Wanita Tawanan Tuan Muda Sean
Segerombolan orang masuk ke dalam ruang inap Viona. Pria berbadan besar berdiri di depan ruangan tersebut, berdiri di sisi kanan dan kiri pintu ruangan tersebut, dengan memakai kacamata hitam dan juga pakaian serba hitam.
Tentu saja kedatangan mereka mengundang banyak perhatian orang lain. Terutama Brian, dokter yang bertanggung jawab atas pasien yang bernama Viona. Brian juga salah satu sahabat Viona, keduanya telah bersahabat sejak di sekolah menengah atas, hingga keduanya bekerja di salah satu rumah sakit swasta.
Mengetahui ruangan Viona di datangi oleh orang asing, Brian bergegas pergi untuk melihatnya. Tetapi, tiba Brian disana, dua orang pengawal yang berjaga di depan pintu, tidak memperbolehkan siapapun masuk ke dalam.
"Anda tidak diperbolehkan untuk masuk!" pengawal itu melarang Brian untuk masuk.
"Kenapa? saya dokter disini, dan saya yang bertanggung jawab kepada pasien!" tukas Brian.
Namun, siapa sangka jika pemilik rumah sakit ada di dalam ruangan inap Viona, kedua pengawal itu saling pandang satu sama lain, tidak menggubris ucapan Brian.
Di dalam ruangan, Viona yang didatangi oleh pria asing tentu saja membuat dia terkejut, apalagi hari ini baru saja dia siuman dari tidur panjangnya selama satu minggu berada di rumah sakit.
"Ikut aku! dan menikah dengan ku!" tegas pria itu, netra Viona membulat dan memelototi pria tersebut, seakan - akan netra Viona keluar dari tempatnya.
"Tuan, apa yang anda katakan, saya tidak mengenal Anda?"
"Kamu tidak perlu tahu, siapa aku. Kamu hanya perlu tunduk pada perkataan ku!" ucap Pria itu lagi dengan dingin.
Viona terus saja berpikir apa yang telah terjadi, tiba-tiba seorang pangeran datang dan mengajaknya untuk menikah. Tentu saja hal itu membuat Viona harus memutarkan otaknya untuk mengingat apa yang sebenarnya telah terjadi selama satu minggu yang lalu.
Flashback !
Pagi itu, Viona merasakan sesak yang sangat luar biasa. Mahendra telah pergi ke kantor sejak pagi, dan meninggalkan Viona seorang diri di rumah.
Sebelum berangkat kerja, Brian sang sahabat Viona terlebih dulu menjemput Viona di rumah, lalu keduanya akan pergi bekerja bersama-sama.
Suara ketukan pintu kamar terdengar dari luar.
"Vi, Vivi!" teriak Brian dari luar, mendengar tidak ada jawaban dari dalam, Brian 'pun mencoba memegang handle pintu tersebut, dan ternyata pintunya tidak di kunci dari dalam.
"Nggak dikunci?" gumam Brian, yang langsung masuk, dia melihat sekitar tempat tersebut yang sepi, tidak ada siapapun disana.
"Vivi!" teriak Brian, memanggil wanita itu, rumah dengan lantai dua, suara Brian belum cukup keras, dan dia memanggilnya sekali lagi.
"Vivi!" teriaknya lagi.
"Bri..." lirih Viona dari arah kamar, dengan suara yang sedikit berat, Brian mendengarnya samar-samar, dan tahu sesuatu telah terjadi, dia 'pun bergegas berlari menaiki tangga rumah Viona.
Memiliki jantung yang istimewa, membuat Viona sulit mendapatkan donor jantung yang cocok, bahkan Brian sudah berusaha begitu keras untuk mendapatkan nya. Namun, dia belum berhasil sampai sekarang, besarnya rasa peduli dan sayang Brian kepada Viona, membuat dia tidak ingin kehilangan sahabatnya itu.
Ceklek !
Brian langsung membuka pintu kamar Viona, dan mendapati Viona yang tergeletak di lantai kamarnya.
"Vivi!" teriak Brian, yang langsung masuk ke dalam kamar tersebut. Viona sudah tak sadarkan diri, mengetahui apa yang telah terjadi kepada sahabatnya itu, Brian segera mengangkat tubuh Viona dan membawanya keluar dari kamar.
