"Dok, adik dari pasien akan tiba di sini dalam waktu satu jam, diketahui dia baru saja kembali dari New York!"
"Baik, aku akan mengurus semuanya, kita bisa mengirimkannya ke rumah duka"
Mereka berdua keluar dari ruangan itu, dan membawa akta kematian bersama dengan Brian, untuk mengurus persetujuan dari atasannya.
Brian, menghela nafas sebelum dia mengetuk pintu ruangan milik atasannya.
"Masuk!"
Pintu terbuka, Brian 'pun melangkah masuk ke dalam ruangan tersebut, dimana seorang pria yang sedang sibuk dengan laptop di depannya.
"Pak, ini akta kematian yang perlu anda tanda tangan!"
"Baik!" karena sedang sibuk dengan pemeriksaan berkas di depannya, Willi tidak sempat membaca siapa nama pasien.
"Apa anda tidak membacanya lebih dulu!" tanya Brian,
"Tidak perlu, aku percaya ini padamu, kamu sudah melakukan pekerjaanmu selama ini dengan baik!" setelah mendapatkan tanda tangan dari Willi sang atasan, Brian 'pun pergi meninggalkan ruangan tersebut.
Pada malam hari, dimana Brian datang untuk memeriksa keadaan Viona. Namun, terlihat tidak ada pergerakan dari Viona, wanita itu menjadi koma setelah mendapat pertolongan pertama.
"Jika dalam dua hari tidak mendapatkan donor jantung, Aku tahu Viona tidak akan bisa diselamatkan!" Ucap perawat, mereka juga teman Viona, telah bekerja selama dua tahun di rumah sakit tersebut.
"Aku sudah menemukan donor jantung yang cocok, besok pagi kita sudah dapat melakukan operasi untuk Viona!" tegas Brian, dengan penuh keyakinan, kalau dia bisa menyelamatkan hidup Viona.
"Donor jantung? akhirnya ada keajaiban juga bisa mendapatkan donor jantung yang cocok setelah sekian tahun menunggunya. Aku yakin kali ini kamu akan bisa terus bersama dengannya. Brian, kapan kamu akan mengungkapkan perasaanmu kepada Viona, kau telah berjuang begitu banyak untuknya!"
"Saat ini bukan waktunya membahas perasaan, aku tidak bersikap egois di depan Viona. Biarkan semuanya berjalan begitu indah, tanpa ada yang harus merasa tidak nyaman. Jika aku memaksa untuk bersama dengan Viona, aku takut kehilangan dua orang sekaligus, kehilangan Viona sebagai kekasih, dan kehilangan Viona sebagai sahabat. Mira kamu tahu, aku belum siap untuk itu!"
"Kamu pria yang baik, aku yakin Tuhan telah mentakdirkan Viona untuk selalu berada disisi Viona, menjaga dan merawatnya, kamu sudah melakukan hal yang baik!" Mira menepuk pelan punggung Brian, pria itu hanya tersenyum menanggapi ucapan Mira.
*
*
*
Hari ini jenazah korban kecelakaan yang meninggal kemarin atas nama Fonna Calista Dewi, akan diantarkan ke kediamannya tepat di jam 10:50, pagi. Setelah jadwal operasi Viona selesai, Brian baru bisa ikut mengantarkan jenazah tersebut.
"Dok, semuanya sudah siap!"
"Baik, aku akan segera pergi ke parkiran. Mira, setelah satu jam disini, tolong pindahkan Viona keruangan inapnya" titah Brian,
"Baik dok, serahkan semuanya kepada ku" Brian 'pun keluar dari ruangan operasi dan pergi menuju tempat parkiran.
Di dalam surat Akta kematian, juga terdapat surat izin donor jantung yang telah diurus oleh Brian. Tentu saja, pasien tersebut dikirim ke Villa milik keluarga Jixong, karena Fonna adalah calon menantu keluarga tersebut, dan telah merencanakan pernikahan yang begitu matang. Setelah urusan dan pekerjaan pewaris tunggal keluarga Jixong selesai mereka akan segera menikah.
"Owh, Kakakku kenapa kau pergi begitu cepat!" teriak seseorang yang keluar dari villa, menangis begitu histeris, saat jenazah Fonna diturunkan dari dalam mobil.
"Ini barang dan akta milik korban!" Brian, menyerahkan itu semua kepada Flaura Calista Dewi, adik kandung Fonna. Namun, Flaura malah menyerahkan itu semua kepada pelayan yang berdiri di sebelahnya.
