"Saat ini, kita tidak boleh kehilangan Ravela, ma. jika tidak tuan Jean pasti akan menghabisi kita dan mengambil alih perusahaan peninggalan papa satu-satunya." ucap Sena tiba-tiba panik.
"Iya Sena, kita harus cepat-cepat mengejarnya."
"Baik, ma."
Sena dan mama Arini berusaha untuk mengejar sampai ke gerbang utama. namun Ravela tidak memperdulikan teriakan mereka berdua, termasuk keselamatan dirinya sendiri yang hampir ditabrak kendaraan yang tiba-tiba melintas dihadapannya. Ravela hanya ingin pergi sejauh mungkin untuk mengurangi beban berat yang terasa menghimpit dadanya.
Ravela yang semula sudah menyetujui perjodohan ini, tiba-tiba ambruk dengan kata-kata Sena dan mama yang berbahagia di atas penderitaan nya, benteng pertahanan Ravela telah roboh seiring dengan air mata yang terus mengalir tanpa henti. Ravela merasa orang yang tidak berguna, bahkan sudah sekian lama, dia belum juga mendapatkan kasih sayang yang tulus dari mana dan kakaknya.
Mama dan Sena yang panik, langsung berbalik masuk kedalam mobil nya, berusaha untuk mengejar Ravela yang sudah menghilang.
Air mata seakan tidak pernah habis, untuk meratapi kehidupannya. bahkan di usia nya yang relatif sangat muda, Ravela harus menikah dengan laki-laki Tua yang lumpuh.
Ravela menghentikan larinya, dengan nafas yang masih ngos-ngosan dia berhenti di bibir jalan raya. sambil menatap kosong kedepan, air mata terus mengalir tanpa peduli dengan keadaan disekitarnya. langkah kaki Ravela mengiringinya ke sebuah jembatan, dia menatap nanar kebawah. sungai dengan arus air yang sangat deras siap mencabik-cabik dirinya seandainya dia melompat dan jatuh kebawah.
"Aku tidak peduli apapun lagi, mungkin dengan kepergian ku untuk selamanya, perjodohan gila ini tidak akan terjadi. Karena aku sudah tidak sanggup lagi menerima semua ini sendirian, sedangkan kak Sena dan mama malah berbahagia diatas penderitaan ku, apa salahku pada kalian, sehingga kalian tidak pernah peduli dan menyayangi ku." Ucap Ravela mulai membuka perlahan alas kakinya, dan menaikkan kakinya kepembatas jembatan yang sangat tinggi.
Ravela merentangkan kedua tangan, sambil memejamkan kedua matanya. Dia benar-benar sudah siap jika seandainya ajal sudah datang menjemput. mungkin dengan menceburkan diri kearah sungai yang deras ini semua penderitaan nya akan segera berakhir.
"Jika aku jatuh kebawah, penderitaan ku akan berakhir." Ravela berharap malaikat pencabut nyawa segera mengambil nyawanya dan tidak ada lagi yang akan menyakiti dirinya.
"Satu..... dua.... ti... ga...." seiring tubuhnya yang jatuh melayang di udara.
"Aaaagghhh..."
Ravela merasakan kematian semakin mendekati nya. namun sebuah tangan kekar menarik tubuhnya kembali ke atas.
"Gadis bodoh, kenapa kamu ingin mengakhiri hidup mu. kamu pikir dengan cara seperti ini permasalahan mu akan berakhir." bentak seorang laki-laki tampan, yang sempat membuat Ravela terpana beberapa saat.
"Kenapa anda menolong ku?"
"Aku hanya kebetulan lewat, dan tidak menyukai seseorang mengakhiri hidupnya tepat didepan mataku."
Dari balik kemudi, Asisten Rey tersenyum bangga, dia tidak menyangka dibalik sikap dinginnya. Alexander sangat baik hati. dia dengan sigap berhasil menyelamatkan seorang gadis yang ingin bunuh diri, dengan memilih terjun bebas dari ketinggian jembatan dengan arus sungai yang deras dan dalam, bahkan asisten Rey dan Alexander sempat bergidik ngeri saat melirik kebawah.
"Masuklah kedalam mobil ku." ucap laki-laki tampan tersebut seraya menunjuk mobil mewah yang ada dihadapannya.
"Tidak, terimakasih tuan. sebaiknya anda pergi dan tinggalkan aku sendiri." ucap Ravela seraya mengusap sisa-sisa air matanya.
Alexander terlihat kesal, dia masuk kembali kedalam mobil, memberi kode sehingga pria dihadapannya dengan sigap langsung membuka pintu mobil. lalu membujuk gadis malang yang ingin bunuh diri tersebut agar bersedia untuk diantar kan pulang kerumahnya.
"Nona, sekarang sudah sangat larut. berbahaya bagi gadis seperti mu sendirian ditempat ini, banyak kejahatan yang mengintai. apa kamu mau dilecehkan para preman jalanan." ucap asisten Rey. yang sukses membuat Ravela bergidik ngeri dan bersedia masuk kedalam mobil, duduk bersebelahan dengan pria tampan barusan menolong nyawanya.
Begitu pintu ditutup, mobil langsung meleset meninggalkan area jembatan yang sepi, sehingga Ravela yang belum sempat duduk dengan baik, refleks terjatuh kesamping mengenai tubuh pria dingin yang masih berpenampilan lengkap dengan stelan jas, dasi dan celana hitam, layaknya seorang Presdir yang seringkali dilihat Ravela dari Drakor favoritnya. dengan posisi yang begitu dekat, Ravela bisa merasakan deru nafas dengan aroma mint. pandangan mata mereka bertemu beberapa detik, hingga Ravela tersadar kembali dan duduk dengan normal.
"Maaf saya tidak sengaja tuan, sopir mu terlalu bar-bar dalam mengendarai mobil." ucap Ravela gugup. sedangkan Alexander langsung melonggos kesal dan acuh merapikan kembali jasnya.
"Nona, dimanakah rumah mu?" tanya Rey dari balik kemudi. bingung kemana dia harus mengantarkan gadis yang terlihat masih bersedih itu.
"Untuk saat ini aku tidak ingin pulang kerumah, sebaiknya aku memberikan alamat rumah Elisa saja. mudah-mudahan saat ini dia berada dirumahnya." bathin Vella kemudian menyebutkan alamat rumah sahabatnya.
Tidak lama mobil berhenti disebuah perumahan, sesuai dengan alamat yang disebutkan Vella barusan.
"Tuan, bolehkah saya tahu nama Anda?" tanya Vella sebelum turun, namun tidak mendapatkan tanggapan dari yang ditanya.
Setelah Ravela turun dari dalam mobilnya, Alex menyempatkan diri untuk melirik wajah gadis itu sekilas, dengan anak rambut yang hampir menutupi wajahnya.
Ravela yang tidak mendengar jawaban, langsung melangkah mendekati pintu pagar rumah bercat putih dihadapannya.
"Sayang sekali, pikirannya terlalu pendek dalam menghadapi permasalahan hidup." gumam Alex dengan ekspresi dingin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 217 Episodes
Comments
Heriwanti Wanti
bgus
2023-12-26
1
Heriwanti Wanti
bguss
2023-12-26
0
Fatah Liverpooldlian
ngin
2023-12-15
1