Tok... Tok... Tok...
Bunyi pintu ruangan Ervan diketuk. Sesaat setelah Ervan mengizinkan masuk, sosok Monika muncul di balik pintu.
Benar tebakan Ervan, gadis itu akan berubah pikiran dan kembali untuk menemuinya. Ervan mempersilahkan Monika untuk duduk di kursi, wanita itu memasang wajah malu sambil menunduk ke bawah.
"Ada apa?" Ervan pura-pura tidak tau maksud dan tujuan Monika menemuinya.
"Aku terima ajakan Bapak untuk menikah," ucap Monika lantang tanpa jeda.
"Keputusan yang bagus," Ervan tersenyum senang.
"Tapi aku punya tiga syarat," lanjut Monika.
"Apa syaratnya?" Ervan terlihat penasaran.
"Pertama, Bapak tidak boleh poligami. Kedua, Bapak harus menepati janji untuk membiayai pengobatan keponakanku hingga sembuh. Dan yang ke tiga, Bapak harus mau menanggung biaya hidupku dan keluargaku," ucap Monika tegas dan lantang.
"Aku terima semua persyaratan darimu. Tapi kamu juga harus mengikuti dua aturan dariku," Ervan membuat sebuah penawaran.
"Aturan apa saja?" Giliran Monika yang penasaran.
"Pertama, kamu harus mematuhi semua perintahku. Kedua, kamu tidak boleh ikut campur dalam urusanku terutama urusan pribadi. Bagaimana?" Ervan menatap wajah Monika lekat-lekat.
"Oke, aku akan ikuti dua perturan dari Bapak. Tapi kalau boleh tau, kenapa Bapak ingin menikah denganku?" Monika merasa harus mengetahui yang satu ini.
"Calon istriku pergi dengan pria lain, pesta pernikahan kami akan di adakan seminggu lagi. Aku ingin kamu menjadi istri pengganti calon istriku yang kabur itu, agar nama baik keluargaku tidak tercoreng," Jelas Ervan.
Ternyata bukan hanya Monika saja yang menolak menikah dengan pria itu, masih ada wanita lain. Andai saja Monika tidak terjepit keadaan, dia juga tidak akan mau menikah dengan Ervan dan menjadi istri pengganti.
Harusnya pernikahan berlaku untuk sepasang kekasih yang saling mencintai satu sama lain, tapi itu tidak berlaku bagi Monika dan Ervan. Persetan dengan cinta, yang penting dia dan keluarganya bisa keluar dari zona ekonomi sulit.
Saat ini, Monika merasa sedang menjual diri tapi dalam versi Halal. Versi yang lebih diterima oleh agama, masyarakat dan keluarga. Monika tau hal itu tetaplah salah, tapi mencoba merubah nasib untuk keluarga adalah hal yang perlu diperjuangkan.
Ervan mengambil sebuah pulpen dan kertas, dia menulis sesuatu dan membuat kolom tanda tangan lengkap dengan materai di sisinya.
"Tanda tangani ini, semua perjanjian pra nikah tadi sudah aku tulis di sini," Ervan menyodorkan pulpen dan kertas bermaterai itu pada Monika.
"Baiklah, aku akan menandatanganinya,"
Ervan memperhatikan wajah Monika saat menandatangani surat perjanjian itu, wajahnya terlihat penuh dengan keputusasaan. Dia seperti sekuntum bunga yang layu di tanam karena kurang perawatan.
"Dengan ini, kesepakatan antara kita telah terjalin. Surat perjanjian ini berlaku selama kita masih menjadi sepasang suami istri."
*****
Sore itu Monika pulang kerumah dengan menaiki becak, dia membawa banyak barang bawaan seperti dua karung beras, satu kardus penuh sembako dan satu kresek jajanan serta buah buahan.
Maria keluar dari rumah, dia terkejut melihat pemandangan yang cukup menyenangkan itu. Akhirnya mereka memiliki banyak stok makanan dan camilan. Tapi Monika dapat uang dari mana? Ini kan masih pertengahan bulan? Maria sedikit bingung.
"Kak, bantu aku memasukan barang barang ini ke dapur," ucap Monika.
"Oke," Maria mengangkut barang barang yang dibawa pulang oleh adiknya.
Usai membayar tarif becak, Monika masuk kedalam rumah. Sang kakak langsung menarik tangannya dan memasang kuda kuda untuk mewawancarainya secara detail.
"Darimana kamu dapat uang untuk membeli barang barang itu?" Tanya Maria.
"Dari Bos ku,"
"Kamu dapat bonus?"
"Tidak, panjang ceritanya. Aku akan menceritakannya padamu nanti, saat ini tubuhku lelah sekali. Aku mau istirahat dulu," tutur Monika.
"Iya, baiklah." Maria mendengus kesal karena rasa penasarannya tidak langsung terjawab.
Malam harinya, Maria masuk kedalam kamar sang adik. Dia ingin mengajak adik semata wayangnya itu untuk makan malam bersama, sekaligus melanjutkan perbincangan sore tadi.
"Aku sudah selesai masak, ayo kita makan," ajak Maria.
Monika turun dari ranjang dan berjalan dengan langkah malas menuju meja makan. Monika merogoh saku baju tidurnya dan menyodorkan uang dua juta rupiah pada Maria.
"Lunasi semua hutang hutang kita di warung,"
"Uang sebanyak ini kamu dapat dari mana?" Tegas Maria.
"Dari calon suamiku," sahut Monika.
"Apa? Calon suami? Siapa dia?" Wajah Maria terlihat begitu terkejut.
"Dia Bos ku, pemilik restoran tempatku bekerja," ucap Monika lirih.
"Sejak kapan kalian berpacaran? Kenapa kamu tidak pernah cerita pada Kakak, tau tau sudah menyebutnya dengan sebutan calon suami saja," Maria marah. Dia merasa tidak dianggap sebagai saudara satu satunya.
"Kami pacaran belum lama, tapi dia serius padaku. Jadi, aku menerimanya,"
"Kamu sudah yakin akan menikah dengan orang kaya itu?" Maria menatap Monika lekat lekat.
"Iya, aku yakin," Monika berujar mantap.
"Kalau begitu ajak dia kerumah ini, Kakak ingin berbincang dengannya,"
"Baiklah, aku akan mengundangnya kemari segera."
Malam itu, untuk pertama kalinya mereka makan malam dengan makan makanan enak. Tak hanya enak, tapi juga sehat dan bergizi. Semua karena sejumlah uang yang Ervan berikan untuknya.
Awalnya Monika merasa malu menerima uang itu, terlebih jumlahnya lumayan besar. Tapi untuk apa Monika malu? Toh harga dirinya sudah hilang saat dia memutuskan untuk menikah dengan Ervan dan menandatangi surat perjanjian pra nikah.
Monika harus menyembunyikan kebenaran dibalik rencana pernikahan itu dari Maria, dia tidak mau sang Kakak murka dan mengeluarkannya dari daftar anggota keluarga.
BERSAMBUNG....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Hanisah Nisa
lanjut Thor....
2023-02-03
0