terus main kejar-kejaran gitu" gue mulai kesal.
"Hehe, ya siapa tau aja Lo mau pacaran sama itu Kunti" ucap sasa terkekeh dan justru aku manatap lekat wajah nya yang ayu itu.
"Ngapain gue pacaran sama hantu, mending gue pacaran sama elo" sambil melihat wajah Sasa.
"Ngarep" dia langsung membuang muka.
"Kok wajah Lo merah sih" godaku.
"Apaan sih, ngayal Lo ya jangan aneh-aneh deh" jawab Sasa malah tersipu malu.
"Mana makanan nya, gue udah laper banget nih" ucap Sasa sambil memegang perutnya.
"Iya ini gue bawa makanan" aku mengeluarkan buah yang tadi aku ambil dari pohon.
"Buah apa nih, kok gue gak pernah lihat sih'" sambil tangannya melihat buah yang gue bawa.
"Itu buah apa ya, gue juga lupa namanya, tapi waktu kecil gue sering makan buah itu saat main di kebun bareng teman-teman gue" sambil garuk-garuk kepala yang tidak gatal.
"Ngapain Lo main ke kebun" tanya Sasa.
"Ya kan gue dulu kecil di kampung, jadi mainnya ya di kebun, dan dulu banyak buah kayak gini" jawablku sambil memakan buah itu.
"Enak gak rasanya" Sasa terus bertanya mungkin dia masih tidak yakin untuk memakan buah ini.
"Nanya mulu, katanya laper udah makan aja deh, Lo mau pingsan karena kelaparan" aku merasa kesal lkarena dia terus bertanya.
Sasa akhirnya menggigit buah itu, tapi tiba-tiba wajahnya berubah seperti dia tidak menyukai rasa dari buah ini.
"Kenapa" tanyaku saat melihat perubahan ekspresi wajah Sasa.
"Buahnya gak enak, rasanya aneh dapet dari mana sih lo buah kayak gini" Ucap sasa terus berceloteh tapi mulutnya tidak berhenti mengunyah mungkin dia sangat lapar.
"Bener-bener ya tuh mulut gak bisa di jaga apa, harus nya Lo itu berterimakasih sama gue, gue bela-belain naik pohon agar bisa ambil buah ini, sampai-sampai si pemilik pohon marah dan ngejar gue sampai sini, gak ada akhlak emang tuh mulut" aku bicara panjang lebar sambil manyun karena kesal.
"Hehe, iya iya maaf deh, terimakasih ya Andi sahabat ku yang paling baik, kamu udah mau nyariin aku makanan" ucapnya sambil memeluk ku.
"Tapi lama-lama enak kok buahnya" dia terus memakan buah itu dengan lahapnya, mungkin dia sudah benar-benar kelaparan.
"Maaf ya, aku cuma bisa ngasih kamu buah ini aku sudah berusaha tapi cuma ini yang bisa di makan" sambil menatap wajah Sasa.
"Ya namanya juga di hutan, mana ada makanan enak, kalau mau makan enak ya di restoran'" ucap sasa malah bercanda dan kita sama-sama tertawa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments