ketidak percayaan

Malam itu Faros menghubungi polisi untuk segera menangkap Guntur dan anak buahnya.

''Iya ada yang bisa kami bantu,'' ujar seorang polisi dari seberang ponselnya.

''Pak, saya ingin bapak segera menangkap Guntur dan anak buahnya,'' ujar Faros.

''Mohon maaf pak, kasus penangkapan terhadap saudara Guntur sudah di tutup karena ke jadian itu sudah cukup lama pihak polisi sudah menutup kasusnya,'' ujar polisi.

''Apa? pak jangan seperti ini dong pak seharusnya kasus ini tidak semudah itu untuk ditutup!'' ujar Faros sambil mematikan ponselnya dan melemparnya ke atas tempat tidur.

Faros duduk di sudut tempat tidurnya dia meratapi nasib keluarganya yang mati sia-sia bahkan polisi pun sudah menyerah dan melepaskan kasus Guntur begitu saja Faros menarik rambutnya sambil mengacak-acak rambutnya sendiri.

Faros bangkit dari duduknya dia berjalan menuju ruangan kosong dimana dia melampiaskan semua amarahnya di ruangan itu, di sana sudah tertata rapi foto keluarga Guntur.

Faros melemparkan gelas minumannya ke arah foto keluarga Guntur Faros tertawa terbahak-bahak melihat kemenangan keluarga Guntur.

''Guntur pamanku yang tersayang, pastinya saat ini keluarga mu tertawa melihat kekalahan ku, karena apa? polisi pun sudah menghentikan pencarian kamu selama ini. Aku tidak habis pikir kau dan keluarga mu begitu gampang untuk bersembunyi sehingga polisi menyerah untuk mencari mu,'' ujar Faros yang sudah sepoyongan itu.

''Apa? yang harus Faros lakukan Ma, Pa musuh kita sudah bebas sekarang,'' ujar Faros.

...RUMAH BIK INAH...

''Ini tidak mungkin, tidak mungkin orang tua ku membunuh keluarga kamu,'' ucap Qiana dengan air mata yang terus mengalir dari kedua matanya.

Dewa pun berjongkok didepan Qiana sambil meremas mulutnya, bi Inah tidak bisa membela Qiana.

''Orang tua lo Guntur Adijaya dia adalah pembunuh orang tua gue dan juga adik gue Audrey, lo mau tahu seperti apa orang tua lo membunuh keluarga gue,'' ujar Dewa melepaskan tangannya dari mulut Qiana.

''Aku tetap tidak percaya kalau keluarga ku yang telah membunuh keluarga kamu,'' sahut Qiana.

''Lo tanya sama bi Inah, kalau lo gak percaya sama apa yang gue katakan,'' ujar Dewa.

Qiana pun memegang kaki bi Inah sambil berkata apakah benar bahwa orang tuanya yang telah membunuh keluarga Dewa.

Bi Inah menganggukkan kepalanya bahwa dia mengiyakan perkataan Dewa karena orang tuanyalah yang sudah membunuh majikannya itu.

Berlahan-lahan Qiana melepaskan pegangannya dari kaki bi Inah.

''Sekarang lo udah tahukan, andai gue tahu waktu itu kalau lo adalah anaknya Guntur, gue tidak akan menyelamatkan lo, ini semua salah gue karena gue udah menyelamatin lo,'' ujar Dewa menarik rambutnya sendiri.

Malam hari itu, Faros menghubungi Dewa dia ingin Dewa kembali tinggal bersamanya di kota, malam itu Dewa meninggalkan ponselnya di ruang tamu.

''Siapa yang sedang menelepon, kenapa? Dewa tidak mengangkat ponselnya,'' ucap Qiana. Dia pun berjalan mendekati ponsel Dewa yang sedang berdering.

Saat ponsel di angkat Faros langsung bicara tanpa mendengar suara siapa yang sedang mengangkat panggilannya.

''Dewa kakak mau bertemu dengan kamu besok,'' ujar Faros.

Qiana sangat mengenali suara tersebut begitu tidak asing lagi di telinganya Qiana pun menjatuhkan ponsel itu ke lantai membuat ponsel itu jatuh berkeping-keping.

Dewa Segera datang melihat apa yang sedang terjadi dia melihat ponselnya hancur. Dan dia juga melihat Qiana begitu ketakutan, Qiana hanya menatap lurus ke arah ponsel tersebut.

.

.

.

.

.

BERSAMBUNG

Terpopuler

Comments

Fitri Darnila

Fitri Darnila

lanjut

2023-03-21

0

mawar hitam 🌹

mawar hitam 🌹

lanjut aku tunggu

2023-03-20

0

ds

ds

seru

2023-03-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!