"Bi, simpan ini di kamar Fonna, aku ingin melihat jenazah!"
"Baik Non" Bibi 'pun membawa masuk barang tersebut.
Brian bisa mengambil jantung Fonna atas izin dari Flaura, asalkan Brian dapat merahasiakan persetujuan Flaura dari orang lain.
"Terima kasih, dok."
"Sama-sama, kami permisi dulu,"
Brian dan rekan perawat serta sopir segera pergi meninggalkan villa tersebut.
Satu minggu kemudian. . .
Pria bertubuh tinggi, badan kekar dan berotot itu berdiri di depan jendela kamar nya. Saat ini dia sedang berada di Paris untuk urusan bisnis. Pria itu adalah Sean Garvin Jixong, sang pewaris tunggal dari keluarga Jixong, calon suami Fonna.
Disaat Sean akan bertugas ke berbagai Negara, dia selalu mematikan ponsel pribadinya, dan akan menggunakan ponsel bisnis untuk hal lain, agar musuhnya tidak pernah tahu, keberadaan Sean.
Suara ketukan pintu terdengar dari luar ruangan, pertanda seseorang datang untuk bertemu dengan, Sean.
Sean menoleh ke arah pintu, saat mendengar ketukan itu.
"Masuk,tidak di kunci!"
"Maaf Tuan, saya telah mengganggu waktu istirahat Anda, saya mendapat kabar dari Nona Flaura, jika Nona Fonna telah mendahului Anda!"
Prang!
Gelas di tangan Sean terjatuh, bahkan itu mengenai kakinya hingga berdarah. Pengawal itu terkejut, dan berdiri gemetar di belakang Sean.
"Apa yang kamu katakan?"
"No-Nona Fonna telah mendahului Anda, Tuan."
"Siapa yang mengatakan itu pada mu!" teriak Sean, pengawal tubuhnya semakin gemetar bahkan dia tidak berani menatap netra Sean yang memerah.
"Siapa yang berani menyentuh calon istriku, periksa semua informasi mengenai satu minggu yang lalu, kemana dan dimana terakhir kali Fonna berada. Pastikan tidak ada yang terlewatkan orang yang menyentuh Fonna tidak akan kumaafkan, sampai tubuhnya kremasi hidup-hidup!" teriak Sean sekali lagi dengan lantang.
"Saya akan memeriksa datanya, Tuan. Saya permisi,"
"Tunggu, urus kepulanganku hari ini, aku ingin kembali ke New York!"
"Ba-baik, Tuan."
Pengawal itu pergi, dengan tubuh yang masih gemetar. Sean berdiri dalam keadaan kaki terluka, dia mengepalkan tangannya. Hatinya hancur, bahkan dia merasa sangat terluka. Sean telah merawat Fonna begitu lama, setelah dia berhasil dan sesukses sekarang barulah dia berani untuk menikahi Fonna.
Namun, ternyata takdir malah memisahkannya, Sean merasa jika Tuhan tidak adil pada hidup mereka.
"Akan ku hancurkan seseorang yang berada di balik ini semua, jika ada kelompok mafia lain yang berani bermain dengan wanitaku, akan ku pastikan mereka tidak akan melihat dunia mereka lagi!" gumam Sean, lalu berjalan ke arah kamar mandi, dengan kaki yang masih terluka.
Setelah semua kepulangan Sean diurus oleh pengawalnya, dan Sean segera pergi meninggalkan markas Dark pada malam itu juga. Bahkan, itu Sean sudah mengantongi semua informasi mengenai kematian Fonna dan juga tentang donor jantung milik Fonna kepada pasien lain.
Mengetahui rumah sakit Quarta tempat terakhir Fonna berada, tentu saja membuat Sean lebih bersemangat lagi, untuk menyelidiki kasus itu, pasalnya rumah sakit itu adalah miliknya.
Setelah mendarat, dan tiba di New York, beberapa mobil yang menjemput Sean langsung membawanya ke rumah sakit Quarta, ini lah alasan kenapa Sean ada di ruangan inap milik Viona, karena Sean telah mengetahui jika Vionalah orang yang menerima donor jantung itu.
Flashback Selesai !
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
Bambang Setyo
Brian kerja sama ama flaura...jangan2 flaura yg bikin fonna meninggal...
2023-02-03
1