Faros dan Dewa duduk di sofa ruangan tamu mereka masih mengenakan baju serba hitam, mereka melihat sekeliling rumah itu seakan kosong tidak berpenghuni semuanya sepi. Canda tawa Audrey tidak lagi terdengar sampai kapan pun.
Bik Inah berjalan mendekati anak majikannya itu sambil membawa dua gelas air putih untuk menghilangkan dahaga mereka.
''Aden, ayo minum dulu,'' ujar bik Inah sambil menaruhkan gelas itu di atas meja kaca di depan mereka.
Bik Inah pun kembali melangkahkan kakinya untuk pergi, Faros menghentikan langkahnya.
''Bibik jangan pergi duduklah disini bersama kami,'' ujar Faros menyuruh bik Inah duduk di tengah-tengah mereka.
Faros dan Dewa meletakkan kepala mereka di pundak bik Inah. Mereka sangat membutuhkan sandaran dan dukungan untuk hidup.
''Bik kenapa? keluarga kita hancur seperti ini bik?,'' tanya Faros sambil merangkul tangan bik Inah.
''Bibik juga gak tahu. Den kenapa? semua ini bisa terjadi, mungkin sudah kehendak Allah kita harus terima,'' sahut bik Inah.
''Bibik gak akan tinggalkan kitakan bik?'' tanya Dewa.
''Engak den, bibik tidak akan pernah meninggalkan kalian, kalian sudah seperti anak bibik sendiri bagaimana bisa bibik meninggalkan kalian,'' sahut bik Inah sambil mengusap ke dua wajah anak majikannya itu.
Mereka pun saling berpelukan di ruangan itu. Tiba-tiba ponsel Faros berdering panggilan telepon dari pihak polisi.
''Hallo,'' ujar Faros setelah mengangkat ponselnya.
''Hallo pak kami dari ke polisian, kami mendapatkan laporan kalau Guntur dan keluarganya sudah melarikan diri keluar negeri!,'' ujar polisi itu.
''Apa? pak keluar negeri!,'' sahut Faros terkejut dan tidak percaya kalau Guntur melarikan diri keluar negeri.
''Iya pak, tapi bapak tidak perlu khawatir kami akan bekerja sama dengan ke polisi luar negeri untuk mencari ke beradaan keluarga Guntur,'' sahut polisi itu dari seberang sana.
''Tolong cari mereka sampai dapat pak,'' ujar Faros.
''Baik pak kami akan terus berusaha,'' sahut polisi itu sambil mematikan ponselnya.
Faros tidak bisa membayangkan jika Guntur tidak tertangkap pasti dia akan membuat rencana lagi.
''Ada apa? kak, apa? yang terjadi?'' tanya Dewa.
''Barusan polisi menelepon mereka bilang kalau Guntur dan keluarganya melarikan diri keluar negeri,'' sahut Faros.
''Apa?'' Dewa pun sangat terkejut mendengar kalau Guntur sudah melarikan diri.
''Apa? yang harus kita lakukan sekarang?'' tanya bik Inah.
''Kita harus menunggu informasi dari polisi,'' sahut Faros.
''Tapi sampai kapan? kita harus menunggu kak, kalau kita hanya mengandalkan polisi sampai kapan pun tidak akan selesai,'' ujar Dewa.
''Apa? yang di katakan oleh Dewa ada benarnya jika terus menunggu informasi dari polisi tidak akan selesai,'' batin Faros.
Malam itu mereka tidak bisa tidur mereka hanya duduk berdiam di sofa itu. Makanan yang sudah di siapkan oleh bik Inah pun, tidak di sentuh oleh mereka.
''Den, ayo makan dulu nanti aden sakit,'' ujar bi Inah.
''Gak bik, kita gak selera makan kalau bibi lapar makanlah dulu,'' sahut Faros.
''Bagaimana bibi bisa makan kalau kalian saja tidak makan,'' ujar bi Inah.
Faros bangkit dari tempat duduknya berjalan meninggalkan ruangan, Dewa pun tidak bertanya mau kemana kakaknya pergi, Faros masuk ke dalam ruangan kerja pak Yusuf. Dia melihat ruangan kerja itu masih sangat rapi dan masih tercium aroma wangi dari parfum milik pak Yusuf di ruangan itu.
Faros berjalan mendekati foto yang terpajang di ruangan itu foto itu sangat besar foto keluarga mereka, Faros tersenyum melihat foto tersebut tanpa dipinta air matanya mengalir Faros pun segera menghapus air matanya.
''Aku tidak boleh menangis, jika aku terus seperti ini aku tidak akan bisa mencari informasi tentang keberadaan Guntur.''
Faros duduk di kursi kerja Papanya dia membuka laptop milik Papanya itu dia mencoba melacak ke beradaan Guntur dan keluarganya. Namun semua itu sia-sia saja Faros tidak bisa melacak ke beradaan mereka.
Mungkin sebelum Guntur pergi keluar negeri dia sudah menghapus semua data pribadinya agar tidak ada yang tahu ke beradaannya dan agar tidak bisa di lacak oleh siapapun.
Braak!..
Faros memukul meja kerja itu dengan sangat keras, dia benar-benar benci dan kesal karena tidak bisa melacak ke beradaan Guntur. Dia tahu kalau Guntur sudah menghapus lebih dahulu data pribadinya.
''Dimana pun kau berada Guntur, aku pastikan aku akan mendapatkan mu, aku akan membalas semua perbuatan kamu kepada keluarga ku, bahakan lebih dari itu!'' batin Faros.
Dewa mendatangi ruangan kerja Papanya untuk menemui Faros dia menatap kakaknya dari jauh, yang sambil menundukkan kepala.
''Kak,'' panggil Dewa.
Faros pun kembali mengangkat kepalanya melihat Dewa sudah berdiri di depannya.
''Ruangan kerja ini sangat cocok buat lo kak, Gue harap lo bisa memperbaiki semuanya cuma lo satu-satunya harapan gue kak,'' ujar Dewa.
''Ayo duduklah,'' sahut Faros.
Dewa menganggukkan kepalanya sambil menarik sebuah kursi.
''Bibi mana?'' tanya Faros.
''Gue udah suruh bibi untuk istirahat,'' sahut Dewa.
Faros menganggukkan kepalanya.
''Kamu sendiri kenapa? gak istirahat?'' tanya Faros.
Dewa hanya menggelengkan kepalanya bahwa dia belum ingin istirahat.
''Barusan aku melacak ke beradaan keluarga Guntur tapi tidak ketemu, karena Guntur lebih dahulu menghapus semua data pribadinya,'' ujar Faros memberitahu kepada Dewa bawah dia tidak bisa menemukan Guntur.
''Berarti kita tidak bisa menemukan Guntur, termasuk polisi?'' tanya Dewa.
''Kalau polisi mungkin bisa, tetapi itu akan membutuhkan waktu yang sangat lama, setahun atau dua tahun bisa juga sampai bertahun-tahun, bahkan polisi pun bisa menyerah jika tidak bisa menemukannya,'' sahut Faros.
''Ini sangat tidak adil kak, kenapa? keluarga kita bisa mendapatkan tragedi seperti ini, bagaimana pun kita harus bisa menemukan Guntur secepatnya,'' ujar Dewa.
Faros hanya menganggukkan kepalanya.
..............
Pagi harinya mereka pergi berziarah ke makam untuk mengirimkan doa. Bi Inah juga pergi ke makaman itu.
''Den sebaiknya kita membeli bunga untuk di taburkan,'' ujar bi Inah.
''Iya bi, sebentar aku pergi membelinya dulu,'' ujar Faros.
Bi Inah dan Dewa tinggal berdua di dalam mobil, menunggu Faros kembali, membeli bunga. Tidak lama Faros pun kembali mendekati mobil di seberang jalan.
''Baiklah sekarang kita jalan lagi,'' ujar Faros melajukan kembali mobilnya menuju makam orang tuanya dan juga makam Audrey.
Sampainya mereka di sana betapa terkejutnya mereka melihat makam itu telah acak-acakkan entah siapa yang berbuat jahat seperti itu.
''Astagfirullahaladzim,'' ucap bi Inah melihat makam tersebut berantakan.
''Siapa yang sudah berani berbuat seperti ini di makam orang tua ku!'' ujar Dewa.
Faros berjalan mendekati penjaga pamakam dia begitu marah wajahnya merah padam.
.
.
.
. ... BERSAMBUNG...
JANGAN LUPA LIKE DAN KOMENTAR VOTE BUNGA BINTANG FAVORIT TIPS
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Nuhume
Sumpah aku nangis😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭Parah sihhhhhh, Bangs*t bnget si guntur, bunuh yaa bunuh aja yaa. gk usah di lecehin adeknya😭😭😭🔪
2023-04-17
1
mis FDR
makasih udah mampir,
pasti lebih kejam 🤭😆
2023-02-15
0
Devii Arga
semiga nanti pembalasan faroz ke guntur lebih kejam y thor😈
2023-02-14
0