Dengan sangat hati-hati Brian, mulai menuruni satu persatu anak tangga. Tidak ada pelayan di rumah Viona, semenjak perusahaan orang tuanya mengalami krisis, hal itu terjadi saat sang ibu meninggal, Mahendra terpaksa memberhentikan semua pelayan yang telah berjasa kepada mereka. Bahkan, Mahendra menjual beberapa mobil miliknya untuk membayar gaji terakhir para pelayan, salah satunya adalah mobil milik Viona.
Brian, membanting pintu mobil, setelah dia membaringkan Viona di kursi penumpang.
Pintu mobil telah tertutup rapat, Brian segera masuk ke dalam mobil, dan mengemudi mobil tersebut dengan sangat kencang, agar segera tiba di rumah sakit Quarta, rumah sakit milik keluarga Jixong. Viona ataupun Brian telah bekerja di sana selama dua tahun. Atasannya terkenal cukup ramah.
Brian segera mematikan mesin, dan dia segera turun, membawa Viona masuk ke dalam rumah rumah sakit.
"Tolong, bawakan hospital bed!" teriak Brian, begitu dia telah tiba di lorong rumah sakit. Beberapa perawat berlarian ke arah Brian, dan Brian membaringkan tubuh Viona di atas hospital bed. Brian segera mendorongnya ke arah UGD, dengan dibantu oleh dua orang perawat.
Di dalam ruangan, Brian sangat panik, inilah alasan kenapa Brian memilih menjadi seorang dokter bagian organ dalam, karena dia ingin menjadi orang pertama yang membantu Viona dalam masalah penyakit bawaannya sejak lahir.
"Bantu saya ambilkan alat medis!"
Perawat 'pun berlari untuk mengambil alat medis yang diminta oleh Brian, terlihat semua orang begitu panik. Detak jantung melemah, denyut nadi 'pun begitu juga. Nafas Viona sesekali berhenti, dan tentu saja membuat Brian semakin cemas dan khawatir.
Brian meminta teman perawatnya untuk menghubungi Mahendra.
Di waktu yang sama, seseorang juga di larikan ke rumah sakit, dia adalah korban kecelakaan tunggal di jalan tikungan tajam, dan dikonfirmasi jika korban telah meninggal di TKP.
"Dokter Brian, ada pasien yang membutuhkan bantuan Anda! mohon segera ke ruang Operasi!"
Setelah memastikan kondisi Viona telah membaik, Brian 'pun dengan berat hati meninggalkan Viona di dalam ruangan UGD bersama dengan perawat lain. Brian meninggalkan ruangan tersebut dengan tubuh Viona yang dipenuhi alat medis, dan dia belum sadarkan diri.
"Dok, tolong ada pasien yang membutuhkan pertolongan Anda!" seorang perawat menarik tangan Brian ke arah ruang operasi.
Begitu tiba di dalam ruangan itu, Brian langsung memberitahu perawat di sana, jika korban telah meninggal satu jam yang lalu.
"Hubungi keluarganya, kita harus mengurus akta kematian!" titah Brian, sebagai dokter senior tentu saja Brian sudah terbiasa dengan hal itu.
Setelah mendengar perintah dari Brian, perawat tersebut segera keluar dan pergi untuk menghubungi keluarga pasien.
Tanpa sepengetahuan orang lain, Brian memeriksa kecocokan jantung korban dengan jantung milik Viona, dan dia berharap kali ini cocok, dan Viona bisa diselamatkan.
Pintu ruangan operasi kembali terbuka, Brian menoleh dan melihat jika perawat yang tadi keluar sudah kembali lagi, dengan membawa akta kematian yang telah di urus, lalu menyerahkan kertas tersebut kepada Brian, untuk di tanda tangan.
Setelah mengambil kertas tersebut, Brian melihatnya, sembari membaca nama yang tertulis di sana.Brian tersenyum saat mengetahui jika pasien adalah seorang anak yatim piatu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
Mom Yara
semangat kak, bagus kak
2023-03-02
0
Bambang Setyo
Apa iya yatim piatu.. Ko terus ada cowok yg ngajak nikah viona...
2023-02-03
0