Merasa jenuh berada didalam kandang mewah, Monika merengek ingin ikut Ervan ke restoran. Meskipun tidak ada sesuatu yang bisa dia kerjakan disana, setidaknya dia bisa mengobrol dengan beberapa orang disana.
Untungnya Ervan mengizinkan monika ikut, Monika bergegas membuka lemari untuk berganti pakaian. Semua pakaian miliknya ternyata telah hilang entah kemana, berganti dengan pakaian pakaian baru beraneka model dengan merek yang berbeda beda.
"Mas, kemana semua pakaian lamaku?" Monika terus mengaduk aduk isi lemari.
"Aku sudah membuangnya, pakai saja pakaian yang telah aku persiapkan untukmu itu," sahut Ervan santai.
Pakaian lama milik Monika mengandung memori yang tak terlupakan, dia bisa membelinya setelah bekerja dengan keras dari pagi hingga malam. Dan pria berjambang tipis itu membuangnya begitu saja tanpa meminta ijin pada Monika terlebih dahulu,menyebalkan!
Ingin rasanya Monika memarahi Ervan, tapi dia tidak punya nyali untuk melakukan itu. Dia takut di hukum dan dimarahi habis habisan oleh Ervan. Bagaimanapun Monika harus mematuhi aturan dari pria itu tanpa boleh membantahnya.
Monika mengganti pakaiannya, dia memakai dres berwarna pink dengan motif bunga bung kecil. Dia membiarkan rambut panjangnya tergerai dan memakai sebuah bando kupu kupu berwarna hitam diatas kepalanya.
Ervan terus mencuri pandang pada Monika, wanita muda itu terlihat cantik dan anggun. Walaupun wajahnya hanya dipoles oleh bedak dan lip tint saja.
***
Tiba di restoran milik Ervan, Monika langsung mencari keberadaan Ayu sahabatnya. Dia merindukan gadis itu,walaupun Ayu mungkin tidak merindukannya apalagi berharap bertemu dengannya.
Sekian lama mencari, akhirnya Monika berhasil menemukan teman lamanya.Dia hendak membuang sampah, hendak keluar ke halaman belakang lewat pintu samping.
"Ayu,apa kabar?" Monika menyapa gadis itu dengan ramah.
Bukannya menyahut, Ayu malah mengabaikannya. Monika mengejar Ayu, dia menahan langkah Ayu dengan memegangi lengannya.
"Ayu, kamu masih marah padaku?" Dengan bodohnya meski tau Monika tetap menanyakan hal itu.
"Mau apa kamu mencari aku? Mau menunjukan kalau sekarang kamu sudah menjadi seorang nyonya?" Ayu melihat penampilan monika dari ujung rambut hingga kaki.
Baju bagus, tas dan sepatu bagus. Perhiasan dan aksesoris serba bagus, benar benar membuat Ayu semakin iri.
"Aku minta maaf karena telah membuatmu terluka, tapi jangan berprasangka buruk padaku,"
"Kamu itu perebut pria idaman sahabat sendiri, berpura pura polos dan lugu tapi ternyata sifat mu lebih buruk dari sampah!"
"Aku tidak merebut siapapun darimu, pernikahanku dan Mas Ervan terjadi karena memang kami berjodoh," Monika membela diri.
Tak lama Ervan datang menghampiri Monika dan Ayu yang sedang terlibat dalam pertengkaran kecil.
"Monika,ada apa?" Ervan penasaran.
"Tidak ada apa apa,kami hanya sedang mengobrol saja," Monika melempar senyum masam.
"Pak Ervan, kenapa Bapak tega padaku? Aku bahkan rela melewati malam dengan Bapak, tapi kenapa malah dia yang di nikahi?" Ayu menatap Ervan dengan tatapan penuh benci.
Melewatkan malam? Apa arti dari kata itu? Bener benar sangat berkonotasi negatif. Jangan jangan, mereka berdua pernah tidur bersama? Apa betul begitu?
Monika membisu dengan puluhan tanda tanya di kepalanya. Kini dia merasa seperti orang ketiga diantara mereka. Monika tau kalau Ervan memiliki banyak perempuan,tapi dia tidak menyangka kalau hubungannya akan sampai sejauh itu.
Pantas saja Ervan terlihat begitu lihai memuaskannya saat malam pertama, ternyata dia sudah sering melakukannya dengan wanita lain. Sepertinya monika perlu memeriksakan kesehatannya, dia takut tubuhnya yang sehat tertular penyakit.
"Ayu, apa yang pernah kita lakukan saat itu atas dasar suka sama suka. Kamu tidak perlu mengungkitnya, apa lagi aku bukan yang pertama menjamah mu," celetuk Ervan.
Monika syok berat mendengar kalimat yang keluar dari mulut Ervan. Seperti tidak ada rasa bersalah dan tertekan. Apa wanita hanya dianggap sebagai mainan saja olehnya?Selesai memakai langsung dibuang. Apa kabar dengan nasib Monika dimasa depan?
"Bapak keterlaluan!" Ayu membuang sampah plastik yang dibawanya ke lantai lalu pergi keluar dari restoran.
Beberapa pasang mata memandang Monika,mereka seolah sedang kasihan pada nasib yang sedang dialaminya. Menikah dengan seorang Cassanova bukanlah hal yang membanggakan, malah memalukan.
***
Monika menyandarkan kepalanya di kursi mobil, dia menatap jauh keluar jendela, menghitung jumlah kendaraan yang berhasil mereka salip.
Tidak ada kata yang keluar dari mulutnya,yang ada hanya hawa dingin dan raut wajah penuh sesal disana.
Sejak awal Monika tau siapa Ervan dan bagaimana dia, apa yang sedang dia rasakan saat ini adalah resiko dari menikahi seorang playboy.
Monika memang tidak mencintai pria itu, bahkan setelah melakukan malam pertama dengannya. Tapi tetap saja hatinya merasa sakit statusnya sebagai seorang istri tercoreng didepan publik.
Jangan menangis Monika, jangan pula kamu mengeluh.Kamu sendiri yang memilih jalan ini untuk keluar dari kesusahan hidup.
"Mas Ervan, bisa tolong antar aku ke Dokter?" Celetuk Monika.
"Kamu sakit?"
"Tidak,"
"Lalu untuk apa kamu pergi ke Dokter?"
"Aku mau memeriksakan kesehatan tubuhku," Monika menoleh kearah Ervan.
Tanpa dijelaskan, Ervan sudah tau apa maksud dari perkataan Monika.
"Kamu tidak akan tertular penyakit, selama ini aku selalu melakukannya dengan pengaman,"
Benar tebakan Monika, Ervan adalah pemain yang profesional. Apa pemain kelas kakap itu bisa berubah hanya untuk remahan rengginang seperti dirinya? Apa boleh Monika meminta pria itu untuk berhenti menjadi seorang pria hidung belang?
Monika harus selalu minum pil kontr*sepsi, dia tidak mau hamil anak Ervan. Terlebih jika pria itu masih memiliki kelakuan buruk seperti sekarang ini.
Selain resiko perceraian sangat besar, resiko anaknya terkena tekanan batin karena memiliki Ayah seperti Ervan juga perlu dipertimbangkan.
"Apa kamu marah padaku?" Tanya Ervan.
"Bagaimana bisa aku marah pada Mas, sementara aku tidak boleh ikut campur dengan urusan pribadi Mas,"
Entah mengapa Ervan merasa sedikit bersalah pada Monika. Padahal selama ini,dia tidak pernah merasakan hal itu pada orang lain selain Ayahnya.
Apa yang terjadi pada hatiku? Kenapa jadi lemah seperti ini?
Ervan berusaha untuk tetap fokus mengemudi, walaupun hati dan kepalanya sedang tidak sinkron. Dia memacu kendaraannya menuju rumah sakit,tempat yang sangat Monika ingin kunjungi saat ini.
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments