ke bencian

Dewa pun melajukan motornya menuju Warung Kevin. Di perjalanan dia melihat beberapa orang menempelkan poster di setiap tiang dan juga di pohon yang ada di jalanan.

''Tadi gue lihat ada orang menempelkan poster di jalan emangnya ada acara apa?'' tanya Dewa sambil menyeruput kopinya.

''Oh itu, pencarian orang hilang tadi posternya juga sampai ke sini, cuma posternya udah gue buang,'' sahut Kevin.

''Orang hilang?'' tanya Dewa.

Kevin hanya menganggukkan kepalanya.

''Lo lihat gak wajah orang yang hilang itu seperti apa cewek atau cowok?'' tanya Dewa penasaran dengan perkataan Kevin.

''Cewek, dan lo tahu gak namanya sama kayak nama paman lo yang jahat itu,'' ujar Kevin.

''Maksud lo?'' tanya Dewa.

''Iya namanya kalau gak salah pas gue baca, Qiana putri Guntur, iya itu namanya,'' sahut Kevin sambil mengingat-ingat nama tersebut.

''Apa poster itu masih ada sama lo?, gue pengen lihat fotonya,'' ujar Dewa.

''Tadi sih ada sekarang udah gue buang ke tong sampah, sebentar gue lihat dahulu mungkin saja masih ada,'' sahut Kevin. Dia pun segera bangkit dari tempat duduknya berjalan menuju tong sampah dimana tempat dia membuang poster itu.

Kevin membuka satu-persatu tong sampah tersebut dan mengacak-acaknya dia berusaha mencari poster tersebut.

''Aduh! dimana lagi gue buang posternya,'' batinnya. Kevin kembali masuk ke dalam warungnya.

''Bagaimana masih ada poster itu?'' tanya Dewa dengan senyum lebar berharap poster itu masih ada di dalam tong sampah tersebut.

''Maaf udah gak ada lagi posternya semua tong sampahnya juga udah kosong,'' sahut Kevin.

''Ehmmm... Ya udah lah gak apa-apa,'' ujar Dewa.

''Emang kenapa? lo penasaran banget sama poster itu apa lo kenal sama cewek yang hilang itu?'' tanya Kevin.

''Apa gue ceritain aja ya sama Kevin kalau gue juga menemukan seorang wanita,'' batin Dewa.

.... KEDIAMAN KELUARGA YUSUF ADIJAYA....

Faros masuk ke dalam sebuah ruangan gelap yang berada di dalam rumahnya ruangan itu memegang sudah di siapkan olehnya. Di dalam ruangan tersebut foto keluarga Guntur sudah tertata rapi di setiap sudut ruangan Faros menatap satu-persatu foto itu, dia benar-benar marah dan benci kepada keluarga Guntur. Meskipun Guntur adalah pamannya.

''Nyawa akan di balas dengan nyawa kehormatan akan di balas dengan kehormatan kesucian akan di balas dengan kesucian,'' ujar Faros kepada diri sendiri Faros pun melangkah mendekati foto Qiana dia menatap foto Qiana dengan penuh kebencian.

''Kesucian adik saya, sudah saya balas dengan kesucian mu, satu-persatu saya akan membalaskan dendam ini sehingga kamu tidak akan sanggup untuk hidup lagi di dunia ini,'' ujar Faros.

.... KAMPUNG BIK INAH....

Dewa yang masih penasaran dengan poster tersebut dia pun berpamitan pulang kepada Kevin.

''Gue harus pulang sekarang ya,'' ujar Dewa bangkit dari tempat duduknya.

''Oke hati-hati dijalan,'' sahut Kevin.

Dewa melajukan motornya dia berhenti di sebuah tiang dimana poster tersebut di tempelkan, Dewa turun dari motornya dia mengambil poster itu.

''Qiana putri Guntur, apakah wanita yang gue selamatkan waktu itu adalah anaknya Guntur,'' batin Dewa.

Dewa mengeluarkan ponselnya karena waktu itu dia sempat memotret foto keluarga Guntur yang di simpan oleh Faros.

''Iya ini adalah anak dari pembunuh itu yang telah menghancurkan keluarga gue,'' ujar Dewa.

Dewa pun kembali melajutkan motornya. Dengan wajah marah. Dia marah kepada dirinya sendiri karena telah menyelamatkan anak dari pembunuh itu.

''Aaa!, apa yang telah gue lakuin gue udah menyelamatkan anak dari pembunuh itu,'' teriak Dewa sambil memukul stang motornya.

30 menit berlalu Dewa sampai ke rumah. Dia pura-pura tidak tahu tentang wanita itu.

''Bibik kenapa? belum tidur?'' tanya Dewa.

''Bagaimana bibik bisa tidur kalau aden saja belum pulang,'' sahut bik Inah.

''Apa wanita itu sudah tidur bik?'' tanya Dewa karena dia sangat penasaran ingin melihat wajah wanita itu.

''Sudah den, tadi siang bibik sempat menanyakan siapa dia dan siapa namanya, ternyata namanya sangat bagus den,'' ujar bik Inah tersenyum.

''Siapa namanya bik?'' tanya Dewa.

''Namanya Qiana putri den,'' sahut bik Inah.

Dewa hanya bisa menahan amarah dan ke benciannya kepada Qiana meskipun dia belum melihat wajah wanita itu.

''Aku ingin melihat Qiana itu bik,'' ujar Dewa.

''Ya sudah aden lihat saja di kamar bibik, bibik mau ke dapur sebentar,'' sahut bik Inah sambil berjalan menuju dapur.

Dawa pun berjalan mendekati kamar bik Inah dimana gadis itu berbaring, Dewa membuka pintu kamar sedikit demi sedikit. Saat itu dia tidak jelas melihat wajah Qiana karena Qiana tidur membelakangi pintu, Dewa masuk ke dalam kamar dia mendekati tempat tidur. Akhirnya Dewa dapat melihat wajah Qiana dari dekat Dewa terkejut dan merasa sakit hati karena dia sudah menyelamatkan anak pamannya yang telah membunuh keluarganya Dewa pun kembali keluar dari kamar, berjalan menuju kamarnya sendiri. Dia membanting pintu dengan keras.

Dia terduduk di belakang pintu kamarnya sambil menarik rambutnya sendiri Dewa merasa bersalah kepada keluarganya.

''Maaf kan Dewa ma, pak Dewa sudah menyelamatkan anak dari pembunuh itu,'' batinnya, ''baiklah aku akan membalas kamu Qiana selama kamu berada di rumah ini aku akan membuat hidup mu seperti di neraka,'' batin Dewa. Sambil tersenyum miring.

''Den,'' panggil bik Inah sambil mengetuk pintu.

''Iya bik,'' sahut Dewa membuka pintu kamarnya.

''Tadi bibik dengar suara benda jatuh dari kamar aden?'' tanya bik Inah melihat setiap sudut kamar itu.

''Gak ada apa-apa kok bik, tadi pas Dewa gantungin tas terjatuh,'' sahut Dewa mencoba menyembunyikan amarahnya di depan bik Inah.

''Ya sudah, aden kalau mau makan bibik sudah siapkan makanannya di meja,'' ujar bik Inah.

Dewa menganggukkan kepalanya, bik Inah pun meninggalkan kamar Dewa.

Pagi itu Dewa menuju meja makan, di sana sudah ada bik Inah bersama Qiana, Qiana yang masih sangat trauma dengan kejadian itu. Dia pun sangat takut melihat Dewa mendekatinya padahal Dewa hanya ingin mendekati meja makan.

Qiana pun berteriak dengan sangat kuat sehingga membuat bik Inah kaget dan segera memeluk tubuh Qiana yang duduk atas kursi.

''Ada apa dengan mu, ha?'' tanya Dewa sambil menatap lurus ke arah Qiana.

''Mungkin dia takut sama aden,'' sahut bik Inah.

''Ya sudah bik, bawa dia ke kamarnya! kalau seperti ini aku gak bisa makan bik!'' ujar Dewa.

''Kenapa? aden bicara seperti itu, dia akan semakin takut,'' sahut bik Inah.

''Sudah lah bik, aku sudah cukup untuk menyelamatkan dia saja dan aku gak mau mengurusinya!'' ujar Dewa. Dia pun pergi dan melajukan motornya dengan kecepatan tinggi.

.

.

.

. BERSAMBUNG...

Terpopuler

Comments

Devii Arga

Devii Arga

hai kak aku mampir lagi ya, salam dari pelayan tuan muda

2023-03-20

0

Fitri Darnila

Fitri Darnila

lanjut seru ceritanya

2023-03-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!