"Itu bukan salahmu cucuku, itu sudah takdir mereka, ayo lah ikut aku, aku akan membawa mu keluar dari
gunung ini dan kamu akan selamat wahai cucuku" dia terus saja membujuk ku.
"Maaf kek, aku tidak bisa ikut aku sudah berjanji pada diriku sendiri kalau aku hanya akan keluar dari gunung ini bersama keempat sahabatku" aku terus berkilah.
"Kamu memang sangat persis dengan ayah mu kalau sudah punya keinginan tidak akan bisa di tentang oleh siapapun" sambil menggelengkan kepala, mungkin dia sudah menyerah untuk membujukku.
"Terimakasih karena kakek sudah mengerti" sambil menundukkan kepala tanda hormat.
"Kalau begitu kakek tidak bisa bantu apa-apa lagi cucuku, kakek hanya bisa berdoa agar kamu dan teman-temanmu itu bisa keluar dari gunung ini dengan selamat" ucap si kakek.
"Amin, terimakasih banyak kek" aku kembali menunduk sungkan kepada kakek karena menolak ajakannya.
"Satu lagi, kakek merasakan di sekitar sini ada manusia selain kamu mungkin dia salah satu teman yang kamu cari" tambahnya.
"Dimana kek" tanyaku antusias ada sedikit harapan saat kakek bicara seperti itu, dan aku berharap itu benar salah satu dari keempat sahabatku agar kita bisa cepat berkumpul dan mencari jalan keluar dari hutan ini agar bisa pulang dari sini.
"Sepertinya tidak jauh dari sini, kamu pergi saja ke arah barat dia sedang berada di dalam gua" kakek menjelaskan.
"Terimakasih banyak kek" aku tersenyum bahagia.
"Kakek pamit dulu semoga kamu berhasil" pamitnya.
Aku hanya mengangguk kan kepala tanda setuju, tanpa berpikir panjang aku langsung menuju kearah yang di tunjuk kakek, semoga saja aku bisa bertemu dengan teman-teman ku.
Aku terus berjalan dan mencari gua yang di maksud oleh si kakek tadi, berharap segera menemukannya, saat perjalanan ternyata tidak mudah aku terus melanjutkan perjalanan tanpa menghiraukan suara-suara yang aku dengar.
"Hihihi" aku kembali mendengar suara tawa yang menyeramkan itu.
Aku berhenti sejenak karena merasa takut dengan suara tawa itu, suara yang membuat bulu kuduk berdiri.
"Siapa itu" aku melihat sekelebat bayangan putih.
"Hai ganteng, hihihi" sosok kuntilanak itu mendekat ke arahku, aku mundur ke belakang.
Makhluk itu sangat menyeramkan, wujudnya aneh kadang menjadi cantik kadang juga berubah wujud menyeramkan matanya penuh dengan darah segar dan mulutnya menjadi sangat lebar bahkan hampir mendekati telinga, membuat siapapun yang melihatnya akan ketakutan.
Tubuhku terasa lemas, kakiku sulit untuk di gerakkan begitu juga mulutku tidak bisa bicara, tubuhku seperti mati rasa padahal makhluk itu sudah semakin mendekat ke arahku tapi tubuhku masih tidak bisa di gerakkan.
Aku terus membaca doa sebisaku agar terbebas dari makhluk ini agar dia tidak menggangu ku, setelah lama berdoa akhirnya tubuhku bisa di gerakkan dan tanpa pikir panjang aku langsung lari dari kuntilanak itu, masih terdengar suara tawanya yang melengking menyakiti gendang telinga.
"Banyak banget sih hantunya, gimana gue bisa nemuin mereka kalau selalu mendapatkan gangguan dari hantu di gunung ini ngeselin banget sih para hantu itu" aku masih ngos-ngosan.
Aku melihat ke belakang takut kalau si mbak kunti masih mengejar ku entah apa lagi habis ini dan entah kejadian apa lagi habis ini, kenapa tidak ada hentinya bahkan istirahat sebentar saja tidak bisa, ada saja yang mengganggu.
Ternyata capek juga ya di kejar-kejar sama hantu- hantu ucapku ngos-ngosan.
"Berhenti dulu lah di sini capek banget" aku langsung duduk.
Aku benar-benar merasa haus tenggorokan sangat kering, lalu aku membuka ransel ku untuk mengambil minuman.
"Habis lagi airnya, gimana nih nanti kalau kehausan aku harus mencari air untuk minum nanti di perjalanan" aku bermonolog sendiri.
Aku masih duduk dan meluruskan kaki agar rasa capek sedikit hilang, dan setelah agak enakan aku langsung melanjutkan perjalanan.
Aku terus menyusuri gelapnya malam di temani suara-suara binatang malam yang sedang berkeliaran.
Aku melihat dari kejauhan seperti ada gua, aku berfikir mungkin itu goa yang di maksud oleh kakek tadi.
"Apa itu gua yang di maksud si kakek" mataku langsung berbinar seakan menambah kekuatan ku.
Aku langsung berlari ke arah gua itu agar segera tau apa benar itu gua yang di maksud kakek dan siapa temanku yang ada di dalamnya, semakin cepat aku
berlari dan semakin dekat pula jarak ku dengan gua itu, tapi sebelum kesana aku memperhatikan gua itu takut kalau di dalam nya bukan manusia tapi hantu.
"Benar gak ya itu gua nya" aku bertanya pada diri sendiri.
Aku memutuskan untuk masuk ke dalam gua itu, gelap kesan dari luar gua itu sangatlah gelap bahkan tidak terlihat apa-apa, aku semakin berhati-hati apapun bisa terjadi dalam kondisi seperti ini, dan setelah aku masuk ke dalam gua itu ternyata yang ada di dalam sana adalah.
"Heni" aku memanggilnya dan dia dalam keadaan meringkuk.
Heni langsung menoleh kearah ku tapi anehnya dia malah menangis dan langsung histeris.
"Pergi, pergi kamu dari sini" ucapnya langsung berdiri.
"Hen, ini aku Gilang, kenapa kamu nyuruh aku pergi" aku kebingungan.
Heni malah langsung berdiri dan mau lari tapi aku mencegahnya.
"Kamu kenapa sih hen, bukannya kamu seneng aku udah nemuin kamu dan kita bisa bareng-bareng cari yang lain malah kamu mau pergi lagi" sambil memegang tangan Heni dengan erat biar tidak kabur.
"Kamu bukan Gilang kamu setan tolong jangan ganggu aku" Heni malah menangis sesenggukan.
"Setan apaan sih, aku Gilang teman kamu bukan hantu" aku meyakinkan heni.
"Bohong" dia kembali ingin pergi tapi sambil meringis memegang kakinya.
"Kamu kenapa hen, kaki kamu kenapa,kok jalannya gitu" aku melihat kakinya.
Heni masih diam dan tetap menangis aku semalkin bingung dan khawatir karena kaki Heni sepertinya terluka dan sikapnya juga aneh.
"Sini-sini duduk dulu aku lihat kaki kamu" aku menyuruhnya untuk kembali duduk dan melihat keadaan kakinya.
"Ini kaki kamu keseleo deh, udah mulai bengkak ini pasti sakit" sambil memegang kakinya.
"Ini badan kamu juga banyak goresan loh, kamu gak papa" aku melihat wajahnya tapi malah semakin menangis sesenggukan.
"Jadi kamu beneran Gilang" ucapnya sambil memegang wajah ku.
"Ya iyalah kamu ini kenapa sih kok aneh gitu, emang kamu kira aku siapa" tanyaku heran.
"Kenapa lo baru kesini sih, gue ketakutan sendirian disini" Heni memelukku dengan erat.
"Maaf ya, dari tadi aku cari kamu dan Anton tapi gak ketemu-ketemu tapi aku bersyukur bisa ketemu kamu, lagian kenapa bisa terpisah sih kan aku dari
awal udah bilang ikuti langkah ku, eh malah kalian lari sendiri-sendiri" aku malah mengomel.
"Maaf ya, habisnya aku takut karena hantu itu jadi aku langsung lari, aku dikit kalian ada di belakangku tapi ternyata kita malah terpisah" ucap Heni sudah mulai sedikit tenang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments