Lanjutan...
"Tapi nek, bukankah warga desa ini dari dulu selalu menceritakan tentang air terjun itu, mereka bilang tempat nya sangat indah" Gilang masih penasaran.
"Sudah, pokoknya kalian tidak boleh pergi kesana, jangan pernah coba-coba kalau tidak mau terjadi apa-apa dengan kalian. Kalau kalian masih tetap keras kepala lebih baik kalian kembali ke kota dan tinggalkan desa ini, itu yang terbaik untuk kalian" nenek terlihat marah karena Gilang masih ngeyel dan tidak nurut dengan omongannya.
"Iya nek, maaf bukan maksud Gilang ngelawan ucapan nenek" Gilang menciumi tangan neneknya.
Setelah perdebatan itu nenek langsung masuk ke dalam kamar dan menguncinya, entah apa yang terjadi mereka tidak mengerti sama sekali, ada apa sebenarnya.
"Gimana nih, masak udah jaubh-jauh ke sini kita gak jadi muncak sih, padahal dari sini aja keliatan bagus banget pemandangannya" Sasamanyun dan merasa kecewa.
"Gak, kita harus muncak, lagian gue jadi penasaran tentang air terjun itu, sampai segitunya si nenek kalau cerita" ucap Andi.
"Iya bener, justru itu yang buat gue makin tertantang, dan bisa aja si nenek ngarang cerita biar kita gak pergi ke sana" Anton menimpali.
"Oke, kita kekamar aja sekarang dan mikir apa rencana kita besok" Heni memberikan masukan.
Mereka sepakat untuk tetap pergi mendaki gunung dan menenmukan air terjun merah itu.
Pagi harinya mereka pamit pulang kepada nenek, agar nenek tidak curiga kalau mereka mau naik gunung dan mencari air terjun itu.
"Hati-hati di jalan" hanya itu ucapan nenek, sebenarnya Gilang tidak enak hati membohongi neneknya, tapi rasa penasarannya lebih besar.
Gilang melajukan mobil dengan pelan karena masih di area kampung dan jalan yang masih rusak membuat dia harus lebih berhati-hati.
"Terus ni mobil mau kita taruh dimana?" Tanya Heni penasaran.
"Iya, kan gak mungkin kita muncak naik mobil" Sasa menimpali ucapan heni.
"Tenang dekat gunung itu ada rumah, kita bisa titip mobil ini disana" ucap Gilqng sambil menunjuk ke depan.
Tidak lama sampailah mereka di kaki gunung, mereka berhenti di rumah warga yang kebetulan tinggal di dekat gunung itu padahal jauh dari tetangga.
"Kok cuma ada satu rumah, padahal seingatku di sini ada banyak rumah walaupun jaraknya agak jauh dari satu rumah ke rumah lain" Gilang nampak bingung setelah mengingat tempat ini masa dulu.
"Yaelah, Lo kan udah lama gak kesini, mungkin mereka pindah atau ingin coba hidup di kota kan kita gak tau" Heni menjawab ucapan ucapan Gilang.
"Iya juga sih" Gilang mengangguk.
Mereka mengetuk pintu rumah yang terbuat dari bambu itu, sepertinya rumah itu bangunan lama karena terlihat dari kondisi bangunannya.
"Assalamualaikum" ucap Andi sambil mengetuk pintu.
Lama mereka menunggu akhirnya seorang nenek membukakan pintu.
"Ada apa ya" tanya si nenek sambil melihat mereka satu per satu.
"Kami mau nitip mobil nek, apa boleh? Kita mau naik ke atas gunung mungkin nanti sore atau malam kita udah ambil lagi" tanya Gilang sopan.
"Yakin kalian mau ke sana, itu tempat sangat berbahaya, apalagi seperti nya kalian bukan orang sini" tanya nenek serius
"Iya nek, kita mau kesana sambil menikmati alam disini, insyaallah tidak akan terjadi apa-apa, dan kita akan hati-hati nek" jawab Anton sopan.
Akhirnya si nenek menyetujui keinginan mereka untuk menitipkan mobilnya di halaman rumah sang nenek
karena mereka bilang hanya satu hari saja.
"Semua peralatan sudah siap kan?" Tanya Heni pada Gilang dan teman- temannya.
"Siap semua, tapi gue gak bawa tenda karena kita perlu bermalam di gunung ini, nanti sore pasti kita sudah turun" Gilang menjelaskan.
"Oke, ayo kita berangkat" Heni bicara sangat bersemangat.
Mereka hanya anak muda yang ingin menikmati alam, tapi mereka tidak tau apa yang sudah menunggu mereka di dalam sana, mereka mengira kalau Gunung yang akan mereka daki bukan gunung biasa seperti gunung-gunung yang lain.
Gunung ini penuh misteri dan keganjilan, mereka terlalu bersemangat bahkan tidak mencari tau dulu tentang gunung ini, bahkan tidak mendengarkan nasihat orang tua.
"Wah, bersih banget ya tempatnya, gak ada sampah sama sekali benar-benar bersih gak ada sampah" Sasa sangat kagum dengan hutan ini.
Mereka tidak tau kalau memang hutan ini sudah lama tidak di masuki oleh manusia karena suatu sebab yang hanya orang desa itu yang tau, hutan ini siap merenggut nyawa siapapun yang masuk ke dalam hutan ini.
"Suara burung banyak banget, merdu juga suaranya" mereka sungguh kagum dengan gunung ini.
"Karena ini masih pagi, jadi banyak burung berterbangan mencari makan ataupun minum" jawab Gilang sekenanya.
Suasana hutan ini memang berasa menyeramkan, tapi mereka belum menyadarinya karena terlalu kagum dengan binatang-binatang yang ada di sekitar mereka.
"Kok semakin kita masuk ke dalam malah semakin sepi ya, suara burung dan binatang lainnya kok semakin jarang Kita temui sih" tanya Anton semakin
menyadari keadaan sekitar.
"Iya kamu bener kok aneh ya" Sasa menimpali ucapan Anton.
"Tenang aja, semakin dalam kita masuk semakin bagus kok pemandangannya, percaya deh" Gilang meyakinkan sahabatnya.
"Ya udah pelan-pelan aja deh jalannya, biar gak terlalu capek juga" Ucap Andi.
Mereka tidak menyadari kalau banyak pasang mata yang memperhatikan mereka dari balik pohon, mereka tertawa bahagia karena sekian lama baru sekarang ada manusia yang berani naik ke gunung ini.
"Kok perasaanku gak enak ya, kaya ada yang ngawasin gitu dari tadi" Sasa bicara sambil memegang tengkuknya.
"Gak lah, itu cuma perasaan Lo doang kali memang suasana naik gunung kan seperti ini" Gilang menenangkan.
"Istirahat dulu ya, capek nih" Heni mengeluh capek.
"Kita istirahat di batu besar itu dulu ya" Andi mengarahkan teman-temannya.
Mereka pun istirahat dan minum air yang mereka bawa dari rumah nek Ngah, mereka ingin istirahat sebentar lalu melanjutkan perjalanan.
"Aduh, aku pengen pipis nih gimana dong" Sasa tiba-tiba ingin buang air kecil.
"Yah, gue gak berani nemenin pipis, gimana ya" Heni ikut bingung.
"Ya udah, biar gue aja yang nemenin" Andi menawarkan bantuan.
"Ya udah, hati-hati ya kalian berdua dan jangan jauh-jauh" Gilang memberi peringatan agar mereka berhati-hati.
"Oke kalian tenang aja" jawab Sasa.
Andi dan Sasa berangkat mencari tempat yang aman agar Sasa bisa cepat menunaikan hajatnya.
"Gue tunggu sini, Lo pipis di situ aja jangan jauh-jauh ya" ucap Andi.
"Lo jangan kemana-mana Lo, awas ya" Sasa langsung mencari tempat yang aman.
Tiba-tiba datang kabut yang cukup tebal sehingga menghalangi penglihatan mereka, Sasa dan Andi pun panik karena mereka hanya berdua dan terpisah dengan teman-temannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments